I’am not a perfect IT engineer ? (Part I)

Anggaplah tulisan ini bentuk curhat dan kritik pribadi untuk pribadi. Kritikan ini secara sadar sudah lama dipikirkan oleh saya, namun sepertinya tidak mudah untuk menanggapi kritikan tersebut, meskipun itu kritikan dari diri sendiri. Sebagai orang yang sudah lama bergelut di IT ada sisi psikologis yang telah melekat dalam diri saya seolah sisi psikologis itu sudah dianggap atau dicap tidak menguntungkan oleh kebanyakan orang. Sebenanya sisi psikologis ini tidak hanya dialami oleh saya, dari pengalaman sejak kuliah saya sudah terbiasa dan bersama orang- orang yang sebenarnya memiliki sisi psikologis yang sama atau bahkan lebih parah dibandingkan saya. Sisi psikologis yang terjadi terlihat tidak ada masalah.. namun secara pribadi ini secara tidak disadari sudah menjadi masalah besar. Hanya orang- orang yang peduli masa depan orang seperti itu saja lah yang mengetahui bahwa permasalahan tersebut adalah sesuatu yang besar.

Sejak 1998 saya terjun kedunia kerja dengan profesi yang menekuni berbagai pekerjaan di bidang Teknologi Informasi, programmer, analyst, project manager, IT Architect dll.  Sejak tahun itu pulalah saya memiliki permasalahan komunikasi di dunia kerja. Memang sifat bawaan saya sepertinya sudah sejak dulu lebih suka duduk di ruangan sepi, kemudian asyik sendiri dengan imajinasi- imajinasi dan mimpi- mimpi menggunakan benda- benda mati , seperti alat alat musik, mesin tik, kertas karbon, cat air, pastel, kertas dan buku dan tentunya PC, Laptop dan Handphone. Saya paling sangat terganggu ketika ada orang yang berusaha melihat dan memperhatikan apa yang sedang saya kerjakan.Bahkan apa yang sudah saya lakukan terkadang tidak mau diperlihatkan kepada orang lain. Lebih senang jika apa yang sudah dikerjakan dan hasilnya dinikmati sendiri. Dan hal itu hingga sekarang masih saja terjadi. Sepertinya secara tidak saya sadari, anak saya pun memiliki sifat- sifat seperti itu.

Siapa sih yang seharusnya dijadikan kambing hitam? mmmm.. maaf maksud saya Apa sih yang seharusnya menjadi kambing hitam?.

Komputer, sebuah benda yang memang telah menjadi bagian hidup saya. Hampir setengah dari kehidupan saya selalu bersama dengan benda yang namanya Komputer. Pertama kali mengenal istilah komputer adalah sekitar tahun 1991-1992 saat itu saya masih duduk di kelas 1-2 SMP. Bapak bekerja di bagian administrasi sebuah Akademi milik pemerintahan daerah di Bandung, sempat mengajak saya ke sebuah laboratorium komputer.  Tampak komputer- komputer berjejer, ada sekitar 10-15 komputer dalam ruangan tersebut. Komputer dengan layar monochrom hijau dan desktop casing CPU yang besar- besar, sedikit membuat takjub saya. Ini pertama kali saya melihat secara langsung yang namanya komputer, sebelumnya saya hanya melihat di televisi. Bapak mengajak saya bermain game PACMAN. Kesan pertama saya kurang suka dengan komputer, karena saya melihat benda tersebut hanya digunakan untuk bermain game. Pertimbangan itu mulai berubah. Ketika bapak ikut kursus komputer dan modul- modul pelatihannya dibawa pulang. Akhirnya saya penasaran apa sih isinya buku itu?.

Ada empat buku yang pertama kali saya lihat 1. DOS , 2. Wordstar, 3. DBASEIII, dan 4. Lotus 123.  Semuanya saya baca, meskipun tidak ada komputer belum tau manfaat komputer selain menghitung dan untuk mencetak, ke empat buku itu sesekali saya pinjam dari bapak hanya sekedar ingin tahu. Sementara teman favorit saya waktu itu adalah seruling recorder, mesin tik, dan beberapa peralatan listrik bekas yang sesekali saya rangkai untuk membentuk lampu-lampu panggung-panggungan. Ada satu kebiasaan saya waktu smp yang mendadak berubah, tidak suka bermain keluar rumah dan asyik bikin panggung kecil, kemudian dibuatkan bonek2 kertas yang bermain musik dan sebuah tape butut, lampu2 meja belajar yang menyorot kearah panggung dan obat bakar anti nyamuk untuk memberikan kesan asap seperti di Aneka Ria Safari, lagu- lagu iwan fals, gang pegangsaan, dan beatles menjadi pilihan saya.

(Bersambung)