belajar menulis

Tulisan berikut ini sebenarnya sedikit melompat keluar. Masih seputar menulis untuk pemula, hanya saja untuk yang ini lebih menceritakan pengalaman penulis yang pernah mendapatkan kerjaan sampingan membantu membuat karya tulis yang sama sekali diluar bidang keahlian penulis.

Pekerjaan menulis akan lebih semangat jika apa yang ditulis adalah sesuai dengan bidang minat. Ketika harus menulis bidang lain pastinya tantangan yang dihadapi akan lebih banyak. Menulis tentang teknologi informasi mungkin sudah biasa, bagaimana kalo harus membantu menulis tentang kepolisian, hankam, dan dunia hukum dan kriminal?.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 12) : Menulis untuk orang lain

Read more

Meskipun berbicara bahasa indonesia sudah menjadi keseharian (bercampur dengan bahasa daerah) di lingkungan kita, pelajaran bahasa indonesia selalu kita pelajari sejak sekolah dasar hingga sma. Bahkan mungkin di beberapa perguruan tinggi masuk kurikulum wajib. Sadar tidak sadar pelajaran tersebut memang harus ada karena tidak selalu kita berbicara dan menulis sesuai dengan aturan yang benar. Jika hanya untuk sebatas ngobrol dengan teman, mungkin kita tidak perlu mempelajari bahasa indonesia denga benar. Namun ketika berbicara formil atau menulis laporan resmi, mau tidak mau aturan dan tata bahasa yang baik harus kita fahami.

Hal yang menurut pengalaman penulis ingat tentang pelajaran bahasa indonesia yang terkadang sering dianggap remeh adalah di materi membaca. Di setiap bab kita diberi bacaan 3 (tiga) hingga 5 (lima) paragraf. Setelah itu dilanjutkan dengan soal yang berisi pertanyaan- pertanyaan tentang isi dari bacaan tersebut. Terkadang kita masih salah dalam menjawab pertanyaan tersebut, dan terkadang pertanyaan dapat mudah dijawab. Di waktu lain setelah membaca guru meminta kita menutup buku bacaan tersebut dan kita diminta untuk menceritakan ulang atau menyimpulkan tentang apa yang kita baca.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 8) : Mengutip, menceritakan ulang dan menyimpulkan

Read more

Ada yang beranggapan mencari referensi berbahasa indonesia yang bagus sangat sulit. Meskipun ditemukan, lebih banyak artikel-artikel standar dan jika dibaca hanyalah sadur menyadur dari referensi lain. Apalagi artikel ilmiah jika masuk ke beberapa situs repository pastinya hanya abstrak saja yang ditemui. Sebenarnya di beberapa situs artikel ilmiah terbuka yang di dukung pemerintah menyediakan makalah berbahasa indonesia, sayangnya kita sulit menemukan artikel yang cocok dan dapat mendukung bahan tulisan kita. Ternyata makalah ilimiah dari negara kita juga memang lebih banyak dibuat berbahasa inggris. Mengapa? tentunya untuk menunjukan nilai dan kualitas berskala dunia. Oleh sebab itu mau tidak mau kita harus mencari referensi tidak hanya yang berbahasa indonesia saja. Bahasa inggris menjadi wajib untuk kita fahami.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 7) : Memahami referensi berbahasa inggris

Read more

Menumbuhkan semangat untuk menulis itu tidak cukup dengan memberikan strategi pembiasaan. Tidak hanya masalah perasaan takut salah. Perasaan malas menjadi masalah yang tidak kalah penting yang dapat mengganggu seseorang untuk memulai dan mebiasakan menulis. Semangat menulis sebenarnya bisa jadi ada dan muncul pada saat-saat tertentu. Bisa jadi munculnya hanya dalam jangka waktu beberapa menit atau bahkan detik. Semangat tersebut muncul dan hilang dengan cepat. Ketika berjalan, sedang rapat, di kendaraan, sedang makan, sedang membaca, sendang menonton televisi, atau sedang browsing internet. Jangan sia-siakan kesempatan tersebut. Kita mungkin sudah mulai tidak terbiasa membawa-bawa buku catatan kecil di saku kita. Namun jika perangkat digital yang saat ini anda bawa seperti smartphone, pastinya jauh lebih sering  kita bawa. Kenapa tidak kita manfaatkan perangkat pintar tersebut untuk menjembatani semangat menulis anda jauh lebih cepat. Perangkat lunak apa saja yang bisa kita manfaatkan menjadi senjata untuk mempermudah, mempercepat dan mendukung proses menulis. Tulisan berikut ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 4). Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 4) : Senjata menulis di jaman digital

Read more

Terlihat begitu mudahnya seorang dosen memeriksa draft tugas akhir mahasiswanya yang sudah dikerjakan beberapa malam untuk mengejar sidang. Pulpen yang dia pegang begitu ringan mencoret di beberapa tempat. Terkadang memberi catatan jelas apa yang harus diperbaiki dan terkadang masih bingung kenapa di beberapa tempat diberi tanda silang atau terdapat kata-kata yang dicoret. Setelah kembali ke si mahasiswanya, dengan mata merah dan lelah mahasiswa tersebut pasti menarik panjang nafasnya dan dalam hatinya “nasib gue, yang harus begadang lagi”. Itu baru coretan saja belum dengan ucapan dosen yang sudah sibuk mengajar atau bahkan sedang mengalami hal yang sama sedang sibuk menyusun desertasinya yang banyak disalahkan. Ucapan dengan nada menekan, marah atau mungkin sambil mengejek bisa terjadi dan dialami oleh para mahasiswa (tentunya tidak semua dosen seperti itu). Gara- gara menyusun tugas akhir seseorang bisa jadi  masa kuliahnya melewati waktu yang telah ditetapkan.  Secara tidak sadar kejadian- kejadian tersebut membuat seseorang menjadi trauma untuk menulis. Di dunia pekerjaan bayangkan jika atasan meminta kita untuk membuat sebuah laporan tertulis dan harus bernilai ilmiah, pasti seperti dejavu… anda merasa masuk ke dalam mimpi buruk dan teringat masa- masa kuliah beberapa tahun yang lalu.

Melanjutkan tulisan sebelumnya, penulis akan mengajak anda belajar menghadapi ketakutan “Salah” terutama pada saat memulai untuk menulis.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 3) : Horor itu bernama takut salah

Read more

Pada bagian pertama penulis menceritakan pengalaman pribadi sehingga penulis menjadi suka dengan pekerjaan menulis. Kenapa perlu dijelaskan?. Sebenarnya ini untuk menunjukan bahwa untuk menyukai terkadang harus dimulai dengan sesuatu yang disukai yang bisa jadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan menulis. Memang bagi yang sudah biasa menulis sepertinya mudah mengatakan ayo menulis.. ayo menulis. Menulislah dimulai dari hal-hal sederhana, Jangan takut salah, dan seterusnya… dan seterusnya. Tetap saja menulis itu susah. Apalagi jika kita memang tidak biasa memegang pensil atau pena di tempat pekerjaan kita.
Pada bagian ini kita coba belajar mengendalikan diri bagaimana agar kita bisa memulai untuk menulis bahkan bisa jadi sampai menyukai menulis. Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 2) : Belajar menyukai menulis

Read more