Setelah melalui 12 bagian tentang membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis, apakah sudah mulai mencoba?. Jika belum, penulis maklumi. Penulis beberapa kali mengulang-ngulang ajakan untuk memulai menulis meskipun baru satu kata. Kenapa? memang tidak mudah memulai sesuatu yang tidak biasa.
Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 11) : Perangkat analisa
Ketika kita menemukan masalah dilingkungan kita, terkadang kita sudah tau bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut baru dan kita belum pernah menghadapi masalah tersebut, kita akan berusaha mencoba mencari solusinya. Mencoba beberapa cara solusi yang secara logika dimungkinkan untuk dijadikan solusi. Hasilnya akan kita ketahui apakah kita berhasil menemukan solusinya atau sama sekali tidak. Secara akademis kejadian tersebut bisa kita tulis sebagai karya ilmiah. Namun tidak cukup hanya menceritakan kejadian tersebut. Kita harus sampaikan dengan kaidah-kaidah yang dapat diterima.
Semua kejadian tersebut harus diterjemahkan dalam bentuk proses analisa. Dan analisa yang harus kita langsanakan wajib mengikuti teori-teori analisa.
Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 11) : Perangkat analisa
Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 6) : Mencari bahan untuk referensi
Gagasan atau ide menulis bisa saja muncul setelah membaca. Tidak menutup kemungkinan dengan membaca referensi tambahan gagasan yang sudah kita temukan akan lebih kuat. Membaca referensi telah menjadi bagian aktifitas penunjang bagi seseorang penulis. Semakin luas wawasan referensi yang dibaca seseorang akan semakin kuat kemungkinannya kualitas isi tulisan yang dibuat.
Bagian 6 ini kita coba pelajari cara-cara jitu dalam mencari bahan-bahan bacaan sebagai bahan referensi penunjang penyusunan tulisan. Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 6) : Mencari bahan untuk referensi
Membiasakan menulis berdasarkan kaidah Akademis (bagian 1) : Kenapa saya suka menulis?
Menulis itu pekerjaan yang gampang-gampang susah. Untuk beberapa orang yang berkecimpung di dunia pekerjaan baik kantor, bisnis, lapangan dan apalagi pendidikan, menulis bisa jadi dilakukan setiap hari dan bahkan disukai. Namun untuk sebagian lagi menulis telah menjadi pekerjaan yang membosankan, menakutkan dan menyulitkan. Kenapa? karena menulis telah masuk menjadi bagian karakter seseorang. Seolah- olah menulis itu bisa dilakukan jika disebut hobi, dan jika tidak hobi berarti menulis menjadi sesuatu yang dianggap tidak penting.
Lalu apakah mungkin orang yang tidak hobi dapat tetap melakukan pekerjaan menulis? ya, tergantung apa yang harus ditulis. Menulis Hasil rapat atau Minute of Meeting (MOM)? mungkin bisa, apa lagi seseorang yang tugasnya sebagai sekertaris. Tapi bagai mana jika harus menulis laporan?, apakah bisa? ya bisa saja selama sudah ada format atau contoh laporan sebelumnya. Laporan yang sudah ada kita edit tanggal, isi beberapa data-data tabulasi sesuai laporan terkini, sudah jadi. Apakah laporannya bisa diterima? bisa jadi diterima jika atasannya gak pernah membaca “bla..bla..bla-nya”. Tapi bisa saja malah dimarahi dan langsung menilai yang membuat sama sekali tidak mempunyai kemampuan membuat laporan. Menulis yang benar ternyata memang menjadi susah jika kita tidak menyukai atau jika kita tidak biasa dengan kaidah yang benar.
Tulisan kali ini penulis ingin membagi pengalaman menulis yang dialami penulis sendiri. Meskipun suka menulis tapi apa yang harus ditulis bisa jadi penghambat terutama jika harus menulis sesuatu yang bukan bidangnya. Nah.. berdasarkan pengalaman tersebut penulis coba mengajak anda yang tidak suka menulis, tidak terbiasa menulis, dan sangat takut menulis untuk mengikuti strategi menulis dengan beberapa tips dan triknya agar bisa diterima. Pastinya menulis dengan mengikuti kaidah Akademis dan menurut kaca mata Saya sebagai praktisi Teknologi Informasi.