Profil Desa Cibunar

Desa Cibunar adalah salah satu desa di Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, yang merupakan desa terbesar dengan luas 565,7 Ha dan jumlah penduduk 7090 orang. Terletak di 7,04 LS dan 108,06 BT. Keadaan alam Desa Cibunar sampai saat ini masih asri dan permai.

Berdasarkan data administratif, Desa Cibunar berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Desa Sekarwangi
Sebelah Selatan : Desa Bunisari
Sebelah Barat : Desa Sukajaya
Sebelah Timur : Desa Citeras

Desa Cibunar mempunyai potensi menonjol di bidang pertanian, dengan komoditas utama tanaman pangan. Oleh karena itu mayoritas penduduk desa ini bermatapencaharian sebagai petani.

Rata-rata kepemilikan lahan petani kurang dari satu hektar sehingga pendapatan masyarakat cenderung rendah. Hal ini berpengaruh kepada daya beli masyarakat yang rendah pula.

Desa Cibunar memiliki tiga dusun yang terdiri dari Dusun I, Dusun II, dan Dusun III.

Dusun I terdiri dari RW 01 (Sukaresmi) yang terdiri dari lima RT dan RW 02 (Cibitung Kulon/Cilangkara) yang terdiri dari lima RT. Dusun I memiliki 2355 kepala keluarga atau sekitar 34.85% dari jumlah keseluruhan Desa Cibunar.

Dusun II terdiri dari RW 03 (Cibitung) dan RW 04 (Citiis) yang masing-masing terdiri dari lima RT. Terdiri dari 2220 kepala keluarga atau sekitar 32,85% dari jumlah keseluruhan Desa Cibunar.

Dusun III terdiri dari RW 05 (Cikujang) dan RW 04 (Saung Gunung) yang masing-masing terdiri dari lima RT. Terdiri dari 2182 kepala keluarga atau sekitar 32,29% dari jumlah keseluruhan Desa Cibunar.

Lahan di Desa Cibunar dimanfaatkan oleh warga desa sebagai pemukiman, lahan sawah, kebun, kuburan, dan pekarangan. Luas keseluruhan lahan kering dengan lahan sawah 529,315 Ha, dengan luas lahan kering 119,715 Ha dan luas lahan sawah 409,6 Ha, sedangkan untuk luas pemukiman adalah 160,9 Ha.

Seluruh masyarakat Desa Cibunar beragama islam dengan mayoritas suku sunda. Kegiatan pengajian rutin diadakan setiap hari di bebrapa masjid sehingga masyarakat desa kental akan sifat religiusnya. Kebudayaan gotong royong masih terasa pada setiap kegiatan keamsyarakatan meskipun saat ini sudah terkikis oleh arus globalisasi.

Tingkat pendidikan masyarakat rendah.Masih banyak masyarakat yang hanya berpendidikan setingkat sekolah dasar bahkan masih banyak masyarakat yang tuna aksara.

Setelah ada program Bantuan Operasinal Sekolah (BOS) fasilitas di bidang pendidikan semakin baik.Hal ini terlihat dari perbaikan bangunan sekolah serta pengadaan buku pelajaran sebagai prasarana belajar mengajar.Namun, baiknya prasarana belajar mengajar tidak ditunjang oleh kualitas tenaga pengajar yang memadai sehingga output yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar nasional.

Pembentukan Desa Siaga dan program PMTAS sebagai program pemerintah yang bergerak di bidang kesehatan sudah berjalan. Kedua pogram ini di bentuk untuk penganggulangan kesehatan masyarakat serta perbaikan gizi anak-anak usia pertumbuhan.

Kebudayaan masyarakat desa – terutama gotong royong – masih begitu terasa di setiap kegiatan masyarakat. Meskipun tak dapat dipungkiri, kehidupan desa saat ini sudah mulai terpengaruhi oleh arus globalisasi.