Congklak: Indonesia Relmagine sebagai Upaya Pelestarian Congklak di Era Digital

Globalisasi membawa perubahan yang signifikan bagi segala aspek kehidupan manusia. Menipisnya batasan-batasan antar negara akibat globalisasi menyebabkan kebudayaan-kebudayaan luar yang masuk ke dalam negara tidak tersaring secara maksimal oleh masyarakat. Budaya-budaya luar tersebut dianggap lebih unggul dari budaya sendiri dan membentuk suatu persepsi yang mengakibatkan dilupakannya budaya asli sendiri.
Perkembangan teknologi informasi juga tidak luput dalam membawa dampak terhadap budaya. Menurut data statistik, penggunaan gadget di Indonesia pada tahun 2019 adalah 92 juta atau naik sekitar 2% dari tahun sebelumnya (Rahman et al., 2020). Sejak ditemukannya gadget yang semakin canggih, anak-anak muda tidak lagi menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di luar rumah dan bermain selayaknya anak muda pada zaman dahulu. Namun, mereka seolah-seolah terperangkap di dalam dunia tidak nyata mereka yaitu dunia virtual di dalam gadget. Sosialisasi mereka terhadap masyarakat menjadi berkurang dan sikap individualis yang semakin menjadi.
Salah satu kebudayaan yang sudah mulai terlupakan adalah permainan tradisional yang pada zaman dahulu sering dimainkan, yakni congklak. Permainan congklak merupakan permainan tradisional dari adat Jawa. Menurut sejarah, permainan ini pertama kali dibawa oleh pendatang baru dari Negara Arab yang rata-rata pada saat itu datang ke Negara Indonesia untuk berdagang dan berdakwah. Meskipun demikian, congklak juga merupakan salah satu bentuk adaptasi dari budaya Arab dan Afrika, yang kemudian dengan perkembangan zaman permainan ini menyebar ke berbagai negara Asia melalui perantara pedagang Arab terdahulu.
Karena hal tersebut, permainan ini menjadi permainan tradisional yang sering dimainkan di beberapa negara, khususnya pada Benua Asia dimana setiap negara yang memainkan permainan ini, memiliki nama yang berbeda-beda untuk penyebutan permainan congklak ini. James Dananjaya, dilansir dari Historia, mengatakan bahwa justru congklak menyebar luas ke berbagai negara bukan hanya karena proses perdagangan yang terjadi pada zaman dahulu saja, melainkan juga karena adanya pengaruh dari penyebaran agama Islam.
Umumnya, jumlah seluruh lubang atau cekungan pada dakon atau papan permainan ini berjumlah 16 buah, yang dibagi menjadi tujuh lubang kecil dan satu lubang yang ukurannya lebih besar atau disebut sebagai lubang tujuan untuk masing-masing pemain. Selain itu, dalam permainan ini juga diperlukan biji-bijian yang nantinya akan dibagi sama rata pada setiap lubang kecil kemudian setiap pemain akan mendapatkan giliran untuk mengambil dan memutarkan biji-bijian yang ada di sisi pemain yang diinginkan untuk disebar satu biji perlubang berurutan searah dengan jarum jam yang kemudian pemain harus berhenti jika biji terakhir yang sedang diputar berhenti di lubang kecil yang kosong keadaan ini disebut sebagai keadaan mati, kemudian hal tersebut dilanjutkan secara berulang oleh pihak lawan dengan mengambil dan memutarkan biji-bijian yang berada di sisi lawan tersebut seperti sebelumnya. Pemain yang memainkan permainan congklak ini dapat dikatakan menang jika jumlah biji yang terdapat pada lubang tujuan berjumlah lebih banyak dibandingkan jumlah biji pada lubang tujuan pemain lawan.
Permainan ini seharusnya tidak dilupakan karena merupakan bagian dari adat kebiasaan yang mengandung nilai-nilai kehidupan seperti nilai berbagi kepada sesama yang ditunjukkan pada saat memasukkan biji congklak ke lubang kecil dan nilai gemar menabung pada saat memasukkan biji congklak ke lubang besar. Nilai-nilai tersebut tentu yang tidak dapat ditemukan pada permainan-permainan yang sifatnya modern seperti online game. Berdasarkan dampak globalisasi yang ada terhadap permainan congklak, masih ada individu yang peduli terhadap permainan tradisional ini. Seorang Gen Z bernama Andika Nugraha membuat sebuah terobosan agar permainan ini tetap lestari walaupun diterpa mabuk teknologi yakni aplikasi Congklak: Indonesia Realmagine atau permainan congklak online yang ditujukan untuk media hiburan baik anak-anak maupun dewasa.
Profil Congklak: Indonesia Realmagine
Congklak: Indonesia Realmagine merupakan permainan yang dapat diunduh di Play Store pada ponsel Android yang terinspirasi dari salah satu permainan tradisional Indonesia, yaitu congklak dan termasuk pada kategori permainan papan yang dapat diunduh secara gratis, namun seiring berkembangnya popularitas yang diraih, permainan ini kini memiliki item premium yang sifatnya berbayar. Pada awalnya, Congklak: Indonesia Realmagine ini dipelopori dan dikembangkan oleh Andika Nugraha yang kemudian resmi diluncurkan untuk pertama kalinya pada tanggal 8 November 2020 di Play Store. Hingga saat tulisan ini dibuat, Congklak: Indonesia Realmagine telah diunduh oleh lebih dari 1000 pengguna di seluruh dunia sejak pertama diresmikan.
Meskipun pada awalnya agak skeptis dengan kehadiran congklak online ini, namun rupanya tidak sedikit hal positif yang dapat diambil dari Congklak: Indonesia Realmagine, antara lain; Pertama, tampilan yang sangat menarik, sederhana, dan berwarna. Selain itu, tampilan tersebut juga dapat berubah setiap harinya. Kedua, permainan ini tergolong gratis sehingga bebas diunduh oleh siapa saja. Ketiga, kehadiran Congklak: Indonesia Realmagine dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pelestarian akan permainan tradisional yang sedikit demi sedikit eksistensinya mulai tergerus oleh perkembangan zaman. Keempat, congklak pada umumnya dapat dijadikan media pembelajaran bagi anak-anak, terutama dalam pengenalan berhitung.
Namun, berdasarkan hasil observasi kami Congklak: Indonesia Realmagine memiliki satu kekurangan seperti pada umumnya game online, permainan ini memiliki kemungkinan menyebabkan candu, terutama bagi anak yang sedang masa pertumbuhan karena game ini membutuhkan sekitar 15 menit hingga satu set permainan selesai, hal ini dinilai dapat meningkatkan penggunaan smartphone dan mendukung anak-anak untuk malas bergerak.
Pada hakikatnya, sebuah kebudayaan merupakan hal yang perlu dilestarikan. Bukan hanya sebagai bentuk kegiatan untuk mengisi waktu luang. Nyatanya, banyak nilai yang coba ditanamkan dari budaya yang ada, termasuk juga dalam permainan tradisional congklak, seperti melatih kesabaran, menahan ego, hingga pentingnya berbagi dalam kehidupan. Sayangnya, tingginya arus globalisasi dalam kehidupan menyebabkan redupnya popularitas congklak di masyarakat yang kemudian mendorong Andika Nugraha menciptakan sebuah permainan daring Congklak: Indonesia Realmagine sebagai bentuk dukungannya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia yang satu ini.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2020, July 29). Asal Muasal Permainan Congklak. prestasiglobal.id. Retrieved Juni 21, 2021, from https://www.prestasiglobal.id/asal-muasal-permainan-congklak/ Asmidar, N., Hasanah, N. F., Huda, N., & Syahbana, U. W. (2013, May 01). Penggunaan Permainan Tradisional Congklak dalam Pembelajaran Matematika. slideshare.net. Retrieved Juni 21, 2021, from https://www.slideshare.net/wirhasykerz/permainan-tradisional-congklak/ Rahman, F. F., Ardan, M., & Johan, H. (2020, Juni). Edukasi konten pornografi dalam penggunaan gadget di sekolah menengah kejuruan (smk) medika samarinda. (JKPM) Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 26(2), 60-64

About eloknaf

Assalamu'alaikum Halo! Perkenalkan saya Elok Nafilah mahasiswa Perpustakaan dan Sains Informasi angkatan 2019. Blog ini saya gunakan sebagai media untuk mengembangkan kemampuan menulis dan juga dokumentasi tugas-tugas kuliah saya. Semoga apa yang saya tuliskan disini bukan sekadar tulisan semata, namun dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih!