Periuk Nasi Batch 2

Hai, nama saya Hasna Hashibah, mahasiswa  Universitas Padjadjaran yang saat ini sedang menjalani pendidikan tahun keempat di Fakultas Kedokteran. Bagi saya, belajar tidak harus selalu di ruang kuliah atau laboratorium. Banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa didapatkan dari kegiatan diluar perkuliahan untuk melatih keterampilan seseorang. Menjadi “Seven Stars Doctor” adalah salah satu prinsip yang diajarkan oleh dosen kami, dimana dokter tidak sekedar berkewajiban untuk menyembuhkan pasien. Dokter juga harus bisa berperan sebagai pemimpin, perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, menjadi long-live learner. 

Ketika mendengar bahwa FK Unpad membuka program “Periuk Nasi”, membaca posternya saja membuat saya tergerak untuk berpartisipasi meski sebenarnya belum terbayang seperti apa bentuk persisnya. Yang membuat saya tertarik adalah kalimat “pengalaman belajar di masyarakat desa”. 

Saya memang menyukai kegiatan yang melibatkan interaksi dengan masyarakat, dimana saya bisa belajar secara langsung untuk mengamati keadaan mereka, belajar berkomunikasi, menerapkan hal-hal yang dipelajari selama perkuliahan, melatih jiwa sosial. Terlebih, program ini juga menekankan pada percepatan vaksinasi, bisa dilihat dari judulnya yang merupakan singkatan dari “Program Pencapaian Herd Immunity COVID-19 dengan upaya Konseling dan Vaksinasi”.

Melihat kondisi COVID-19 di Indonesia saat ini, saya merasa tergerak untuk ikut membantu menyadarkan masyarakat tentang pentingnya vaksinasi dan memberikan vaksin dengan tangan saya sendiri agar bisa memberi manfaat yang lebih besar untuk banyak orang. 

Sayangnya saya melewatkan kesempatan untuk mendaftar di batch 1. Ketika pendaftaran batch 2 dibuka, saya tidak ingin melewatkan kesempatan ini sehingga memutuskan untuk mendaftar. Alhamdulillah, saya akhirnya diberi kesempatan untuk bergabung dengan tim batch 2 yang beranggotakan 9 orang.

Kegiatan kami diawali dengan PCR terlebih dahulu, kemudian kami langsung berangkat ke Desa Ciparay, Kabupaten Bandung. Kegiatan rutin yang kami lakukan adalah vaksinasi di sentra vaksin dari hari senin hingga jumat, dari pagi hingga pukul 2 siang. Kami juga membantu mencari dan mewawancarai responden penelitian mengenai vaccine hesistancy dan kesehatan mental pada remaja. 

Selain itu, kami ditugaskan untuk menyusun program yang melibatkan masyarakat, yang kemudian kami putuskan berupa penyuluhan kesehatan dengan tema hipertensi. Program ini kami susun setelah menyadari bahwa ada banyak warga yang vaksinnya harus ditunda karena tekanan darah mereka terlalu tinggi. Ditambah penyakit ini memang penyakit yang cukup umum di kalangan masyarakat indonesia tetapi sayangnya banyak yang terlambat diketahui sehingga dijuluki sebagai “Si Pembunuh Senyap”.

Kegiatan yang berlangsung selama 5 minggu ini memberikan saya sangat banyak pelajaran yang berharga, memberikan saya pengalaman, pengetahuan, bahkan keluarga baru. Disini saya belajar cara menyuntik yang ternyata benar kata orang, belajar teori saja tidak cukup, karena saya menyadari bahwa rasanya sangat berbeda ketika praktek menyuntik di lab dan di lapangan secara langsung. 

Dari program penelitian, kami mendapatkan kesempatan untuk berkenalan dengan karang taruna dan warga setempat, hingga berbagi cerita dengan mereka. Kemudian dari program penyuluhan hipertensi, kami bisa melatih kemampuan manajemen, kerjasama tim, komunikasi, dan berbagai softskills lainnya.

Di program ini, saya merasa sangat beruntung karena bisa bertemu banyak orang hebat: teman-teman satu batch, Dokter Nada, staff Buwana (nama sentra vaksinasi). 

Banyak hal yang ingin selalu saya kenang dari para staff Buwana, dari mulai mendengar cerita Pa Faruk yang sudah berkeliling Indonesia yang bekerja disituasi yang sangat beragam, melihat kemampuan menyetir Pa Ayi yang melegenda, menjadi “sarjana” P-care dan RedCap (platform yang digunakan untuk merekap data vaksinasi) berkat bantuan Pa Insan dan Pa Rian, hingga mencicipi rujak dan liwet buatan Pa Muis yang tidak ada duanya.

Semua hal yang saya lakukan selama periuk nasi terasa lebih berharga karena saya melaluinya bersama orang-orang yang membuat saya merasa menemukan keluarga baru, yang tentu perlu disebutkan namanya satu-satu, yaitu teman-teman di batch 2: Arini, Syifa, Ramza, Azmira, Shidqi, Neysa, Katherina, dan Yuka.

Mengikuti program Periuk Nasi adalah salah satu pengalaman terbaik saya selama menjalani perkuliahan di FK Unpad, dan saya bersyukur bisa menutup tahun 2021 dengan cerita ini.