Sumedang, 3 Oktober 2022

Astagfirullah, sepertinya aku telah berdosa menumpuk tugas refleksi ini sejak diberikan pada 13 September! Aku malah baru membuatnya sebulan kemudian …

Tetapi iseng-iseng dengan blog sendiri sepertinya menyenangkan, hehehe. Aku ingin membuat postingan berlanjut, deh.

 

Bisik-Bisik Tetangga

“Kurikulum sekarang nggak jelas. Aku nggak tahu mana yang must know dan nice to know,”

“Kedokteran otodidak. Sampai sekarang palaku masih ngangong,”

“Apa gue salah pekerjaan? Atau cuma salah kampus aja?”

“Sekarang aja gini, gimana koass nanti? Planga plongo!”

Kira-kira seperti ini concern dari anak-anak seangkatan, termasuk aku. Ya iyalah, kan aku yang mengetik, pasti sedikit-banyaknya ada yang tumpah murni dari pikiran sendiri.

Sebelum benar-benar nyemplung di FK Unpad, aku kira ia memiliki pola kurikulum yang sama dengan FK-FK lain. Namun, kenyataannya meleset sejauh negeri Cina: tidak ada pematerian eksklusif dari dosen; semua proses pembelajaran terpusat di tutorial; LiVE Unpad yang masih bolong-bolong; Seminar Pakar yang hanya sesekali dan jadwalnya lompat-lompat tentu tidak bisa diandalkan sebagai satu-satunya tempat mencari ilmu, alih-alih “langsung dari ahlinya”.

 

Yang Bikin Gempar

Pertama kali aku masuk FK Unpad semua masik oke. KRS diisikan otomatis menyesuaikan urutan blok; tidak ada perang KRS yang bikin sesak hati. Eh, tahun ajaran 2022-2023 justru membuatku senam jantung.

Karena gaptek dengan pengisian Pacis, aku terlempar dari blok CVS-RS dan masuk ke TM-FM. TIDAK! AKU TIDAK SIAP! Belajar 4 blok kemarin saja masih compang-camping, belum juga menyambangi semua sistem tubuh, kok tiba-tiba disuruh menemukan korelasi infeksi dan kesehatan rumah tangga? Beruntung temanku memantau kemunculan opsi GIS-GUS. Aku pun segera mengubah PKRS dan melaporkannya kepada tendik melalui borang (google form) yang diberikan.

Sekiranya inilah kisah yang membuat sprei kasurku berlumuran air mata, pagi-pagi buta itu.

Adik dan kakak tingkat sekarang terjun dalam satu tutor. Tidak ada adik-kakak-an lagi sekarang. Yang jadi kakak bingung atur waktu antara akademik pribadi, non-akademik, juga mengajarkan basic science kepada adik tingkat. Yang jadi adik tingkat bikin prihatin, lirik kanan-kiri: per-FK-an masih awam, ngekos pun baru first time, ditambah jadwal ospek sebejibun.

Ya Tuhan, aku berusaha mencari “si hikmah” tapi tak kunjung ketemu! Aku butuh pencerahan dari beliau-beliau yang mengerti situasi dan kondisi kurikulum, juga mampu mengomunikasikannya dengan bahasa monyet (catatan: ini translasi keren dari bahasa awam). Bukan apa-apa, tapi aku sangat butuh transparansi dari tujuan diberlakukannya kurikulum ini. Yang tak punya unsur promosi. Murni transparansi dan pembinaan.

 

… to be continued