Hari selasa kemaren (20/7) beruntung sekali saya diajak oleh mas Achmad Bisri untuk menghadiri Asia Europe Meeting Forum (ASEM FORUM) yang diselenggarakan di Hotel Golden Flower yang bertema “Strengthening Corporation in ICT Research and Development” yang artinya kurang lebih “Memperkuat Kerjasama di bidang Penelitian dan Pengembangan ICT” . Saya kesana sebagai perwakilan dari BBV bersama mas Bisri. Lawatan kerja pertama sebagai representative BBV ceritanya, hihi.

Opening speech pertama dilakukan oleh ketua pelaksananya forum ini, cuma lupa lagi namanya, hehe. Yang jelas, poin-poin penting yang dia bahas adalah memperkuat komunitas lokal, memastikan pengembangan yang terus-menerus dan forum ini sebagai follow up dari meeting ke-lima yang sebelumnya diadakan di Vietnam. Pembukaan yang kedua dibacakan oleh gubernur Jawa Barat, bapak Ahmad Heryawan. Dia lebih membahas Bandung sebagai tuan rumah forum ini, dan sekalian mempromosikan Jawa Barat juga. Mumpung ya pak, sekalian promosi pariwisata Jawa Barat, hehe. Dan opening speech yang terakhir oleh bapak Menteri Kominfo kita yang senang berpantun, Bapak Tifatul Sembiring. Dia ga menggunakan Bahasa Inggris seperti dua pembicara yang sebelumnya, sehingga menggunakan seorang translator. Masalahnya, pidato Pak Tifatul dengan translatenya agak balapan, jadi pusing dengernya. Kalau dia lebih membahas tentang regulasi yang harus dibuat untuk menghadapi tantangan ICT di era konvergensi ini. Dan tentu saja tak lupa, diakhiri dengan pantun, hehe.

Setelah pembukaan, forum tersebut masuk ke tahap plenary presentation. Pembicara pertama dari Ir. Jaap van Till. Dia membahas tentang “Best Practice of Regulatory Research in the Era of Convergence”. Poin-poin yang saya catat antara lain:

  • Update the minister by training and don’t leave it to the market
  • Communication is no longer field of operator
  • The ministry has to take control the destiny and long term aim
  • Everything is affected by ICT
  • 3500 million internet users in 2010 means we are so near with internet, even we live on it!
  • The trias telematica triangle between State (Governments), Civil Society and Market (Business). Everybody should understand their own roles to get the strong triangle.

Selain yang diatas, dia juga menceritakan tentang keberhasilan regulator di Belanda dalam membuat peraturan yang dapat menguntungkan baik dari pihak masyarakat dan pasar. Kemudian, operator-operator disana selain menganggap yang lain sebagai kompetitor, mereka juga dapat menjadi kooperator, seperti halnya dalam berbagi BTS (tower). Jadi disana, tower dipakai bersama-sama, tidak satu tower untuk satu operator seperti di Indonesia, yang malah bikin semrawut pemandangan kota.

Oke, pembicara pertama emang masih semangat buat diperhatiin. Tapi kesananya, udah mulai bosen nyatet, hehe. So here is the recap:

  1. Presenter dari Korea (Ilsue Roh) membahas tentang kemajuan teknologinya, terutama di bidang mobile phone, dan masyarakat Korea yang cinta produk dalam negrinya sendiri, sehingga tidak perlu mengimpor barang-barang seperti itu. Tapi akhirnya, rekor tersebut pecah karena permintaan iPhone yang besar dari pasar Korea. iPhone emang brengsek ya? Ckck.
  2. Presenter dari Austria (A. Min Tjoa) menjelaskan tentang best practice of regulatory di berbagai negara, dan yang terbaik adalah dari Norwegia dan Denmark. Selain itu juga dia membahas tentang teknologi yang dapat diterapkan di era konvergensi ini, yaitu MVoIP dan Multiplay.
  3. Presenter dari Malaysia (Thillai Raj) lebih membahas tentang E-Government nya yang telah berjalan dengan baik. Bicaranya cepet banget, jadi lucu aja, hehe.
  4. Presenter dari Jepang (Toshio Obi) membahas tentang best practices in market research dan Green ICT di Jepang.
  5. Dan presenter-presenter dari Indonesia yang lebih membahas masalah regulasi internal misalnya pornografi (again, ckck) daripada membahas tentang inovasi yang telah dilakukan seperti pembicara-pembicara sebelumnya, kecuali presenter dari Microsoft dan Telkomsel yang menurut saya lebih “mengiklankan” produk-produknya disini.

Waktu saya dan mas Bisri lagi enak-enak makan siang, datang Prof. Min Tjoa yang dari Austria itu ke meja kita. Karena dia ga dapet kursi, jadi dia satu meja dengan kita. Agak kaget juga, ternyata dia bisa Bahasa Indonesia! Dan kemudian dia pun bercerita bahwa dia waktu kecil hidupnya di Indonesia, tepatnya di Surabaya selama kalo ga salah 13 tahun. Kaya Obama aja ya :p. Kemudian datang lagi seorang dari kementrian Vietnam yang ikut duduk di meja kita. Kalo dengan yang ini ngobrolnya susah, soalnya dia juga agak ga lancar komunikasi dengan Bahasa Inggris. Saya ajak ngobrol, tapi ga pernah nyambung, jadi males aja, hahaha. Terus dia cerita, katanya “Indonesian speaks English so fast. But unfortunately, Indian is faster”, sambil menggeleng-gelengkan kepala. Hahahaha, emang.

Gambar: achmadbisri.net