Katanya, sejarah dimulai sejak manusia mengenal tulisan. Itu berarti, ketika kita menulis, kita sedang menulis sejarah, karena sejarah pun ada karena tulisan. Lalu, bagaimana dengan kejadian-kejadian yang tidak tertulis? Apakah itu tidak termasuk kedalam sejarah? Tapi apakah ada kejadian yang tidak tertulis itu? Apakah ada ketidakadaan itu? Ketika kita menyebutkan sesuatu yang tak ada pun, itu tandanya tak ada itu ada.

Tanda. Menulis adalah tentang tanda. Bagaimana tanda-tanda itu dibuat sehingga dimengerti oleh orang lain adalah proses menulis itu sendiri. Dalam tulisan, tanda-tanda tersebut terangkai dalam bentuk aksara. Menyenangkan sekali mempelajari cara kerja aksara, dari mulai bentuk, ukuran, bersirip atau tidaknya dapat menunjukkan makna yang lain.

Makna. Sialnya, makna yang terkandung dalam tulisan tidak pernah ajeg. Mengapa tidak semua orang diberikan suatu konsep yang sama untuk berbahasa? Bahasa sendiri merupakan produk gagal, karena tidak pernah dapat menyampaikan makna dengan konsep yang ada di kepala masing-masing orang.

Konsep. Apa yang ada di dalam otak kita, semua adalah konsep. Konsep tersebut selalu saja kita coba utarakan dengan bahasa, walaupun kita telah tahu bahwa bahasa selalu gagal untuk menyampaikan konsep yang kita ingin utarakan. Untuk menyampaikan suatu konsep, seseorang dapat menyampaikannya melalui buku. Satu buku pun kadang tidak cukup, sehingga seseorang harus membuat beberapa volume buku untuk menyampaikan suatu konsep yang akhirnya terwakili oleh satu kata atau frasa. Begitu rumitnya sistem komunikasi manusia, hingga kita mengenal kata “rumit”, “ribet”, “tidak mengerti”, dan sebagainya.

Aksara-aksara yang kita kenal, yang memberikan tanda/membedakan makna antara suatu konsep dengan konsep yang lain menunjukkan seberapa jauh pemikiran kita, seberapa terkekangnya pemikiran. Yang pasti, kekekangan itu pasti, karena kita berbahasa. Bahasa adalah pengekang, pengekang konsep, pengekang pemikiran. Semakin kaya bahasa kita, maka konsep yang kita miliki akan semakin banyak, dan semakin longgar kekangan bahasa terhadap pemikiran kita.

Dan saya terkekang.