Dari dua bulan ke belakang hingga saat ini, saya sedang membaca Seri Bilangan Fu (Bilangan FuManjali dan Cakrabirawa, dan Lalita) karya Ayu Utami yang saya pinjam dari Iffah Adilah. Menurut saya buku-buku ini sangat bagus karena mengenalkan konsep-konsep filosofis yang cukup berat namun dikemas dalam cerita cinta segitiga yang menarik dan seru untuk dibaca.

Yang menurut saya paling menarik adalah persinggungan saya dalam membaca buku-buku ini dengan konsep-konsep Hinduisme dan Buddhisme yang tampil dalam situs-situs yang ada dalam plot ceritanya. Disana sang penulis mengenalkan khazanah budaya peninggalan zaman-zaman kerajaan Hindu dan Buddha yang ketika itu masih berjaya di Nusantara.

Saya suka dengan karakter Parang Jati, seorang mahasiswa yang memiliki banyak pengetahuan tentang arkeologi situs-situs purbakala di Indonesia. Ayu Utami (mungkin) menampung pemikiran-pemikiran spiritualisme kritisnya dalam karakter Parang Jati, karena dialah yang paling banyak mengkritik sikap-sikap manusia modern yang terdapat dalam karakter Sandi Yuda.

Saya jadi teringat perkuliahan yang diberikan oleh Prof. Bambang Sugiharto yang kurang lebih berisi tentang perjalanan pemikiran manusia dari sejak awal hingga masa pascamodern atau masa yang sedang kita jalani ini. Karakter Parang Jati yang selalu mengkritik pemikiran Sandi Yuda menunjukkan peralihan zaman modern ke zaman pascamodern, dimana di zaman modern manusia sangat berusaha untuk berpikir rasional dan runut tanpa mempertimbangkan yang transenden.

Novel ini pun dengan baik menyinggung batasan norma[l] masyarakat Indonesia, terutama dalam konteks lingkungan dimana saya berada, tentang teologi, semisal, mengapa di negara ini hanya enam agama yang diakui, ketidakpercayaan terhadap lembaga pernikahan, atau pun konsep keesaan Tuhan. Belum lagi hal-hal tabu yang disajikan dalam kisah roman antara Yuda, Parang Jati, dan Manjali yang cerita intim mereka dikemas secara implisit maupun eksplisit, menggunakan metafora maupun gamblang.

Eksplorasi batasan-batasan itulah yang merupakan sisi menarik dari novel ini: ketidakterikatan.