Pada dasarnya, karya adalah sebuah ‘medium’ (Williams, 158) – jika sebelumnya kita mengenal istilah ‘media’, ‘medium’ adalah bentuk tunggalnya – di mana ‘medium’ tersebut menjembatani antara seniman (artis) dengan konsumen seni. Bentuk dari medium pun beragam, terutama yang akan saya bahas di sini adalah karya seni. Karya seni yang dimaksud adalah karya hasil daya pikir manusia yang bernilai estetis dan idealis, yang ketika membuatnya membutuhkan kontemplasi.

Dalam pembuatannya, sebuah karya mengalami perubahan bentuk. Karya yang sebelumnya berada dalam benak manusia berupa imajinasi kreatif dituangkan ke dalam media seperti kertas (jika berupa karya tulis) atau kanvas (jika berupa karya lukis). Ide tersebut berubah menjadi materi yang kemudian, dalam konteks kontemporer, diserap oleh pasar dan diperjualbelikan sebagai sebuah materi seni.

Di sini ide yang telah berubah bentuk menjadi medium mengalami perubahan yang signifikan. Ide yang bisa saja mengkritik tentang kapitalisme tetap saja tidak bisa terlepas dari proses kapitalis tersebut karena penyebarannya tetap melalui medium yang telah menjadi materi, sehingga pertukaran/penyebarannya pun membutuhkan modal. Tentunya, praktik tersebut menjamur ketika medium utama dari penyebaran karya sastra adalah buku atau kertas dan penerbit sebagai elemen yang paling penting dalam proses tersebut.

Seiring dengan perkembangan jaman, medium terus berkembang untuk menampung ide kreatif dari para kreator. Medium yang sedang populer, dan konon mengalahkan popularitas kertas atau buku, adalah laman web. Laman web merupakan media yang dapat menampung banyak dan beragam bentuk informasi, baik audio, video, teks, maupun still image ((Bahkan, sekarang tersedia layanan ‘buku digital’ yang dapat menampung karya yang variatif, interaktif, dan nonlinear seperti Scalar Project)). Sifatnya yang fleksibel dan mudah diakses membuat medium ini banyak digunakan. Selain itu, setiap orang dengan mudah dapat berkarya dengan medium ini, karena banyaknya layanan-layanan yang membolehkan seseorang menyimpan karyanya di Internet, seperti layanan blog dan sosial media. Lagipula, karya seni saat ini banyak yang berbentuk digital, sehingga dapat disimpan di medium laman web.

Terjadi pengurangan jarak yang signifikan antara seniman dan konsumen seni di era digital ini. Jarak yang saya maksud adalah usaha yang ditempuh konsumen seni untuk menikmati seni yang dibuat oleh seniman. Proses-proses yang berkurang di antaranya proses pembuatan kertas, pencetakan, distribusi karya, hingga proses (transportasi, misalnya) si konsumen pergi ke tempat karya tersebut tersedia. Dengan adanya pengurangan proses ini, maka terjadi pula pengurangan proses perputaran uang yang ada dalam tiap proses tersebut dan tentunya pengurangan modal. Modal yang diperlukan hanyalah biaya akses internet kepada penyedia layanan internet, dengan asumsi bahwa semua orang sebelumnya sudah memiliki alat untuk mengakses Internet seperti komputer atau ponsel.

Keterlepasan modal dengan karya seni digital yang dapat diakses dari Internet tersebut membuat karya seni berbeda dengan komoditas dagangan lainnya, karena sebelumnya transaksi produk seni dengan komoditas seperti sepatu, pakaian, atau makanan tidak berbeda. Seniman digital menjadi berbeda dengan para pekerja manual yang berkecimpung dengan komoditas mentah seperti kayu, besi, atau kulit. Hal ini berbeda dengan yang dikatakan Williams bahwa

“The inescapable materiality of works of art is then the irreplaceable materialization of kinds of experience, including experience of the production of objects, which, from our deepest sociality, go beyond not only the production of commodities, but also our ordinary experience of objects.” (162)

Tentu saja Williams kala itu belum mengkritik tentang medium digital, karena medium tersebut baru populer di permulaan abad ke-21 ini. Moda produksinya jauh berbeda sehingga aspek material dari karya seni pun berkurang bahkan dapat dianggap tidak ada. Idealisme karya seni pun semakin jauh dari moda produksi yang membutuhkan medium yang beririsan dengan proses kapital.

Kemajuan teknologi telah memberikan kita pilihan alternatif untuk memuat dan mempublikasikan karya seni. Medium seperti laman web membebaskan keterikatan material antara karya seni dengan moda produksi tradisional, sehingga keterikatan yang tadinya inescapable menjadi avoidable.

Referensi

Williams, Raymond. (1977). Marxism and Literature. Oxford University Press.