Karakteristik Sifat Fisik Sumber Air Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cheto

Geologi Regional dan Stratigrafi Vulkanik

Pembahasan tentang geologi regional di daerah Gunung Lawu telah dipetakan oleh Sampurno dan H. Samodra tahun 1997 pada peta geologi lembar ponorogo skala 1 : 100.000. Bagian barat daya yang menjadi daerah area pendakian yang saya lakukan tersusun oleh 4 formasi batuan (dari muda ke tua) :

    1. LAHAR LAWU (Qlla) : Komponen andesit, basal dan sedikit batuapung beragam ukuran yang bercampur dengan pasir gunungapi. Sebarannya terutama mengisi wilayah dataran di kaki gunungapi atau membentuk beberapa perbukitan rendah.
    2. LAVA ANAK (Qval) : Lava andesit yang mengalir dari pusatnya di G. Anak. Aliran lava ini ke timurlaut membentuk pematang rendah hingga kerucut prasiter G.Mijil.
    3. BATUAN GUNUNG API LAWU (Qvl) : Terutama terdiri dari tuf dan breksi gunungapi, bersisipan lava; umumnya bersusunan andesit.
    4. BREKSI JOBOLARANGAN (Qvjb) : Breksi gunungapi yang setempat bersisipan lava; keduanya bersusunan andeist. Sebarannya terutama menempati bagian puncak kompleks Lawu Tua, dan tebalnya mencapai pukuhan meter.

Gambar 1. Peta Geologi Regional Gunung Lawu Bagian Barat Laut

Sementara itu, Subagyo (2016) pernah melakukan penelitian bahwa pada bagian barat dan utara terdapat perlapisan batuan piroklastik yang tersusun olehn endapan aliran blok dan abu (block and ash flow) pada bagian bawah dan dtiumpangi oleh perulangan endapan jatuhan pumis dan aliran abu (ash flow) dengan kandungan pumis dan arang pada bagian atasnya. Sementara itu, aliran lava mendominasi pada bagian selatan dan timur Gunung Lawu. Namun demikian, belum diketahui dengan pasti hubungan stratigrafi antara aliran lava dan produk piroklastik tersebut.

Hidrogeologi Regional dan Genesa Mata Air

Berdasarkan peta hidrogeologi Indonesia lembar Yogyakarta skala 1 : 250.000 (A. Djaeni, 1982), daerah Gunung Lawu bagian barat daya terdapat 3 sistem air tanah yang merupakan sistem akuifer vulkanik, sesuai dengan fasies vulkanik yang menyusunnya.

    1. Akuifer daerah air tanah langka atau tak berarti.
    2. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir : setempat akuifer produktif
    3. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir : akuifer dengan produktivitas sedang dan penyebaran luas

Gambar 2. Peta Hidrogeologi Regional Gunung Lawu Bagian Barat Laut

Penelitian lain (Wilopo, 2014) menjelaskan bahwa di bagian barat gunung lawu terdapat 3 mata air yang sudah di uji kimia air nya sehingga dapat diketahui genesa atau asal usul air tersebut.

Misalnya kelompok mata air pablengan memiliki fasies Mg-Cl. Fasies tersebut dapat diperkuat dari nilai EC yang tinggi dan merupakan mata air panas. Mata air cimpleng juga merupakan mata air panas dan memiliki EC yang tinggi dengan fasies Mg-Cl, HCO3. Kadar Cl yang tinggi menunjukkan bahwa kelompok mata air tersebut ada hubungannya dengan terjadinya pelarutan mineral evaporasi atau interaksi dengan air laut sedangkan panasnya air dimungkinkan berhubungan dengan proses magmatisme dari Gunung Lawu. Sementara munculnya HCO3 kemungkinan terbentuk di kedalaman dekat permukaan atau pencampuran dari air yang lebih dangkal.

Sementara itu mata air girilayu dengan EC sedang dan mata air dingin memiliki fasies Mg,Ca-Cl,HCO3 yang menunjukkan sistem air meteorik dengan akuifer relatif dangkal.

Sumber Air Pendakian Gunung Lawu via Candi Cheto

Dalam suatu pendakian, air merupakan komponen penting yang harus diperhatikan oleh para pendaki. Air sangat dibutuhkan ketika para pendaki ingin minum, masak ataupun mencuci. Tidak mungkin bagi pendaki untuk tidak membawa air ketika melakukan pendakian. Sebagian pendaki ada yang membawa air secara utuh dari awal perjalanan, ada pula yang hanya  membawa air secukupnya lau membawa botol kosong untuk diisikan air ketika sampai ke sumbernya.

Beberapa gunung begitupun gunung lawu memiliki sumber air dalam setiap jalur pendakiannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo, dkk (2018) di suatu jurnal memberikan informasi bahwa terdapat ketersediaan sumber air di setiap jalur pendakian. Jalur Cemoro Sewu memiliki 2 sumber mata air, jalur cemoro kendang memiliki 1 sumber mata air dan jalur candi cetho memiliki 2 sumber mata air. Keberadaan sumber air ini menjadi keuntungan para pendaki agar bisa mengatur kebutuhan air dalam perjalanan pendakiannya.

Hanya saja memang, kualitas air dari setiap sumber air yang ada alangkah baiknya di cek atau di uji terlebih dahulu agar setiap pendaki yang memakai air tersebut lebih yakin menggunakannya dan tidak khawatir akan mengalami gangguan pencernaan atau kesehatan. Hal tersebut mungkin terjadi apalagi jika gunung tersebut dekat dengan manifestasi panas buminya yang aktif sehingga kadar kimia air dari sumber air tersebut mengalami peningkatan dan pencampuran. Maka atas dasar tersebut dan juga ingin melihat karakteristik air di jalur pendakian, saat mendaki saya mencoba mengecek sifat fisik air dari sumber yang ada di jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho.

Terdapat 3 sumber air yang saya temukan dalam perjalanan pendakian saya ke gunung lawu via Candi Cetho ini yang seharusnya mungkin ada 4 (Berbeda dengan penelitian yang saya sebutkan sebelumnya). Namun di sumber ke 4 yaitu telaga di Gupakan Menjangan, saya tidak menemukan sumber air karena mungkin pendakian saya berlangsung pada musim kemarau sehingga telaga tersebut kering.

    1. Sumber Air 1

Sumber air ini terletak diantara basecamp dan pos 1. Lokasinya berada di situs Patirtan Sapto Resi yang merupakan bagian dari komplek bangunan dari suatu candi di masa lalu. Sumber air ini keluar dari mata air berjenis depresi dengan litologi lapilli dan ditampung dalam suatu bak pemandian. Hasil observai menunjukkan nilai suhu air 17.9 oC, TDS 46 mg/l, EC 90 uS/cm dan pH 7.37.  Karakteristik ini normal untuk mata air depresi dengan sistem akuifer dangkal. Interaksi batuan dengan air tidak berlangsung lama.

     

    1. Sumber Air 2

Sumber Air ini terletak di bagian belakang shelter pos 1. Sumber air bukan keluar dari batuan namun dari pipa paralon yang mengalir ke kaki gunung untuk di gunakan warga sekitar. Debit nya cukup kecil dan untuk mengambilnya cukup susah jika ingin langsung dituangkan ke air mineral 1.5 L. Kualitas air baik jika dilihat dari sifat fisik airnya seperti suhu air 18.9 oC, TDS 48 mg/l, EC 93 uS/cm dan pH 7.24 dan termasuk aliran lokal. Suhu lebih rendah sedikit dikarenakan pengukuran di lakukan pada sore hari.

      

    1. Sumber Air 3

Sumber air berada di Pos 3 dan terletak di dekat shelter pendakian. Sumber air ini menjadi para favorit pendaki karena untuk isi ulang air dan mencuci karena debit nya cukup besar. Di pos ini juga para pendaki biasanya mendirikan tenda untuk bermalam. Sumber air memiliki karakteristik air yang normal, terlihat dari nilai pH 7.14, EC 112 uS/cm, TDS 55 mg/l. suhu air sebesar 13.5 oC menjadi suhu yang tinggi dari sumber yang lain, hal ini berbanding lurus dengan ketinggian topografi.

       

Referensi

Djaeni, A. 1983. Peta Hidrogeologi Indonesia Lembar IX Yogyakarta skala 1 : 250.000. Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung.

Pramumijoyo, S., 2016, August. Stratigrafi Vulkanik Gunung Api Lawu, Jawa Timur. In Proceeding, Seminar Nasional Kebumian Ke-9 Peran Penelitian Ilmu Kebumian Dalam Pemberdayaan Masyarakat 6-7 Oktober 2016; Grha Sabha Pramana. Departemen Teknik Geologi Ft UGM.

Prasetyo, R.Y., Suprayogi, A. and Yuwono, B.D., 2018. Pembuatan Peta Jalur Pendakian Gunung Lawu. Jurnal Geodesi Undip, 7(4), pp.334-343.

Sampurno & Samodra, H. 1997. Peta Geologi Regional Lembar Ponorogo, Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi : Bandung.

Wahyu Wilopo, W.W. And Kusuma Dhilaga, K.D., 2014, October. Genesa Mata Air Di Daerah Pablengan–Cumpleng, Kecamatan Matesih–Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. In Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30–31 Oktober 2014. Jurusan Teknik Geologi.