Pelatih Strategi Pembiayaan Usaha dalam rangka Optimalisasi Koperasi di Kecamatan Mekar Mukti, Kabupaten Garut

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Pelatihan ditahun 2009 ini terselenggara sebagai wujud program KKNM-PKMD integratif dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unpad, Dimana Program PKMD dari dosen dan program KKNM dari mahasiswa diharapkan dapat bersinergi dalam satu rangkaian program pengabdian masyarakat di obyek lokasi yang sama. Ketua dari program ini adalah Bapak Bambang Hermanto,M.Si., dan saya sebagai salah satu anggota timnya. Sebagai wujud sinergi, Tim Dosen ini juga merangkap sebagai pembimbing KKNM mahasiswa di dua desa di Kecamatan Mekar Mukti Kabupaten Garut, yakni Desa Cijayana dan Desa Karangwangi.

Latar belakang masalah dari program ini adalah mayoritas masyarakat di desa tersebut bekerja sebagai buruh tani, industri kecil dan sedikit nelayan dimana kondisi keuangan mereka sangat dinamis dan kebutuhan akan dana taktis sangat tinggi. Selama ini untuk memenuhinya mereka masih bergantung pada rentenir atau biasa mereka sebut sebagai bank keliling yang menawarkan dana taktis dengan prosedur pinjaman yang mudah meski dengan bunga yang tinggi. Masyarakat merasa lebih memilih bank keliling ini dibandingkan harus kepada bank formal seperti koperasi ataupun BPR (Bank Perkreditan Rakyat). Hal ini karena prosedur formalitas yang lebih rumit dan juga pengalaman masa lalu buruk mereka mengenai manajemen BPR maupun koperasi yang tidak benar sehingga BPR yang dulu dilikuidasi dan koperasi yang ada sempat tidak aktif. Dengan demikian tujuan umum program ini ada 2 yaitu :
– Bagaimana upaya optimalisasi fungsi lembaga koperasi dalam upaya pengembangan usahanya ?
– Bagaimana upaya meningkatkan pengetahuan warga desa dalam mengelola keuangan usaha serta alternatif strategi pembiayaannya ?

Berikut pemaparan sekilas program pelatihan ini, dilaksanakan oleh Tim Dosen dan Mahasiswa KKN Unpad :

Pelaksanaan program ini membutuhkan waktu sekira 4 bulan, dengan frekuensi jumlah kunjungan langsung oleh tim dosen pada lapangan sebanyak 8 kali. Berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang dicapai, didasarkan pada tahapan proses pelaksanaan kegiatan program :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan survey awal di lapangan, dengan tujuan selain untuk mendapatkan gambaran awal sasaran lokasi program, juga untuk koordinasi dengan pejabat pemerintahan kecamatan dan pemerintahan desa setempat. Koordinasi dilakukan guna pemerintahan lokasi setempat dapat menyiapkan hal – hal yang dibisa disinergikan dengan program ini serta menyiapkan juga proses akomodasi dari tim mahasiswa dan dosen ketika proses pelaksanaan program. Setelah survey awal dilakukan, lalu dilakukan konsolidasi antara tim dosen dan tim mahasiswa, tentang hasil dari survey awal serta hal – hal apa saja yang perlu dipersiapkan oleh tim, baik dari segi materi, metode program maupun kebutuhan tim selama pelaksanaan program di lokasi sasaran. Lalu pada saatnya, tim dosen mengantar tim mahasiswa guna menempati rumah penginapan dari warga desa, yang kemudian digunakan oleh tim sebagai posko KKN. Tim mahasiswa dibagi 2 kelompok pada 2 desa di kecamatan Mekarmukti, yakni desa Karangwangi dan desa Cijayana. Hasil dari tahapan ini adalah selain para stakeholder sudah terkoordinasikan, juga persiapan dari tim pelaksana program cukup matang, serta diperolehnya tempat penginapan oleh tim di lokasi program yang kemudian dijadikan juga sebagai posko KKN.
2. Tahap Analisa Awal
Tahap analisa awal dilakukan proses pencarian data dan informasi pada calon kelompok sasaran. Pada tahapan ini, metode yang dilakukan adalah dengan observasi, pengamatan langsung, serta wawancara kepada responden yang berkompeten (pak camat, kades, sekdes serta tokoh masyarakat setempat), guna menggali data dan informasi terkait potensi dan masalah yang muncul pada lokasi program. Untuk lebih optimal, proses analisa awal ini disinergikan dengan pelaksanaan program pendataan profil daerah oleh tim mahasiswa, yang dilakukan dengan cara menyebar dan mengisi kuesioner kepada masyarakat desa. Hasil yang didapat dari proses ini adalah beragam potensi dan masalah yang ada dilokasi program, dan bidang yang terkait langsung dengan rancangan program PKMD adalah adanya koperasi di desa Cijayana yang sedang tumbuh, serta kesulitan warga dalam mengelola dana usaha dan strategi pembiayaannya.
3. Tahap Analisa lanjutan
Pada tahapan ini dilakukan proses menganalisa lanjutan dimana proses pengumpulan data primer maupun sekunder di calon sasaran program dilakukan. Pengumpulan data – data terkait, serta wawancara mendalam dengan tokoh kunci calon sasaran program. Pada koperasi di desa Cijayana dilakukan wawancara dengan pak Yana dan Ust. Agus sebagai pengelola intinya, serta pada kelompok tani di desa Karangwangi adalah pak Otaman sebagai ketuanya. Setelah didapat infomasi mengenai potensi dan masalah pada calon kelompok sasaran program, selanjutnya disusun materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalah dan pengembangan potensi yang ada pada calon sasaran kelompok program. Hasil yang didapat dari tahapan ini adalah data dan informasi mengenai potensi dan masalah para kelompok sasaran (baik itu kelompok koperasi maupun kelompok tani), juga tersusunnya silabus materi pelatihan dengan tema optimalisasi koperasi dan strategi pembiayaan usaha kelompok tani.
4. Tahap Sosialisasi Program
Tahap sosialisasi program adalah tahap dimana ketika konsep penyusunan materi dan metode pelatihan yang akan dilaksanakan sudah matang, dan selanjutnya dilakukan proses penentuan waktu pelaksanaan program pelatihan, penyiapan tempat pelatihan, serta koordinasi dengan pihak yang terkait sekaligus menyebarkan undangan kepada calon kelompok sasaran. Pada dasarnya undangan diberikan kepada dua kelompok calon sasaran program, yakni kelompok pertama sejumlah 20 orang pengelola dan pengurus koperasi di desa Cijayana, lalu kelompok kedua sejumlah 12 orang untuk perwakilan dari 3 kelompok tani yang berasal dari desa Karangwangi. Selain itu undangan juga diberikan kepada pejabat pemerintahan setempat, yakni pak camat dari kecamatan Mekarmukti, dan kepala desa pada desa Cijayana dan desa Karangwangi. Selain disebarkan undangan, oleh tim juga menginformasikan kepada calon kelompok sasaran program tentang gambaran singkat pelatihan dan potensi manfaat apa saja yang dapat diraih pada pelatihan tersebut. Hasil dari pelaksanaan tahapan ini adalah terkoordinasikannya rencana pelaksanaan program dengan tim pelaksana dan juga pihak – pihak yang terkait, serta menyebarnya informasi dan undangan kepada calon kelompok sasaran program.
5. Tahap Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program pelatihan ini akhirnya dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2009, bertempat di ruang pertemuan koperasi di Cijayana, dengan 2 khalayak sasaran. Yakni sesi pertama, direncanakan pada jam 13.00 s/d 15.00 dengan tema pelatihan optimalisasi organisasi dan manajemen pengembangan usaha koperasi dengan khalayak sasaran pengurus dan pengelola koperasi, sedangkan pada sesi kedua, direncanakan diselenggarakan pada jam 15.30 s/d 17.30.
Pada pelaksanaan pelatihan tersebut pada sesi pertama hadir 16 orang perwakilan dari pengurus dan pengelola koperasi di desa Cijayana. Sedangkan dari unsur pejabat pemerintahan yang hadir adalah kepala desa dari desa Cijayana, Pak Ade, sekaligus berperan sebagai pembuka acara pelatihan. Lalu pada sesi kedua telah hadir sebanyak 6 orang perwakilan kelompok tani dari desa Karangwangi. Kedua sesi pelatihan sendiri berjalan lancar serta mendapat tanggapan yang baik dari peserta, meski diawal sempat mengalami kelambatan pelaksanaan sesi, karena menunggu mengumpulnya peserta pelatihan, tapi kemudian sesi acara selanjutnya dapat menyesuaikan dan acara pelatihan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Hasil yang didapatkan dari tahapan ini adalah terealisasikannya program pelaksanaan pelatihan ini dengan proses pembelajaran bagi tim pelaksana dalam melaksanakan suatu kegiatan. Selain itu juga, pelaksanaan pelatihan ini mendapat respon yang baik dari peserta yang telah berpartisipasi pada pelatihan tersebut.
6. Evaluasi dan Monitoring
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa program pelatihan ini sudah terlaksana dengan bagus, baik pelatihan pada koperasi, maupun pelatihan pada masyarakat desa. Selanjutnya mengenai proses monitoring, dilakukan untuk melihat kondisi peserta pelatihan setelah pelatihan dilakukan. Setelah pasca pelatihan, didapat informasi bahwa koperasi di desa Cijayana sudah mempunyai unit usaha baru yakni sebagai distributor pupuk. Lalu koperasi juga dalam waktu dekat ini akan melakukan pengembangan usaha pada membuka kembali toko kelontong guna menjual barang kebutuhan pokok warga sehari – hari, meski mereka terkendala pada mendapatkan personal / tenaga kerja yang jujur dan dapat diandalkan. Koperasi juga meminta bantuan kepada tim dosen guna membantu memantau proses dana sebagian anggota mereka yang tertahan di BPR yang dilikuidasi oleh LPS pada tahun 2007. Mereka berharap bila dana tersebut dapat cair, akan digunakan guna menambah modal koperasi mereka. Tetapi sampai laporan ini dibuat, tim dosen belum menerima surat mandat dari koperasi, yang dibutuhkan oleh tim dosen ketika akan mengusut proses pencairan dana yang tertahan oleh LPS. Memantau mengenai penambahan anggota, bila dihitung dari pasca pelatihan bulan agustus 2009 lalu, anggota koperasi telah bertambah sebanyak 14 orang, yang 8 orang diantaranya adalah warga dari desa Karangwangi. Hal ini menunjukkan indikator yang positif mengenai telah bertambahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang manfaat bermitra dengan koperasi yang ada di lingkungannya.
7.Rencana Keberlanjutan Program
Setelah mendapatkan informasi mengenai kondisi terakhir pada kelompok sasaran program dari proses monitoring tersebut, ada beberapa ajuan strategi guna mendukung keberlanjutan program PKMD ini, beberapa diantaranya adalah :
a. Untuk kelompok sasaran koperasi simpan pinjam “Cipamatuh”, kapasitas personal dan kelembagaan dari koperasi di desa Cijayana ini sebenarnya sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan mereka dalam menyelesaikan piutang macet dari kepengurusan sebelumnya, lebih dari 75%, dan sekarang sudah mengembangkan usahanya tidak hanya pada unit simpan – pinjam saja, tetapi juga sudah membangun unit usaha baru, yakni penerimaan pembayaran listrik dan telepon, juga sebagai distributor pupuk. Upaya pengembangan usaha dari koperasi ini layak untuk didukung dengan upaya sinergi dengan pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan memfokuskan pada pengembangan usaha distributor pupuknya pada pencarian beragam produsen pupuk yang kualitas dan harga yang optimal. Selain itu, rencana untuk membuka toko kelontong yang baru, dapat disinerjikan melalui kerjasama dengan toko kelontong di daerah yang lain yang sudah mapan. Sedangkan strategi pengembangan tidak langsung, dapat dilakukan upaya untuk dikaitkan kepada program – program bantuan usaha khusus usaha kecil / koperasi, baik itu program dari pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat.
b. Untuk kelompok sasaran warga desa, setelah dikenalkan pada sumber pembiayaan yang baru, peningkatan kapasitas selanjutnya dapat dilakukan dengan cara proses penyadaran yang luas guna melawan praktek rentenir yang dapat menyusahkan warga dikemudian hari, dengan berlesinegi lebih dalam dengan koperasi atau lembaga keuangan yang lebih kredibel. Selain itu juga, perlu peningkatan kapasitas warga pada kemampuan mengelola usaha secara menyeluruh, sehingga secara perlahan diharapkan terjadi perubahan perilaku pada masyarakat, yang tadinya hanya mengandalkan bantun dari pihak luar, menjadi kearah lebih berdaya dan percaya kepada kemampuan diri sendirinya.