Pada akhir tahun 2017, saya berpartisipasi sebagai tim kajian Kesiapan Industri Kecil Menengah (IKM) dalam menghadapi perdagangan bebas AFTA (Negara-Negara Asean) dan FTAAP (Negara-Negara Asia Pasifik). Kajian ini terselenggara atas kerjasama antara DRPMI Unpad dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung. Adapun metode kajian ini adalah survey, penyebaran kuesioner dan wawancara kepada 30 sentra industri di Kota Bandung. Kesimpulan singkat dari kajian ini adalah sebenarnya hanya sedikit sentra di Bandung yang memiliki karakteristik pesaing yang benar-benar dari Luar negeri, karena umumnya pesaing mereka masih dari lokal ataupun nasional. Sehingga dengan strategi fokus memenangkan persaingan pasar lokal dan nasional untuk tahap awal masih dibutuhkan oleh mayoritas IKM di Kota Bandung. Selain itu tingkat pengetahuan para IKM di Kota Bandung mengenai AFTA dan FTAAP juga masih minim, mengindikasikan mereka sebenarnya masih fokus memenuhi pasar dalam negeri dan tidak begitu menghawatirkan persaiangan dari ASEAN maupun Asia Pasifik. Temuan menarik lainnya adalah untuk sentra dengan produk masal, mudah ditiru, dan berhasil memasarkan produknya ke luar negeri (misal: produk tekstil) justru berada dalam kategori kritis dalam menghadapi persaingan perdagangan bebas, sehingga rekomendasinya adalah IKM baiknya fokus pada keunikan dan kualitas produk agar dapat bersaing di era AFTA dan FTAAP ini.