Selamat datang semuanya, pada blog ini berisikan tentang kegiatan apa saja yang dilakukan serta materi apa yang dipelajari saat menjalankan kegiatan Elective Health Alliance Science Program (EHASP) Kanker Payudara.
Refleksi Pembelajaran
Setelah 4 minggu menjalani kegiatan Elective Health Alliance Science Program (EHASP) Kanker Payudara yang dibimbing oleh Dr. Mohammad Ghozali, dr., Mac, saya mendapatkan banyak sekali ilmu-ilmu baru. Saat pertemuan pertama saya melihat sekaligus mempelajari hal-hal apa saja yang dikerjakan di dalam 4 Lab (Lab. Farmakokinetik, Lab Imunologi, Lab Molekular Genetik, Lab Sitogenetika dan kultur sel) yang ada di Rumah Sakit Pendidikan Unpad. Pada pertemuan berikutnya ada diskusi daring dimana kami mendiskusikan apa saja yang telah kami dapat pada pertemuan berikutnya, setelah itu pertemuan berikutnya kami datang kembali ke Lab. imunologi untuk mereview singkat sekaligus mendalami hal-hal yang ada disana. Kami juga mendatangi Klinik Santi, dimana di wahana tersebut kami dibimbing oleh dr.Siska Wiramihardja, Sp.GK, disana kami mempelajari tentang dietary recall, pengukuran tinggi, lingkar pinggang, dan berat badan sekaligus komposisi tubuh, dan juga kami diajarkan bagaimana berinteraksi dengan pasien secara langsung. Selanjutnya kami juga diperkenalkan dengan alat mikropipet di dalam Laboratorium Biomedik Dasar, Kampus FK Jatinangor.
Setelah menjalani beberapa pembelajaran diluar kelas, kami mengikuti seminar pakar tentang Nutrition and Energy Metabolism Related Aspect of Breast Cancer yang dibawakan oleh dr.Siska Wiramihardja, Sp.GK, dari seminar pakar ini saya mengetahui bahwa nutrisi yang kita makan berpengaruh terhadap peluang terjadinya kanker dan juga saya dapat mengetahui jika obesitas berhubungan dengan kanker payudara. Pada seminar pakar selanjutnya yaitu Breast Cancer : Current Model for Research yang dibawakan oleh Ibu Nayla Majeda Alfarafisa,Ph.D, di seminar pakar ini saya mempelajari bentuk-bentuk penelitian dari masa ke masa dimana secara garis besar penelitian tentang kanker payudara dibagi menjadi 3 yaitu In Vitro, In Vivo, dan Ex Vivo.
Dari pengalaman yang saya dapatkan selama menjalani Elective Health Alliance Science Program (EHASP) yang bertema Kanker Payudara, saya mengetahui bahwa seorang dokter tidak hanya mengobati seorang pasien, tetapi juga seorang dokter dapat berusaha dan berpikir bagaimana cara untuk mencegah suatu penyakit sehingga prevalensi dari penyakit tersebut dapat menurun atau bahkan hilang.
Breast Cancer : Current Model for Research
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan adanya sel ataupun jaringan abnormal bersifat ganas yang berkembang cepat dan tidak terkendali.
Kanker payudara adalah kanker yang berkembang di jaringan payudara.
Dapat kita lihat pada grafik evolusi riset kanker payudara bahwa semakin bertambahnya tahun maka semakin bertambahnya juga jumlah riset yang ada.
Tumor Microenvironment adalah lingkungan disekitar jaringan kanker yang berkontribusi mendukung sel kanker itu sendiri. Tumor Microenvironment terbukti memiliki peran dalam metastasis, malignansi, dan resistensi.
Secara garis besar, model penelitian kanker payudara terbagi menjadi 3 macam:
- Penelitian In Vitro
- Penelitian In Vivo
- Penelitian Ex Vivo
- Model Penelitian In Vitro sendiri menggunakan kultur cell line, kultur 2D dan kultur 3D
- Kultur 2D ->Kelebihan: murah, mudah, reproducible. ->Kelemahan: Tidak ada komunikasi sel, homogen, oversimplified
- Kultur 3D (spheroid, hydrogels, scaffold) ->Kelebihan: terdapat interaksi sel dan ECM, memungkinkan pemodelan metastasis ->Kekurangan: Sulit, mahal, masih belum bisa menggambarkan karateristik tumor microenvironment
- Menggunakan hewan uji untuk keperluan penelitian. ->Kelebihan: Solusi keterbatasan penelitian in vitro ->Kelemahan: Mahal, lama, dibutuhkan tahap validasi pada manusia, sulit untuk reproducable
- Klasifikasi: 1. Transplantasi -> Allograft -> CDX (Cell-derived xenograft) -> PDX(patient-derived xenograft) 2. Spontaneous tumorigenesis -> GEMMs (genetically modified mouse models) -> Carcinogen-induced murine tumorigenesis models
-
Penggunaan unit fungsional organ manusia atau jaringan di dalam microfluidic chip
-
Mampu menampilkan fenomena gradient biokimia
-
Mampu menampilkan dinamika fluida pada tumor microenvironment
-
Mampu meniru sifat-sifat biokimia dan metabolisme pada tumor microenvironment
-
Mampu meniru fenomena vasculature
-
Mampu menampilksan interaksi sel tumor dan sel stroma
Nutrition and Energy Metabolism Related Aspect of Breast Cancer
Berdasarkan data dari World Health Organization tahun 2020 diatas terlihat prevalensi kanker payudara di Indonesia menduduki urutan terbesar pertama diantara jenis kanker yang lain (cervical cancer, lung cancer, colateral cancer) dengan persentase 16,6%.
Pentingnya faktor risiko ini, tidak hanya dalam mempengaruhi banyaknya kejadian kanker payudara, tetapi juga berhubungan dengan hasil klinis yang lebih buruk setelah diagnosis.
Dari materi diatas, terlihat jika obesitas memiliki hubungan terhadap kanker payudara, yang secara tidak langsung berperan dalam pembentukan kanker
Obesitas akan terjadi jika Calories In lebih besar dari Calories Out. Dari materi diatas, obesitas sendiri dapat dicegah dengan membuat Energy Balance, dimana Calories in setara dengan Calories out.
Body Mass Index (BMI) adalah parameter internasional untuk menentukan seseorang obesitas atau tidak, dimana seseorang dapat dikatakan obesitas jika BMI >24.9
Alat Flow Cytometry
Prinsip Multicolor Flow cytometry
Flow cytometry menganalisis populasi sel berdasarkan sel per sel, memiliki kemampuan yang penting dalam mencari sel yang sangat sedikit di antara banyak sel dalam sampel yang akan memungkinkan mereka untuk mempelajari keadaan penyakit atau proses biologis. Tingkat analisis sampel dapat berkisar hingga 10.000 sel per detik. Flow cytometry memiliki kapasitas untuk secara bersamaan mengukur beberapa parameter (multiplexing) dari sel tunggal. Multiplexing memungkinkan peneliti dan dokter untuk mengumpulkan lebih banyak informasi dari satu sampel lebih cepat dari sebelumnya. Kemampuan ini telah membuat flow cytometry menjadi alat yang ampuh dengan berbagai aplikasi untuk peneliti dan dokter.
Cara kerja flow cytometry
Flow cytometers berisi tiga sistem utama: fluida, optik, dan elektronik.
Sistem fluida menyalurkan sampel sel (misalnya, sampel darah manusia) ke dalam aliran tunggal sehingga sel melewati sinar laser satu per satu. Saat setiap sel melewati sinar, ia menyebarkan cahaya dan dapat memancarkan cahaya neon. Sinyal cahaya ini dikumpulkan oleh sistem optik dan diarahkan ke berbagai detektor. Sinyal yang diterima oleh detektor kemudian diubah menjadi nilai numerik oleh sistem elektronik. Hasil dapat ditampilkan di layar atau disimpan untuk analisis di masa mendatang menggunakan perangkat lunak yang dirancang khusus.
Saat setiap sel bergerak melalui balok, parameternya (karakteristik) diukur dan dicatat, bersama dengan waktu yang dilaluinya melalui balok. Biasanya, data dikumpulkan untuk setidaknya 10.000 sel per sampel.
Penyortiran
Pertama parameter ditetapkan sehingga flow cytometer dapat mengidentifikasi sel yang diinginkan. Aliran cairan yang mengandung sampel disalurkan pada tekanan tinggi oleh sistem fluidik ke dalam aliran tunggal sehingga sel melewati satu per satu melalui sinar laser di mana informasi tentang sel terdeteksi. Jika sel cocok dengan parameter yang ditentukan, sitometer menerapkan muatan listrik padanya. Hal ini menyebabkan sel bermuatan dibelokkan ke arah tabung pengumpul. Peneliti kemudian dapat mengambil sel yang diinginkan dan menumbuhkannya dalam kultur atau mempelajarinya dalam pengujian lain. Tetesan-tetesan yang tidak bermuatan itu terus mengalir ke wadah sampah. Prosesnya cepat dan dapat dilakukan dengan kecepatan hingga 20.000 sel per detik.
Temukan penyortir sel yang paling tepat untuk eksperimen Anda. BD Biosciences menawarkan berbagai penyortir sel penelitian untuk berbagai aplikasi penelitian, mulai dari sistem benchtop sederhana hingga sistem canggih yang dapat dikonfigurasi sepenuhnya.
Mengukur karakteristik sel
Saat sel melewati sinar laser, cahaya tersebar ke arah yang berbeda. Mengukur seberapa banyak dan ke arah mana cahaya dihamburkan membantu peneliti menentukan ukuran dan kompleksitas internal sel. Menggunakan flow cytometry, lebih dari satu populasi sel dapat dipelajari pada satu waktu dan informasi di luar ukuran dan kompleksitas dapat diperoleh.
Fluoresensi sebagai penanda sel dan aktivitas seluler
Antibodi monoklonal sering dikaitkan dengan pewarna fluoresen (fluorokrom) yang akan memancarkan cahaya fluoresen saat dieksitasi oleh laser. Fluorokrom memungkinkan sel-sel yang terikat pada antibodi atau penanda untuk dilacak. Sebagian besar sel tidak memancarkan cahaya fluoresen secara alami. Namun, jika antibodi monoklonal yang ditandai dengan fluorokrom terikat pada antigen yang ada pada sel, sinyal cahaya fluoresen akan diambil ketika sel tersebut melewati sinar laser dari flow cytometer.
Fluorochromes berbeda satu sama lain sehubungan dengan warna cahaya yang akan mereka pancarkan. Misalnya, FITC, salah satu penawaran fluorokrom BD, akan memancarkan cahaya hijau, sedangkan PE, salah satu dari penawaran BD fluorokrom, akan memancarkan cahaya oranye saat terkena laser yang digunakan dalam sitometer aliran kami. Penggunaan fluorokrom yang berbeda membantu peneliti membedakan antara populasi sel atau aktivitas seluler yang berbeda.
Multicolor flow cytometry
Sel dari tipe yang berbeda memiliki kombinasi antigen yang berbeda dan akan berikatan dengan kombinasi antibodi yang berbeda. Jika setiap antibodi monoklonal yang digunakan dalam pengujian sampel sel terkait dengan fluorokrom yang berbeda, jenis sel dapat dibedakan satu sama lain dengan kombinasi warna yang mereka pancarkan saat melewati sinar laser.
Penggunaan kombinasi beberapa fluorokrom secara bersamaan semakin meningkatkan kemampuan untuk membedakan antara populasi sel yang berbeda. Gambar di bawah menunjukkan contoh di mana dua antibodi monoklonal yang berbeda—masing-masing terkait dengan fluorokrom yang berbeda—digunakan dalam menguji sampel sel untuk mencari limfosit T. Empat jenis sel yang berbeda terbukti.
Flow cytometry menggabungkan fleksibilitas dan sensitivitas teknologi fluoresensi dengan kecepatan tinggi dan kemampuan integrasi data. Ini telah menjadi standar emas dalam analisis sel dan sekarang digunakan sebagai alat analitik di berbagai sektor ilmu kehidupan.
Intracellular flow cytometry
adalah teknik yang ampuh untuk identifikasi tipe sel dan analisis pensinyalan dan respons fungsional dalam garis sel dan sampel sel yang heterogen. BD Biosciences menyediakan berbagai reagen, kit, dan protokol untuk memfasilitasi sitometri aliran intraseluler. Temukan alat dan teknik, termasuk antibodi terkonjugasi BD fluorokrom, buffer, kit, dan protokol yang mendukung pewarnaan sitokin intraseluler, fosfoprotein, dan deteksi faktor transkripsi dengan sitometri aliran intraseluler.
Sumber: https://www.bdbiosciences.com/en-sg/learn/applications/multicolor-flow-cytometry#Multicolor-Flow-Cytometry-Tools
Observasi di Klinik Santi bersama dr.Siska Wiramihardja, Sp.GK
Di Klinik Santi, ada 5 tahapan terhadap pasien, sebelum dan sesudah konsultasi. Tahapan tersebut yakni:
- Menyapa pasien
- Melakukan pengukuran tinggi badan dan lingkar pinggang -> Sikap tubuh saat dilakukan pengukuran tinggi badan : 1. Berdiri lurus, dengan kaki rapat dan lutut lurus. 2. Tumit, bokong, dan bahu menempel pada permukaan dinding 3. Lengan menggantung rileks di sisi tubuh dengan telapak tangan menghadap paha 4. Pandangan lurus ke depan sesuai dengan Frakfurt plane horizontal, tidak harus selalu harus menempel pada permukaan dinding
- Melakukan pengukuran lingkar perut
- Melakukan penimbangan berat badan dan komposisi tubuh cara menggunakan timbangan: 1. Menyalakan timbangan 2. Masukkan nilai berat pakaian 3. Memulai penimbangan berat badan 4. Masukkan body type 5. Input gender 6. Masukkan umur 7. Input nilai tinggi badan
- Melakukan dietary recall
- Konsultasi dengan dokter Tahapan konsultasi: 1. Menyapa pasien 2. Pasien menceritakan keluhan 3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik (mata, askultasi paru/jantung/bising usus, perkusi dan palpasi abdomen) 4. Dokter memberikan saran
Kegiatan Lab Tour di Rumah Sakit Pendidikan Unpad
Di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, ada 4 laboratorium yang telah dikunjungi yakni:
1. Lab. Farmakokinetik
Lab ini bertujuan untuk menganalisis obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien. Lab ini mempunyai 3 alat seperti:
- centrifuge
- vortex
- UPLC (Ultra Performance LiquidChromatography)
2. Lab Imunologi
Lab ini bertujuan untuk mengetahui reaksi sel terutama yang berkaitan dengan sistem imun tubuh.
Lab ini mempunyai 4 alat:
- Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA), berfungsi untuk mengukur protein yang spesifik
- Flowcytometry, alat ini bertujuan untuk pengukuran sel dengan aliran sirkulasi mengukur tingkat kenormalan sel
- MiSeq, fungsi alat ini adalah menganalisa susunan basa nitrogen
- GenExpert, yang berfungsi untuk real-time PCR dan lebih simpel dari PCR karena hanya membutuhkan RNA saja.
3. Lab Molekular Genetik
Lab ini pada dasarnya bertujuan untuk menganalisis
DNA.
4. Lab Sitogenetika dan kultur sel.
Lab ini umumnya bertujuan untuk mengukur abnormalitas pada
kromosom dan gender.
Kegiatan di Laboratorium Biomedik Dasar, Kampus FK Jatinangor.
Di Laboratorium ini kami mempelajari alat micropipet secara detail.
Micropipet adalah pipet yang digunakan untuk mengambil cairan yang jumlahnya sangat sedikit seperti sel yang ada di dalam tubuh.
Jenis micropipet:
- P20: mempunyai kapasitas 2-20 micro
- P200: mempunyai kapsitas 20-200 micro
- P1000: mempunyai kapasitas 100-1000 micro
Jenis tip (alat yang digunakan untuk mendukung micropipet)
- Tip putih: micropipet P20
- Tip kuning: micropipet P200
- Tip biru: micropipet P1000
Cara pakai micropipet
- Harus steril
- Tegak lurus dengan cairan
- Ambil cairan hanya sampai tekanan pertama
- Jika mengeluarkan tekan sampai tekanan kedua
Cara menyimpan micropipet
- Tip harus sudah terbuka
- letakkan di tempat khusus micropipet
Tabung eppendorf: tabung kecil yang berguna untuk mereaksikan cairan yang diambil dengan micropipet