BIBMC (6th Bandung International Biomolecular Medicine Conference)

BIBMC (Bandung International Biomolecular Medicine Conference) ke-6 yang dilaksanakan setiap tahunnya merupakan sebuah konferensi kedokteran biomolekular yang berbasis internasional.

BIBMC ke-6 ini dilaksanakan secara hybrid, yaitu secara luar jaringan (luring) di Gedung Pamitran dan dalam jaringan (daring) melalui online meeting ZOOM. Konferensi ini dilaksanakan dalam beberapa rangkaian acara, mulai dari pre-conference workshop, international conference, dan post-conference workshops dengan tema “Translational Medicine in Academic Health System Context”. Konferensi ini ini memiliki berbagai topik yang sangat menarik, seperti tuberculosis, SARS-CoV-19, Malaria, Vitamin D, SLE, breast cancer, thalassemia, dan cardiometabolic.

Pada acara BIBMC ini, saya menghadiri presentasi dari beberapa topik, salah satu yang menjadi perhatian saya adalah terkait vitamin D. Presentasi topik vitamin D ini dibawakan oleh Dokter Setyorini, Dokter Reni, Dokter Ronny, dan Dokter Tina, dimana masing-masing membahas terkait “Community Situation and Updates”, “Clinical Updates”, dan Biomedical Sciences Innovation”.

Masalah yang dipaparkan oleh para narasumber yang cukup menarik perhatian saya adalah menurut data, terdapat kekurangan (baik defisiensi, inadekuat, maupun tidak cukup) vitamin D pada anak usia sekolah hingga remaja dan perlu perhatian lebih lanjut terkait kasus ini. Dampak dari defisiensi vitamin D pun cukup beragam. Misalnya jika pada masa kehamilan dampaknya adalah kelahiran prematur. Pada bayi dan anak dapat menyebabkan stunting, autoimun, gangguan pada tulang, dan gangguan perkembangan neuron. Defisiensi vitamin D pada dewasa dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal, psikologis, autoimun, fertilitas, bahkan kanker. Terakhir pada usia lanjut usia dapat menyebabkan osteoporosis, kanker, dan penyakit kronis lainnya. Oleh karena itu, diperlukan perhatian lebih mendalam lagi untuk mengatasi kasus ini di semua jenjang usia, bahkan sebelum masa kehamilan (prekonsepsi) sebagai pencegahan primer.

Terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan status vitamin D di Indonesia, diantaranya :

a. Suplementasi vitamin D
b. Program fortifikasi makanan nasional (menambahkan zat gizi tertentu/mikronutrien ke dalam pangan)

c. Program peningkatan aktivitas luar ruangan dan kebiasaan berjemur, dan

d. Pendekatan multidisiplin (manajemen polusi udara, perubahan kebiasaan di dalam ruangan, dan sebagainya)

Selain beberapa strategi di atas, penting juga dilakukan monitoring status vitamin D secara berkala pada populasi umum yang memiliki faktor risiko defisiensi vitamin D. Termasuk pencegahan pada masa prekonsepsi, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan anak-anak sebagai pencegahan primer.

Dengan adanya kerjasama dari pemerintah, masyarakat, dokter, dan lembaga-lembaga terkait dalam menangani kasus defisiensi vitamin D ini, niscaya kasus kekurangan vitamin D di Indonesia dapat ditangani dengan baik dan cepat.