Journey 03: Immunology Laboratory🔬

Kunjungan pada laboratorium imunologi di Rumah Sakit Pendidikan FK Unpad, Gedung Pamitran, pada tanggal 12 Agustus 2022 menjadi kegiatan selanjutnya yang kami lakukan setelah diskusi online terkait dengan alat-alat lab. Untuk itu, saya merasa bahwa selain untuk membantu kami agar bisa mempelajari materi terkait alat-alat lab dengan mudah, kegiatan diskusi online yang kami lakukan sebelumnya juga adalah bentuk persiapan sebelum kami melaksanakan kegiatan ini.

Gambar 1.0 Potret saya dan teman-teman saya sebagai tim yang tiba lebih dahulu di depan laboratorium imunologi. Dari kiri: Zahra, Fatiya, Geubrina, Enje, dan Amara.

Kembali ke kunjungan laboratorium imunologi, kegiatan ini berfokus pada beberapa prosedur kerja yang biasanya dilakukan di laboratorium imunologi. Dalam prosesnya, kami diberikan penjelasan mengenai beberapa prosedur kerja dan prinsip kerja alat-alat terkaitnya. Penjelasannya terfokus pada empat alat biomedis, meliputi: ELISA beserta ELISA kitnya, Pima Analyzer, GeneXpert, dan Flow Cytometry (FACS).

Saat kegiatan berlangsung kami dibagi menjadi dua kelompok kecil untuk kemudian bergantian (rolling) dalam mendapatkan penjelasannya. Saya sendiri tergabung ke dalam kelompok yang mendapatkan penjelasan mengenai ELISA terlebih dahulu bersama dengan Amara, Fatiya, dan Zahra. ELISA sendiri adalah alat yang biasanya digunakan untuk mendeteksi dan menghitung berbagai protein (antibodi, antigen, dan hormon) dengan memasangkan protein komplementernya pada plate yang tersedia. Contohnya, untuk pemeriksaan antigen akan dipasangkan antibodi yang sesuai.

Penjelasan terkait ELISA ini pun dimulai dari proses pengambilan sampel (pre-analitik) yang biasanya berasal dari manusia ataupun hewan. Pada tahapan ini, sampel yang biasanya didapatkan dari manusia sendiri biasanya adalah darah. Sampel ini kemudian akan dimasukan ke dalam tabung dengan warna khusus sesuai dengan keperluan dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Adapun beberapa jenis tabung tersebut dan fungsinya adalah sebagai berikut:

  1. Tabung Ungu –> berisi EDTA untuk mencegah pembekuan darah, biasanya digunakan jika sampel yang dibutuhkan adalah whole blood. Setelah sampel darah tertampung, tabung harus langsung dikocok secara perlahan untuk menghindari lisis dan pembekuan darah.
  2. Tabung Merah –> biasanya digunakan untuk memisahkan serum darah dan membekukan sel darah. Tabung ini tidak boleh dikocok dan hanya boleh dibolak-balikan 1-2 kali secara perlahan, hingga titik-titik di dalam tabung terlihat sudah larut. Kemudian tabung ini akan langsung dibekukan sebelum disentrifugasi seakan diperiksa nantinya.
  3. Tabung Kuning –> biasanya digunakan untuk memisahkan serum dan sel darah. Perlakuan pada sampel dalam tabung ini setelah ditampung sama dengan sampel pada tabung merah.b
  4. Tabung Hijau –> berisi lithium heparin atau sodium heparin untuk mencegah pembekuan darah dan biasnya digunakan untuk melakukan pemeriksaan kimia darah.

 

Gambar 2.0 Beberapa jenis vacuntainer, tabung untuk menampung sampel darah dengan fungsi yang berbeda-beda.

Selain perbedaan warna pada tabungnya, tabung-tabung ini juga akan diberikan label yang memuat informasi mengenai ID sampel, nama pasien, dan tanggal lahir pasien, untuk menghindari tertukarnya hasil pemeriksaan. Selain itu, terdapat beberapa informasi mengenai sampel yang perlu diperhatikan sebelum memasuki fase berikutnya, seperti suhu pengiriman, waktu pengambilan, waktu pengirimaan, dan waktu penerimaan sampel.

Selanjutnya, memasuki fase analitik atau pemeriksaan menggunakan ELISA, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti jenis sampel, jenis pemeriksaan, dan metode apa yang akan digunakan. Ketiga hal tersebut harus disesuaikan satu sama lain dengan tujuan dari pemeriksaan dan jenis ELISA yang akan digunakan (jenis ELISA: direct, indirect, sandwich, dan competitive). Selain itu, dalam prosesnya terdapat beberapa alat dan bahan yang akan kita gunakan juga yang terangkum dalam ELISA kit, mencakup: insert kit, panduan, wash buffer untuk mencuci, plate ELISA yang sudah dilapisi senyawa/protein komplementer target, substrate buffer, enzyme, dilution buffer, standar, dan conjugate HRP.

 

Gambar 3.0 Sebagian dari ELISA kit.

Adapun untuk prosedur kerja jika kita ingin memeriksa menggunakan ELISA sendiri adalah sebagai berikut:

  1. Membuat standar yang dengan pengenceran yang sesuai panduan dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
  2. Memasukan sampel dengan ukuran 50-100 mikron.
  3. Memberikan sampel dilution buffer dan menginkubasinya selam 1-2 jam untuk mereaksikan target substansi pada sampel dengan substansi komplementernya di plate.
  4. Membersikan atau mengeliminasi substansi sampel yang tidak mengikat substansi komplementer dengan melakukan pencucian.
  5. Memberikan substrat agar komplek substansi target dan komplementernya dapat mengemisikan warna dan terbaca.
  6.  Menginput sampel pada ELISA reader untuk pembacaan. Hasil dari proses ini akan berbentuk angka yang menggambarkan optical density. Hasil ini kemudian akan dihitung dengan membandingkan hasil optical density pada standar dan sampel.

 

Gambar 4.0 Centrifuge (kiri) dan ELISA reader (kanan).

Terakhir, setelah fase analitik, kita akan sampai pada fase pasca-analitik untuk melakukan pengolahan data dengan tepat dan baik. Untuk bisa mengolah data dengan baik, menghindari kesalahan atau error selama proses penelitian berlangsung, dan/atau mengoreksi kesalahan dalam proses atau hasil pemeriksaan (jika ada), dokumentasi secara mendetail perlu dilakukan. Pembuatan dan pencatatan setiap langkah yang kita lakukan di logbook mulai dari awal proses pemeriksaan adalah salah satu caranya. Adapun isi dari logbook itu sendiri, meliputi:

  1. Judul pemeriksaan,
  2. Hari dan tanggal pemeriksaan dilakukan,
  3. Nama pemeriksa,
  4. Metode pemeriksaan,
  5. Landasan teori secara singkat,
  6. Alat dan bahan yang digunakan,
  7. Cara kerja,
  8. Jenis sampel yang diperiksa, dan
  9. Peta plate (memastikan letak sampel dan standar).

Selesai dengan penjelansan terkait ELISA kami pun beralih untuk mendapatkan penjelasan mengenai penggunaan Pima Analyzer dan GenXpert. Pada kesempatan kali ini, penjelasannya berfokus pada penggunaan kedua alat tersebut untuk melakukan tes HIV, lebih tepatnya adalah pemeriksaan viral load dan CD4. Dalam praktiknya pemeriksaan tersebut bisa sebagai screening atau untuk menentukan jenis obat ARV yang akan digunakan selanjutnya oleh pasien HIV berdasarkan viral load dan kadar CD4 di dalam tubuhnya.

Dalam prosesnya Pima Analyzer akan digunakan untuk menghitung kadar CD4 dengan menganalisis 25-30 mikron darah pada kontainer khusus yang diinsertkan ke dalamnya. Hal yang perlu diperhatikan saat sedang melakukan pemeriksaan ini adalah memastikan barcode yang ada pada container tetap bersih dan tidak ada sedikit udara pun yang ikut masuk saat memasukan sampel ke dalam kontainer menggunakan micropipette untuk menghindari adanya error dalam pembacaan.

Gambar 5.0 Pima Analyer (kanan) dan kit-nya berupa micropipette dan kontainer khusus (kiri).

Di sisi lain, GenXpert akan digunakan untuk menghitung viral load pada pasien dengan menganalisis 1050-1100 mikron plasma darahnya dalam kontainer khusus yang dimasukakn kedalam salah satu “ruang pemeriksaannya”. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan ini adalah memastikan bahwa bagian belakang dari kontainer ini atau bagian yang akan terbuhung pada alatnya tidak kotor dan/atau rusak. Selain itu juga perlu dipastikan bahwa tidak ada gelembung udara ataupun kemungkunan kontaminan ikut masuk ke dalam kontainer bersama sampel.

Gambar 6.0 GenXpert (kiri) dan kontainer khususnya (kanan)

Terakhir, penjelasan akan berfokus pada Flow Cytometry/FACS (Fluorescence-activated Cell Sorting). Berbeda dengan pembahasan mengenai alat ini pada dua kegiatan di wahana elektif ini yang lebih berfokus pada prinsip kerjanya, kali ini kami lebih fokus membahas bagaimana cara untuk memmbaca grafik hasil kerja alat ini dan menjalankan software pendukung alat ini berjalan. Flow cytometry sendiri merupakan alat yang bisa menyortir sel dan mengidentifikasi berbagai sel berdasarkan jenisnya melalui surface cell marker-nya dengan memanfaatkan fenomena flouresensi. Hasil dari proses kerja alat ini biasanya didapatkan dalam bentuk grafik yang menunjukan persebaran dari setiap sel berdasarkan ukuran, granularitas, dan surface cell marker-nya, tergantung pengaturan sumbu x dan y pada grafiknya mewakili apa.

Gambar 7.0 Penjelasan mengenai pembacaan hasil FACS

Gambar 8.0 Berbagai jenis flourochrome, substansi pewarna sampel Flow Cytometry

Sekian setiap rangkaian aktivitas yang saya lalui selama kegiatan ini. Saya sangat menikmati setiap proses belajar saya di hari ini. Saya bersyukur bisa mendapatka kesempatan untuk bisa mengetahui proses dibalik layar dari beberapa pemeriksaan ini. Walaupun belum bisa berkesempatan untuk benar-benar memeriksa sampel sesungguhnya karena saat itu sedang tidak ada sampel terkait, tetapi saya cukup senang karena bisa melihat dan mendapatkan penjelasan hingga beberapa demontrasi terkait prosedur pemeriksaan hingga pembacaan hasilnya.

Gambar 9.0 Dokumentasi akhir acara

Akhir kata, terima kasih sudah mau membaca catatan saya kali ini, semoga bermanfaat dan sampai jumpa di catatan berikutnya.