Edukasi Tanggap Bencana Melalui Permainan SiTabe

Posted by Kristyawan Sutriyanto on 23 Maret 2023 in Artikel |

Indonesia memiliki tiga pola iklim dasar yaitu monsunal, khatulistiwa, dan sistem iklim lokal yang menyebabkan perbedaan pola curah hujan yang dramatis. Kondisi  tersebut semakin kompleks akibat dampak pemanasan global dan pengaruh perubahan iklim seperti kenaikan suhu temperatur dan permukaan air laut yang menimbulkan tingginya potensi terjadi berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, serta kebakaran1.

Jakarta yang letak geografisnya berada di dataran rendah menjadi sangat rentan terhadap ancaman bencana khususnya banjir. Selain itu dengan kepadatan penduduk dan hunian yang tinggi menyebabkan rentan terjadi kebakaran. Selama tahun 2020 di DKI Jakarta kebakaran gedung dan bangunan masih menjadi bencana dengan kejadian paling sering yaitu 543 kejadian dengan korban meninggal dunia 15 orang, disusul dengan pohon tumbang sebanyak 123 kejadian, kemudian banjir dengan 101 kejadian serta tanah longsor dengan 17 kejadian2.

Hasil survei di Jepang pada kejadian gempa Great Hanshin Awaji tahun 1995, menunjukkan bahwa presentase korban selamat disebabkan oleh Diri Sendiri sebesar 35%, Anggota Keluarga 31,9%, Teman/Tetangga 28,1%, Orang Lewat 2,60%, Tim SAR 1,70 %, dan lain-lain 0,90%. Dari data tersebut sangat jelas bahwa faktor yang paling menentukan adalah penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman risiko bencana, diikuti oleh faktor bantuan anggota keluarga, teman, bantuan Tim SAR dan lingkungan di sekelilingnya3.

Berdasarkan hal tersebut maka edukasi untuk meningkatkan pemahaman tentang kebencanaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Edukasi tanggap bencana ditujukan untuk mendorong proses penyadaran (awareness) dalam peningkatan kemampuan diri sendiri serta kelompok dalam memahami bencana. Proses penyadaran tersebut berguna agar setiap orang dan kelompok dapat memahami risiko sehingga mampu mengelola ancaman dan pada gilirannya berkontribusi dalam mendorong ketangguhan masyarakat  menghadapi ancaman bahaya bencana.

Edukasi tanggap bencana yang diberikan sejak dini sangat berpengaruh besar terhadap kesadaran dan kesiapan seseorang dalam menghadapi bencana. Penyampaian materi edukasi akan efektif bila disampaikan dalam suasana yang menyenangkan dan menggunakan metode yang menarik perhatian. Edukasi dengan menggunakan metode permainan lebih menyenangkan dibanding dengan metode pengajaran di kelas maupun ceramah4. Permainan edukatif juga telah terbukti efektif dalam mendukung pembelajaran terutama untuk meningkatkan pengetahuan5.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 34,9% penduduk yang mempunyai tingkat pengetahuan baik mengenai kesiapsiagaan bencana6. Hal tersebut berkaitan dengan masih minimnya mitigasi bencana, sistem peringatan dini hingga budaya mitigasi yang belum menjangkau seluruh masyarakat7. Selain itu media edukasi kebencanaan yang ada saat ini masih didominasi oleh media yang bersifat satu arah seperti buku, poster yang cenderung berisi pesan atau informasi yang panjang dan rumit sehingga memerlukan kemampuan pemahaman yang baik dari masyarakat

Permainan SiTabe (Siaga Tanggap Bencana) merupakan metode edukasi tanggap bencana pertama di Jakarta bahkan di Indonesia. SiTabe mengadopsi permainan kartu kwartet yang dapat dimainkan oleh dua sampai lima orang pemain. Satu set permainan SiTabe terdiri dari 32 buah kartu bergambar yang terbagi ke dalam 8 topik dan masing-masing topik memiliki 4 subtopik yang berkaitan dengan kebencanaan. Topik yang dibahas diantaranya jenis bencana yang sering terjadi di Jakarta, faktor penyebab hingga cara yang dilakukan saat menghadapi bencana.

Dalam permainan SiTabe, peserta dituntut sebanyak mungkin mengumpulkan rangkaian kartu yang memiliki kesamaan topik dan melengkapi keempat subtopiknya. Pemain yang mengumpulkan dengan lengkap rangkaian kartu dengan topik yang sama paling banyak menjadi pemenang.

Permainan SiTabe memiliki kelebihan diantaranya: praktis, murah serta dapat dimainkan oleh anak-anak hingga dewasa secara mandiri tanpa perlu pendampingan petugas. Selain itu Permainan SiTabe melibatkan interaksi langsung antar pemain sehingga terjadi interaksi sosial dan saling percaya yang merupakan nilai perekat dan modal sosial dalam menghadapi bencana.

Pemanfaatan permainan SiTabe sebagai media edukasi tanggap bencana khususnya bagi siswa akan berdampak positif terhadap meningkatnya pengetahuan serta kesadaran warga Jakarta dalam menghadapi potensi bencana. Selain itu kegiatan edukasi tanggap bencana dengan  permainan SiTabe akan menarik minat siswa dan akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Program edukasi tanggap bencana dengan permainan SiTabe sangat dimungkinkan keberlanjutannya karena metode permainan ini dapat dilakukan secara mandiri oleh siapapun yang memiliki kemampuan membaca tanpa harus tergantung kepada petugas atau narasumber. Selain itu permainan SiTabe sangat mudah diduplikasi dan biaya yang diperlukan untuk membuatnya  tidak terlalu mahal.

 

(Kristyawan Sutriyanto – 2022)

DAFTAR PUSTAKA

  1. https://perpustakaan.bnpb.go.id/
  2. https://bpbd.jakarta.go.id/infografis/dki-jakarta-tahun-2020
  3. https://siaga.bnpb.go.id/
  4. Baranowski T., Buday R., Thompson D., Lyons E.J., Lu A.S., Baranowski J., Developing Games for Health Behavior Change: 2, ( 4) Tersedia dari : Pubmed. http://www.ncbi.nlm.nih.gov.
  5. Nayak A., Pai S.M., Satish Y., “Effectiveness of game based learning on knowledge of health promotion among primary school children – a quasi experimental study”, International Journal of Current Research 7, (9), 20658- 20661. Tersedia dari : http://www.journalcra.com.
  6. https://www.researchgate.net/publication/354599442
  7. https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/

 

Copyright © 2015-2024 Kristyawan Sutriyanto Blog's All rights reserved.
This site is using the Desk Mess Mirrored theme, v2.5, from BuyNowShop.com.