Kumamoto (31/10/2016). Saat ini saya sedang menyusun Desertasi atau disini dikenal dengan Doctor Thesis, dan sekarang telah mencapai bagian Chapter 1 atau Bab I.
Berbeda dengan Skripsi Sarjana dan Tesis Magister yang saya buat sebelumnya dimana lebih tebal, salah satunya karena bagian penelusuran pustaka.
Begitu terkejut ketika melihat sebuah contoh Desertasi dengan jumlah halaman hanya 41 dengan 21 gambar. Tetapi, ketika ditanya isinya, setiap bagian berisi tulisan ilmiah yang penuh makna dengan dijelaskan secara singkat dan padat.
Alasan mengapa Desertasi di Jepang bisa tipis?
Alasannya sangat sederhana, desertasi layaknya sebuah karya seni ilmiah yang dibuat sebagai laporan singkat selama studi S3 dimana semua teknik penulisan mengacu pada pembuatan sebuah jurnal ilmiah untuk publikasi internasional.
Penelusuran atau tinjauan pustaka dirangkum dalam sebuah pendahuluan (introduction) dengan teknik penulisan seperti membuat publikasi jurnal internasional.
Chapter selanjutnya adalah satu penelitian, sebagai contoh saya akan memiliki 3 chapter dari 3 publikasi ilmiah saya. Perlu sedikit perjuangan agar ada korelasi cerita atau alur cerita layaknya membuat skenario dalam sebuah film. Dalam tiap chapternya akan berisi, introduksi, hasil dan diskusi, serta summary. Dengan demikian sebenarnya Desertasi adalah penggabungan dari publikasi jurnal yang dimiliki seorang PhD candidate.
Bagian lainnya yang tak kalah penting, seperti “abstract”, “acknowledgement”,”material methods”,”conclusion” dan “references”.
Jadi wajar rasanya halaman desertasi di Jepang sangat minim tetapi penuh dengan makna.