Aktivitas : Seminar Pakar 2: Nutritional Status and Breast Cancer

Waktu : Senin, 22 Agustus 2022 

Lokasi : Online – Zoom Meeting

Setelah kegiatan 24-hr dietary recall dan Dietary analysis pada Senin, 22 Agustus 2022 terdapat Seminar Pakar 2 yang dipaparkan oleh Dokter Siska Wiramihardja, dr., SpGK., M.Kes., Mengenai Nutrition and Energy Metabolism Related Aspects of Breast Cancer. Terdapat beberapa pembahasan yang paparan yaitu terdiri dari Breast Cancer in Indonesia, Nutritional Status and Breast Cancer : Obesity perspective, Obesity and Energy Metabolism, You are What You Eat Concept, dan Take Home Messages

1. Breast Cancer in Indonesia

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Breast cancer  merupakan kanker paling umum di Indonesia,  dengan data Indonesia 65.858 incidence in 2020. Berdasakan data di jawa barat Sebanyak 913 wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara, dari Januari 2014 hingga Desember 2018, dipelajari. Usia rata-rata adalah 49,5 tahun. Diagnosis awal rata-rata pada usia 42,4 tahun. Sekitar 64,5% di diagnosis dengan kanker stadium-3 dan -4, dan 75,1% telah menjalani mastektomi, di mana 47,3% tujuannya adalah paliatif. Dengan kesimpulan, Kanker payudara di Jawa Barat sering ditemukan pada stadium lanjut. Perawatan tidak optimal, menyebabkan kelangsungan hidup yang buruk. Pendekatan yang lebih agresif untuk deteksi dini dan pengobatan perlu dikembangkan untuk meningkatkan hasil dari penyakit yang berpotensi dapat disembuhkan ini. Berdasarkan Natural history of breast cancer terdari dari

    • 1st Preventif dengan memahami Risk factor
    • 1st Preventif dengan early detection
    • Diagnostic yang dilakukan penyembuhan curative dan rehabilitatif
    • 2nd prevention lalu dilakukan penyembuhan curative kembali
    • Jika tidak bekerja menjadi paliatif dan dapat menyebabkan kematian 
2. Nutritional Status and Breast Cancer  :  Obesity perspective  

Pentingnya mengetahui faktor risiko ini yaitu karena tidak hanya dalam mempengaruhi kejadian kanker payudara, tetapi juga hubungannya dengan hasil klinis yang lebih buruk setelah diagnosis. sangat penting untuk mengkarakterisasi lebih tepat aspek komposisi tubuh, atau faktor metabolik atau fisiologis terkait, yang mendasari asosiasi yang diamati. Kemudian penting untuk mengidentifikasi bagaimana hal itu dapat dinilai secara klinis, apakah itu dapat dipengaruhi dan apakah ini dapat mengurangi risiko dan meningkatkan hasil.

The Obesity- Breast Cancer Link

Salah satu faktor resiko dari terjadinya breast cancer adalah obesitas. Menurut teori Almatsier (2009) obesitas adalah kelebihan energi yang terjadi apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier, 2009).  Menurut pendapat peneliti, bahwa resiko pada kegemukan akan meningkat karena meningkatnya sintesis estrogen pada timbunan lemak. Tingginya kadar estrogen akan berpengaruh terhadap pertumbuhan jaringan payudara. Pertumbuhan jaringan yang berlebihan dan tidak adanya batas kematian sel akan menyebabkan sel membelah secara terus menerus sehingga dapat menyebabkan kanker payudara.

BAGAIMANA OBESITAS DAPAT MENYEBABKAN KANKER PAYUDARA?

Penelitian telah mengidentifikasikan 3 penyebab utama mengapa obesitas bisa menyebabkan kanker.

  • Hormon estrogen.
    Setelah menopause, estrogen dibuat oleh sel-sel lemak dapat membuat sel-sel berkembang biak lebih cepat di payudara dan rahim, sehingga meningkatkan risiko kanker.
  • Insulin dan faktor pertumbuhan
    kelebihan lemak dapat menyebabkan kadar insulin dan faktor pertumbuhan lainnya meningkat, yang juga dapat memberi tahu sel untuk membelah lebih cepat.
  • Inflamasi.
    Di dalam sel lemak terdapat sel-sel yang disebut sebagai makrofag yang memiliki peran dalam melepaskan bahan kimia yang disebut sitokin. Sitokin dapat mendorong sel-sel untuk membelah (termasuk sel kanker).
3. Obesity and Energy Metabolism

Obesitas ditandai dengan peningkatan simpanan lemak tubuh, sebagai akibat dari keseimbangan energi positif yang kronis. Jika jumlah energi yang masuk lebih banyak daripada jumlah energi yang dikeluarkan dapat menyebabkan obesitas. Obesitas adalah kondisi abnormal akibat akumulasi lemak secara berlebihan dengan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2. Klasifikasi internasional IMT oleh World Health Organization (WHO) untuk populasi Asia-Pasifik adalah sebagai berikut: IMT < 18.5 kg/m2 = kekurangan berat badan (underweight)

  • IMT < 18.5 kg/m2 = kekurangan berat badan (underweight)
  • IMT 18.5 – 22.9 kg/m2 = berat badan normal
  • IMT 23.0 – 24.9 kg/m2 = kelebihan berat badan (overweight)
  • IMT 25.0 – 29.9 kg/m2 = obesitas derajat I
  • IMT ≥ 30.0 kg/m2 = obesitas derajat II

Rumus BMI (Body Mass Index)

Rumus Kebutuhan Energi Total menurut teori harris & benedict

Metabolisme adalah suatu proses mengubah makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh menjadi energi. Ketika tubuh beristirahat, tubuh tetap membutuhkan energi untuk bernapas, mengalirkan darah ke seluruh tubuh, dan memperbaiki sel. Sejumlah energi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut dikenal dengan istilah Basal Metabolic Rate (BMR) atau Angka Metabolisme Basal (AMB)

4. You are What You Eat Concept

Arti dari ungkapan “you are what you eat” adalah bahwa gaya hidup dan pilihan diet kita mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan kita.  Tubuh manusia terbuat dari senyawa yang mirip dengan yang ditemukan dalam makanan—kebanyakan air (60%) dan beberapa lemak dengan karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan konstituen kecil lainnya yang menyusun sisanya.

5. Take Home Messages

Ada bukti yang berkembang bahwa faktor gaya hidup, termasuk diet, berat badan, dan obesitas, dapat dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi. Intervensi nutrisi pada pasien dapat dianggap sebagai bagian integral dari pendekatan terapi multimodal. Namun, pengaruh faktor makanan pada kekambuhan dan kematian kanker payudara tidak dipahami dengan jelas, sehingga penelitian lebih lanjut terkait nutrisi dan diet pada populasi besar diperlukan untuk menetapkan pengobatan yang efektif secara definitif pada pasien ini, untuk meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang dan kualitas hidup.