Aktivitas : Visit Laboratory 2: IMMUNOLOGY LAB

Waktu : Kamis, 11 Agustus 2022 

Lokasi : Laboratorium Rumah Sakit Pendidikan Unpad (Gedung Pamitran), Jalan Eyckman No. 38 Bandung

Elective Health Alliance Sciences Program adalah program pembelajaran untuk memberikan kesempatan pengembangan diri dan karir yang wajib diikuti oleh mahasiswa dengan tema/topik/materinya yang dipilih sendiri oleh mahasiswa. Topik wahana yang saya dapatkan yaitu mengenai Breast Cancer. Kegiatan wahan kedua, pada hari Kamis, 11 agustus 2022 kami mengunjungi lab imunologi. Perbedaan antara vist lab sebelumnya yaitu pada visit lab kali ini lebih dijelaskan secara lebih mendetail mengenai mekanisme kerja dan melihatnya secara langsung. Ada 3 alat yang kami pelajari ketika visit lab di hari ini. Kami dibagi menjadi 3 kelompok dengan 4 orang orang perkelompoknya. Untuk kelompok saya, alat yang pertama kali didapatkan yaitu Elisa, Genexpert Viral Load, Pima analyser (CD4 Analyzer), dan Flow cytometry.

ELISA (Antibodi Immunosorbent Enzyme-linked) adalah teknik yang menggabungkan spesifisitas antibodi dengan sensitivitas uji enzim secara sederhana, dengan menggunakan antibodi atau antigen yang digabungkan ke suatu enzim yang mudah diuji. ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi adanya antigen yang dikenali oleh antibodi atau dapat digunakan untuk menguji antibodi yang mengenali antigen. Bu Dwi menjelaskan bahwa Elisa digunakan untuk memeriksa umumnya protein, khususnya antigen antibodi dan sampel yang biasanya digunakan yaitu cairan tubuh, csf, darah, serum, plasma, jaringan.

Prinsip dasar reaksi ELISA adalah mereaksikan antigen dengan antibodi yang berlabel enzim yang kemudian ditambah dengan substrat sehingga akan dihidrolisis menjadi presipitat warna yang dapat dideteksi menggunakan Elisa reader. Pada tahapan akhir Teknik Elisa selalu ditambah dengan stop solution yang berfungsi untuk menghentikan reaksi.

Pada tahap pra-analisis terdiri dari bagaimana pengambilan sampelnya, jam pengambilan sampel, proses dan suhu pengiriman sampel, pelabelan identitas pada tabung yang terdapat 3 hal utama yaitu mencakup id (rekam medis), nama, dan tanggal lahir. Terdapat macam beberapa tabung penyimpanan sampel dan pemisahan sampel dilakukan dengan menggunakan centrifuge. 

Pada Teknik ELISA, kita harus menetapkan dulu apa yang dicari, jika antigen yang dicari maka reagen yang disiapkan adalah antibodi demikian sebaliknya jika mencari antibodi maka reagen yang disiapkan adalah antigennya. Pada deteksi antigen, maka antibodi yang memiliki spesifisitas tinggi untuk antigen tersebut harus disiapkan. Selanjutnya antigen yang dari sampel dimasukkan dalam lempeng mikrotiter polisterene yang sudah di coated dengan antibodi spesifik. Kemudian ditambah dengan antibodi pendeteksi sehingga terdapat komplek antigen antibodi. Antibodi pendeteksi dapat berikatan dengan antibodi sekunder yang berlabel enzim melalui proses biokonjugasi. Setiap akhir tahapan proses ini harus dilakukan pencucian plate dengan deterjen yang sudah ada dalam kit.

Selanjutnya kelompok kami menuju ruangan berikutnya dan mempelajari alat Viral Load. Tes viral load adalah tes yang digunakan untuk mengukur jumlah virus di dalam darah, sedangkan jumlah virus HIV di dalam darah disebut viral load, yang dinyatakan dalam satuan per mililiter (mL) darah.  Terdapat 3 metode viral load test yaitu Tes reaksi berantai reverse-transcriptase polymerase (RT-PCR), Test DNA bercabang (bDNA), dan Test nucleic acid sequence-based amplification (NASBA). 

  • tes reaksi berantai reverse-transcriptase polymerase (RT-PCR) → memakai suatu enzim untuk menggandakan HIV dalam darah. Kemudian reaksi kimia menandai virus. Penanda diukur dan dipakai untuk menghitung jumlah virus. 
  • tes DNA bercabang (bDNA) → menggabungkan bahan yang menimbulkan cahaya dengan darah. Bahan ini mengikat pada bibit HIV. Jumlah cahaya diukur dan dijadikan jumlah virus. 
  • tes nucleic acid sequence-based amplification (NASBA) → menggandakan protein virus agar dapat dihitung. 

Pada viral load kit terdapat tanggal kadaluarsanya dan pemeriksaan bisa dilakukan dengan menggunakan sampel darah yang kemudian dilakukan pemisahan antara plasma dan serum dengan menggunakan sentrifuge. Bagian plasma terdapat antikoagulan, sedangkan serum tidak terdapat antikoagulan didalamnya. Sampel dimasukan kedalam cartridge yang berfungsi untuk menyimpan cairan plasma sebagai bahan tes dan pada cartridge juga terdapat barcode scanner sebagai identitas pasien. Kemudian sample di scan dan untuk lama pemeriksaan HIV berlangsung selama 90 menit. Hasil keterangan yaitu berupa NOT DETECTED dan DETECTED.

Selanjutnya juga terdapat pemeriksaan CD4 dengan menggunakan sampel darah yang dimasukan ke cartridge dan dilakukan scanning pemeriksaan selama 20 menit. Pemeriksaan viral load selalu dibarengi dengan CD4 karena saling berhubungan dan berkorelasi satu sama lain antara jumlah CD4 dan jumlah virusnya biasanya dilakukan pemeriksaan 6 bulan sekali dan dua kali dalam setahun. 

Selanjutnya kami ke ruangan berikutnya untuk mempelajari Flow cytometry bersama dengan Bu Fitri. Flow cytometry merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mendeteksi, menentukan, dan menghitung sel, seperti sel darah atau sumsum tulang belakang secara spesifik. Flow cytometry (FCM) merupakan salah satu metode analisis untuk diagnosis berbagai komponen seluler (asam nukleat, lemak, protein), organel (lisosom, mitokondria), bahkan fungsi (viabilitas, aktivitas enzimatis) dari komponen tersebut. Pada umumnya metode ini digunakan untuk pengamatan suatu jenis subset sel tertentu yang terdapat pada suatu populasi sel.  Hubungan antara imunologi dan breast cancer yaitu dengan flow cytometry kita bisa tau interpretasi sel dengan sangat jelas. Sel kanker memberikan adanya respon tubuh untuk mengeluarkan sitokin ataupun zat kimia lain yang dapat terdeteksi melalui flow cytometry.

Flow cytometry menggunakan prinsip menyebarkan cahaya, eksitasi cahaya, dan pemancaran molekul fluorokrom untuk menghasilkan data multi parameter yang spesifik dari partikel dan sel. Sel-sel difokuskan dalam sebuah tabung sebelum melewati dan disinari oleh sumber cahaya. Laser merupakan sumber cahaya yang digunakan pada Flow cytometry, dan prinsip kerja yang digunakan memfokuskan hidrodinamika untuk mempresentasikan sel ke sumber cahaya. Sampel dimasukkan hingga pada pusat suatu aliran kemudian sel akan masuk dalam sebuah tabung yang dikombinasikan. Sel-sel akan mengalir hingga pada pusat aliran dan pada tahap ini sel akan tersinari oleh laser dan dipresentasikan kembali dalam bentuk suatu diagram. Pada bagian alat forward scatter berfungsi untuk  mendeteksi sel berdasarkan ukuran dan pada bagian side scatter: mendeteksi berdasarkan properti (granula). Pada dasarnya flow cytometry hampir mirip dengan ELISA, tetapi Flow cytometry bekerja lebih spesifik yang mampu mengelompokan berbagai macam sel dan juga dapat menganalisis DNA sehingga membantu untuk menegakan diagnosa. 

Selama mengikuti pembelajaran saya merasa lebih memahami daripada pertemuan visit lab sebelumnya karena pada visit lab kali ini terfokus pada lab imunologi saja dan durasi waktu yang lama. Penjelasan yang diberikan juga sangat komprehensif dan dapat digambarkan dijelaskan secara langsung sehingga proses pelaksanaannya membuat proses pembelajaran lebih terasa berguna dan menyenangkan. Secara pribadi saya mendapatkan suatu pengalaman pembelajaran baru dengan turun secara langsung bagaimana cara penggunaan alat-alat lab tersebut dan apa korelasinya dengan Program Elective Health Alliance Sciences Program Breast Cancer.