RSS Feed

Di Tengah Warna Warni Pelangi, Aku Siapa?

September 21, 2022 by cikathalita

Halo, Pejuang tangguh!

Saya yakin tidak jarang kamu menemukan unggahan di media sosial yang menyinggung identitas seksual dan gender belakangan ini. Saya sendiri beberapa kali melihat konten unggahan seperti itu di Instagram maupun TikTok. Beberapa dari kawan pembaca mungkin merasa risih, beberapa lainnya menjadi penasaran. That’s okay! Kita sebagai makhluk sosial yang punya berbagai macam latar belakang dan kepribadian tentunya punya alasan berbeda dibalik respon kita terhadap apa yang kita lihat dan temukan.

Nah, beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mendalami materi identitas seksual dan gender, izinkan saya berbagi bersama kamu yaa!

Sebelumnya, yuk ketahui urgensi kenapa kita perlu upgrade ilmu tentang identitas seksual dan gender!
1) Masih kurangnya pemahaman masyarakat mengenai identitas seksual dan gender karena rendahnya edukasi.
Indonesia memiliki norma dan adat tertentu yang mengatur hubungan seksual sesama manusia. Nah, karena itu seringkali edukasi mengenai identitas seksual dan gender cenderung dipersulit karena dianggap ‘menyalahkan kodrat’ atau melanggar norma dan adat yang ada. Dalam pandangan saya, edukasi mengenai identitas seksual dan gender justru diperlukan sehingga kita dapat menyadari, memahami, dan menyikapi sebaik mungkin perbedaan-perbedaan yang ada.

2) Masyarakat Indonesia cenderung mendiskriminasi gender tertentu yang dapat kita lihat dari tingkat indeks pembangunan gender Indonesia yang masih rendah.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks pencapaian pembangunan manusia yang menggunakan indikator yang sama dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu 1) umur panjang dan hidup sehat; 2) pengetahuan; dan 3) standar hidup layak. Perbedaan antara IPM dan IPG merujuk pada upaya unuk melihat dan mengungkapkan ketimpangan gender dalam pembangunan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, IPG Indonesia pada tahun 2021 mencapai 91,27, masih di bawah target yang diinginkan. Kabar baiknya, angka tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (2020 – 91,06, 2018 – 90,99)

3) Masyarakat Indonesia cenderung mendiskriminasi orang-orang dengan orientasi seksual yang bukan heteroseksual.

Seperti poin yang pertama, Indonesia sebagai negara dengan ragam masyarakatnya tentunya punya norma dan adat yang dijunjung. Dalam norma dan adat tersebut orientasi seksual selain heteroseksual masih dianggap sebagai penyimpangan sosial dan akibatnya diskriminasi kerapkali terjadi. Kurangnyapemahaman terkait hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi dapat meningkatkan kejadian pelanggaran hak kesehatan seksual dan reproduksi di lingkungan masyarakat.

 

Nah, dari urgensi tersebut kita harus memahami lebih dalam apa itu seksualitas dan komponen-komponennya.

Seksualitas

Seksualitas adalah sebuah proses sosial budaya yang mengarahkan hasrat atau birahi manusia. Seksualitas tidak hanya mencakup identitas seksual, orientasi seksual, norma seksual, praktik seksual, dan kebiasaan seksual, namun juga perasaan, hasrat, fantasi, dan pengalaman manusia yang berhubungan dengan kesadaran seksual, rangsangan, dan tindakan seksual. Hingga saat ini seksualitas dianggap sebagai topik yang tabu untuk dibicarakan di Indonesia
padahal seksualitas cukup luas cakupannya sebagai salah satu dimensi kehidupan manusia hingga berperan dalam berbagai aspek dalam kehidupan kita.

Seksualitas merupakan hal positif, berhubungan dengan jati diri seseorang dan juga kejujuran seseorang terhadap dirinya. Kontruksi seksualitas terbentuk dari titik antara dua poros kepentingan, antara subjektivitas diri (siapa dan apa kita) dan subjektivitas masyarakat. Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik, agama, dan spiritual.

 

Seks dan Gender

Seks (jenis kelamin) adalah perbedaan biologis atau alat reproduksi laki-laki dan perempuan yang ada sejak lahir dan tidak bisa diubah secara alamiah kecuali dilakukan dengan menggunakan teknologi.

Gender adalah pembedaan antara perempuan dan laki-laki berdasarkan sifat, peran dan posisi perempuan – laki-laki yang dibuat oleh masyarakat secara turun temurun, dipengaruhi oleh budaya setempat, kepercayaan, penafsiran agama, politik, sistem pendidikan, ekonomi dan lain-lain. Gender disebut juga sebagai Jenis Kelamin Sosial karena dibentuk atau dibuat oleh masyarakat, dapat berubah berdasarkan perkembangan jaman, berbeda-beda di setiap wilayah, negara dan bangsa. Di Indonesia sendiri, ada daerah yang mengakui gender selain perempuan dan laki-laki, loh!

Suku Bugis di Sulawesi Selatan memiliki sebutan oroane (laki-laki), makkunrai (perempuan), calabai (laki-laki “feminin”), calalai (perempuan “maskulin”), dan bissu (pendeta yang androgini). Di daerah lain, masyarakat Toraja percaya bahwa para pemimpin agama yang paling penting dalam budaya mereka adalah seorang wanita, atau burake tattiku, dan seorang pria berpakaian sebagai seorang wanita, atau burake tambolang. Sayangnya, keberagaman gender di berbagai daerah Indonesia ini terkikis oleh berbagai hal, salah satunya agama yang datang dan memaksakan biner gender.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dimengerti bahwa seks merupakan konstruk berdasarkan biologis, sedangkan gender merupakan konstruksi sosial. Nah, seringkali gender dilekatkan secara kaku kepada seks seperti pada pandangan laki-laki harus kuat, harus yang menafkahi keluarga, dan tidak boleh cengeng sedangkan perempuan harus lembut, harus pengertian, jika bersuami harus selalu tunduk kepadanya. Padahal, mengingat gender merupakan konstruksi sosial, ia berbeda antar tempat dan dapat berubah dalam suatu masyarakat sendiri.

 

Orientasi Seksual dan Orientasi Gender

Sexual orientation is about whom you’re attracted to and who you feel drawn to romantically, emotionally, and sexually. It’s different from gender identity. Gender identity isn’t about whom you’re attracted to, but about who you ARE — male, female, genderqueer, etc.

Orientasi seksual dapat dikategorikan menjadi:

1) Heteroseksual adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang-orang yang tertarik dengan gender berlawanan dari diri mereka. Jadi, seorang pria hanya tertarik pada wanita atau wanita yang hanya tertarik pada pria.

2) Homoseksual adalah ketertarikan seseorang secara seksual dan emosional kepada orang lain yang berjenis kelamin sama dengan dirinya. Gay adalah istilah untuk mendeskripsikan ketertarikan romantik dan seksual terhadap sesama pria penyuka sesama. Sementara lesbian adalah ketertarikan romantik dan seksual antar wanita.

3) Biseksual adalah orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap orang-orang yang jenis kelaminnya sama dan orang dengan jenis kelamin berbeda.

4) Panseksual adalah orang-orang yang tertarik dengan orang lain, terlepas dari gender apa yang dimiliki. Orientasi seksual panseksual ini juga bisa disebut dengan omniseksual. Jadi, orang dengan panseksual tak hanya dapat tertarik dengan pria atau wanita, tetapi juga bisa juga pada transgender maupun orang yang gendernya tidak teridentifikasi (agender).

5) Aseksual adalah kelompok orang yang umumnya tidak mengalami ketertarikan dan/atau hasrat seksual terhadap orang lain, terlepas dari gender yang dimiliki. Umumnya, orientasi seksual yang satu ini ditandai dengan tidak adanya keinginan untuk berpasangan secara seksual. Akan tetapi, seorang aseksual masih bisa merasakan perasaan romantik terhadap orang lain.

6) Demiseksual adalah individu yang tidak merasakan ketertarikan seksual kepada seseorang, kecuali mereka telah membentuk ikatan emosional yang kuat dengan orang tersebut.

Untuk mengerti lebih baik, berikut adalah gambar yang bisa membantu menjelaskan perbedaan seks, gender, dan orientasinya. (source: transstudent.org)

12 Gender Unicorn Prints (8.5″ x 11″) -

Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa:

  1. Identitas Gender merupakan perasaan internal seseorang sebagai laki-laki, perempuan, atau tidak keduanya. Identitas gender terbentuk dari konstruksi sosial yang kemudian tercermin pada sikap sosial seseorang.
  2. Ekspresi Gender merupakan bagaimana seseorang berpenampilan/berekspresi. Ekspresi gender mencakup gaya rambut, gaya pakaian, suara, dan sebagainya. Biasanya, transgender akan berusaha mengubah ekspresi gender mereka (bagaimana mereka terlihat) menyesuaikan identitas gender mereka (siapa mereka) bukan jenis kelamin mereka.
  3. Seks/Jenis Kelamin merupakan penentuan seseorang sebagai laki-laki, perempuan, interseks, atau lainnya menurut hormon, kromosom, dan anatomi/bagian tubuhnya.
  4. Orientasi Seksual atau ketertarikan seksual menunjukkan kepada siapa seseorang tertarik secara seksual.
  5. Orientasi Emosional/Romantis atau ketertarikan romantis menunjukkan kepada siapa seseorang tertarik secara emosional atau dalam hubungan romantis yang melibatkan perasaan.

 

Nah, sekian yang dapat saya jelaskan mengenai identitas seksual dan gender. Masih banyak yang perlu saya pelajari, oleh karena itu masukan dan kritik yang membangun dari kawan pembaca akan saya nantikan.

Di tengah sawah anak sapi melenguh

Sampai jumpa lagi, pejuang tangguh!

 

====

Disclaimer: Saya ingin menegaskan saya berusaha menjadi pribadi yang netral dengan menyadari adanya perbedaan orientasi seksual dan gender, namun tidak mendukung hal tersebut. Saya sebagai mahasiswa akan berusaha untuk tidak melakukan diskriminasi dan mendukung pemenuhan hak asasi untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia.