RSS Feed

Merah Marah Dalam Keluarga: Gangguan Sikap Menentang

September 29, 2022 by cikathalita

Halo, Pejuang Tangguh! Hari ini yuk kita bahas terkait gangguan sikap menentang pada anak yang bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja.

Oppositional Defiant Disorder – Gangguan Sikap Menentang pada Anak

Gangguan Sikap Menentang merupakan gangguan perilaku disruptif anak dan remaja yang dapat dikenali dengan adanya perilaku disruptif seperti mudah marah dan tersinggung, sering mengalami perubahan mood dan perilaku, mengalami impulsivitas (misalnya ketika sedang bermain perosotan tiba tiba mendorong temannya), nilai akademis di bawah harapan, hingga kemampuan sosialisasi yang kurang.

Oppositional Defiant Disorder atau ODD biasanya terjadi pada anak usia lebih muda yang ditandai oleh sikap menentang, tidak patuh pada siapapun, dan perilaku mengganggu namun tidak melanggar hukum atau mengganggu hak orang lain dengan pola konsisten. ODD terjadi 1-11% di dunia dengan rata-rata 3% dan dominan terjadi di laki-laki. ODD dapat terjadi mulai dari usia 3 tahun dengan rata-rata dimulai usia 6 tahun, namun baru disadari pada usia sekolah (8-10 tahun).

 

Penyebab terjadinya ODD ini belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan ODD terkait dengan faktor lingkungan, biologis, dan psikologis yaitu:

  1. Faktor Neurobiologi: menurunnya aktivitas dan fungsi zat kimia di dalam otak (neurotransmitter).
  2. Faktor Psikologis: adanya gangguan tempramen, gangguan kognisi sosial, dan gangguan kontrol diri. Perilaku kasar dan negatif yang didapat dari lingkungan juga mempengaruhi terjadinya perilaku menentang.
  3. Faktor Fisiologis: pengalaman dalam keluarga, pertemanan, dan komunitas berperan cukup besar pada ODD. Hal ini mencakup peristiwa yang pernah dialami seperti pelecehan, perundungan, intimidasi, dan sebagainya.
  4. Faktor Sosial dan Keluarga: faktor kesulitan sosial ekonomi, pola pengasuhan anak yang tidak konsisten, hingga masalah interaksi antara orangtua dan anak (memarahi anak di depan umum, bertengkar di depan anak, dan sebagainya)

 

Gangguan ODD dapat ditunjukkan dalam bentuk sikap dan sifat sebagai berikut,

  1. Perilaku agresif yang menetap dan berulang.
  2. Moody, sangat sensitif, dan mudah merasa terganggu.
  3. Sering berkonflik/memiliki masalah dengan pengasuh (orangtua, guru, atau caregivernya) termasuk mengganggu dan mendebat.
  4. Kurang rasa percaya diri
  5. Mudah kehilangan kesabaran, marah, kesal dan tersinggung
  6. Kerap menolak mematuhi perintah atau peraturan
  7. Sering menyalahkan orang lain atas kesalahannya sendiri
  8. Sering menunjukkan dendam atau kebencian pada orang lain

 

Konsultasikan dengan dokter jika anak menunjukkan gejala-gejala di atas, atau jika Ayah Bunda kesulitan dalam mendidik dan mengarahkan anak untuk berperilaku baik. Diagnosis seseorang dengan ODD dapat dilakukan melalui penilaian klinis dan psikologis oleh dokter, yang meliputi:

  • Sistem Penilaian Berbasis Empiris Achenbach (ASEBA) yang menawarkan pendekatan komprehensif untuk menilai fungsi adaptif dan maladaptif. Untuk penilaian pada usia sekolah, ada beberapa form yang harus diisi oleh guru dan orangtua yang menganalisis faktor terjadinya cemas/anxiety, depresi, keluhan somatik, masalah sosial, masalah pikiran, masalah perhatian, perilaku melanggar aturan, dan perilaku agresif.
  • Kiddie Schedule for Affective Disorders and Schizophrenia (K-SADS) yang merupakan wawancara semi-terstruktur untuk mengukur gejala suasana hati, kecemasan, psikotik, dan perilaku mengganggu saat ini dan masa lalu pada usia 6-18 tahun. Wawancara K-SADS membutuhkan waktu sekitar 35-75 menit.
  • Diagnostic Interview Schedule for Children (DISC-IV) yang merupakan instrumen diagnostik terstruktur penuh untuk menilai tiga puluh empat diagnosis psikiatri umum anak-anak dan remaja. Wawancara DISC dapat dilakukan oleh pewawancara awam (orang yang tidak memiliki pelatihan klinis formal), dokter, atau dengan diisi sendiri.
  • Diagnostic Interview for Children and Adolescents (DICA) yang merupakan wawancara klinis semi-terstruktur yang memberikan ukuran gejala dan diagnosis berbagai masalah perilaku. Wawancara DICA terdiri dari 44 pertanyaan dan membutuhkan waktu 15-35 menit.
  • Penilaian Neuropsikologis lainnya.

Pasien dapat didiagnosis menderita ODD apabila memiliki beberapa kriteria yang ditetapkan dalam The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5) berikut ini:

  • Setidaknya terdapat empat gejala seperti yang telah disebutkan di atas
  • Gejala berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan dan berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari
  • Gejala tidak disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba atau gangguan mental lain

 

ODD penting untuk ditangani sejak dini. Jika tidak, ODD dapat meningkatkan risiko penderitanya mengalami gangguan perilaku atau gangguan mental lain, seperti conduct disorder atau kepribadian antisosial. Ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu:

  1. Intervensi psikofarmakologi.
  2. Intervensi psikososial:
    • Parent-Child interaction therapy (PCIT) yang dilakukan melalui sesi “pelatihan” dimana Ayah Bunda dan anak berada di ruang bermain sementara terapis berada di ruang observasi menyaksikan interaksi melalui cermin satu arah. Ayah Bunda akan memakai perangkat earphone untuk terhubung dengan terapis yang akan membantu melatih keterampilan mengelola perilaku anak. PCIT dapat dilakukan dalam 12-20 sesi dengan dua fase perawatan. Tahap pertama perawatan berfokus pada membangun kehangatan dalam hubungan Ayah Bunda dengan anak melalui pembelajaran dan penerapan keterampilan yang terbukti membantu anak-anak merasa tenang dan aman. Tahap kedua perawatan berfokus pada mempersiapkan Ayah Bunda untuk mengendalikan perilaku anak dengan sikap percaya diri, tenang, dan konsisten.
    • The Incredible Years yang terdiri dari serangkaian tiga kurikulum terpisah, beragam, dan berdasarkan perkembangan untuk orang tua, guru, dan anak-anak yang dikembangkan oleh Dr.Carolyn Webster-Stratton. Kegiatan ini menggunakan diskusi kelompok, pemodelan rekaman video, dan teknik intervensi latihan untuk membantu orang dewasa yang tinggal dan bekerja dengan anak-anak usia 2 hingga 10 tahun.
    • Triple P (Positive Parenting Program) yang mengacu pada pembelajaran sosial, perilaku kognitif dan teori perkembangan serta penelitian faktor risiko yang terkait dengan perkembangan masalah sosial dan perilaku pada anak-anak. Triple P bertujuan untuk membekali orang tua dengan keterampilan dan kepercayaan diri yang mereka butuhkan untuk mandiri dan mampu mengelola masalah keluarga tanpa dukungan berkelanjutan.
    • Cognitive Behavioral Therapy (Terapi Kognitif) yang bertujuan untuk melatih cara berpikir (fungsi) kognitif dan cara bertindak (perilaku). Terapi kognitif memerlukan kerja sama yang baik antara terapis dengan anak serta komitmen yang kuat untuk bisa mencapai hasil terbaik.

Selain mengupayakan terapi-terapi di atas, Ayah Bunda dapat melakukan cara-cara berikut di rumah:

  • Memberi contoh perilaku yang baik pada anak
  • Menghindari hal-hal yang bisa memicu perdebatan dengan anak
  • Memuji anak ketika melakukan hal yang positif misalnya ketika ia merapikan mainannya
  • Memberi hukuman yang wajar pada anak, seperti mengurangi uang jajannya, jika ia berperilaku tidak baik
  • Meluangkan waktu khusus secara konsisten untuk bersama dengan anak
  • Membangun kerja sama dengan keluarga dan guru di sekolah untuk mendidik anak agar disiplin

 

====

Sumber:

  1. Quy, Stringaris. 2012. Oppositional Defiant Disorder. Institute of Education, Thomas Coram Research Unit, London, UK.
  2. Mayoclinic.org. 2018. Symptoms and causes – Mayo Clinic. [online] Available at: <https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/oppositional-defiant-disorder/symptoms-causes/syc-20375831?p=1> [Accessed 24 September 2022].
  3. American Psychiatric Association. 2013. Oppositional defiant disorder. In: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-5. 5th ed. [online] Available at: <http://dsm.psychiatryonline.org> [Accessed 24 September 2022]