Elective 03: Immunology Laboratory

Pertemuan ketiga kelompok elective breast cancer ini berlokasi di gedung PAMITRAN UP lagi! Sangat excited untuk mengikuti satu persatu kegiatan yang ada di elective ini. Kunjungan kali ini ke laboratorium imunologi lagi untuk mempelajari satu persatu alat yang ada dengan lebih detail. Sebelum memasuki laboratorium dan bertemu dengan alat-alat yang ada, kami dibimbing terlebih dahulu oleh Teh Maria Maharani –kakak tingkat yang sedang bimbingan skripsi dengan dr. Ghozali. Teh Maria ini nantinya akan membantu kami semua untuk menjalani kegiatan elective.

Sekitar pukul 13.15 kami akhirnya masuk ke dalam laboratorium. Terdapat 4 alat yang akan dipelajari kali ini, yaitu ELISA, flow cytometry, viral load, dan CD4. Semua penelitian yang dilakukan pada laboratorium imunologi ini perlu berpegangan pada 3 fase, diantaranya: fase pre-analitik (hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel, pengiriman sampel, suhu pengiriman), fase analitik (proses penelitian sampel), fase pasca-analitik (proses analisis sampel). Dari satu kelompok besar, kami terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil lagi, untuk kelompok kecil saya pertama kali akan mempelajari ELISA, berlanjut ke viral load HIV, dan terakhir flow cytometry.


ELISA –Ibu Dwi
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) merupakan alat untuk memeriksa protein (umumnya), hormon, dan antigen-antibodi (khususnya). Sampel untuk pemeriksaan ELISA bisa didapatkan dari cairan tubuh; cerebrospinal fluid, darah, serum, plasma, dan jaringan. 

Prosedur penggunaan ELISA (in simple ways):
1️⃣ Fase pra-analitik

  • Memerhatikan proses pengambilan sampel
  • Memilih penampung sampel yang benar:
    • Tabung merah dan kuning (membuat serum, untuk periksa elisa, ureum kreatinin, kalsium, natrium)
    • Tabung biru berisi anticoagulant sitrat (untuk protombin, trombosit)
    • Tabung ungu berisi anticoagulant EDTA (untuk pemeriksaan darah rutin)
    • Tabung hijau berisi anticoagulant heparin (untuk periksa sitokin, protein, leukosit)
  • Melakukan pelabelan sampel dengan mencantumkan minimal 3 hal:
    • ID
    • Nama
    • Tanggal lahir
  • Pengiriman sampel (untuk mendapat serum perlu diputar menggunakan centrifuge)
  • Memerhatikan suhu pengiriman sampel
  • Memerhatikan jam pengiriman, jam penerimaan

Notes: untuk mendapatkan serum, sampel perlu diputar dulu menggunakan centrifuge. Setelah itu, serum bisa langsung diteliti ataupun disimpan pada suhu -20℃ atau -80℃

2️⃣ Fase analitik

  • Serum yang sudah di-centrifuge perlu direaksikan dengan antibodi pabrikan

tools proses pereaksian: plate ELISA

  • Kemudian direaksikan dengan diluent buffer + serum
  • Selanjutnya diinkubasi (untuk mereaksikan antigen dan antibodi. Sekitar 1 sampai 2 jam agar berikatan antigen dan antibodinya)
  • Lalu dilakukan proses pencucian (untuk membuang sisa sampel yang tidak berikatan)
  • Berlanjut dengan pemberian substrat agar berikat antara antigen dan antibodi
  • Langkah selanjutnya adalah pewarnaan menggunakan enzim. Nantinya akan berubah menjadi warna biru yang berarti sudah ada ikatan yang terbentuk
  • Setelah berubah menjadi warna kuning dan putih, perlu di-stop proses analitiknya. Warna kuning menandakan positif (ada ikatan), sementara warna putih menandakan negatif (tidak ada ikatan)

3️⃣ Fase pasca-analitik

  • Sebelumnya perlu dibuat nilai standar dulu untuk memeriksa ELISA (bisa dibuat sendiri ataupun sudah diketahui nilainya dari ELISA kit yang digunakan)
  • Keluar angka-angka untuk dianalisis
  • Dimasukan ke software
  • And foila! Hasil data bisa terlihat

Notes: untuk fase pasca-analitik ini memang belum terlalu dijelaskan detail karena saya pun yakin perlu waktu yang cukup lama untuk mengerti proses analisis data yang dilakukan.


FLOW CYTOMETRY –Ibu Fitri
Flow cytometry merupakan alat yang dapat mengelompokkan sel A, sel B, sel C, juga analisis DNA, dan penegakan diagnosa. Alat ini mirip dengan ELISA, tetapi lebih spesifik.

Metode konvensional dari flow cytometry adalah penggunaan mikroskop untuk melihat karakteristik dari satu sel dan sel lainnya. Namun, metode tersebut kurang efektif untuk menganalisis keabnormalan suatu sel dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat, makanya digunakan flow cytometry ini.

Prinsip kerja dari flow cytometry:

  • Sampel masuk ke dalam alat menggunakan bantuan dari fluidic
  • Sampel yang masuk ke dalam alat, akan melewati sinar dan menyebarkan cahaya neon
  • Sinyal cahaya ini akan dikumpulkan oleh sistem optik dan diarahkan ke berbagai detektor yang ada
  • Nantinya, sinyal yang diterima oleh detektor akan diubah menjadi nilai numerik oleh sistem elektronik
  • Biasanya data dikumpulkan untuk 10.000 sel per sampel

 

VIRAL LOAD (ada tanggal kadaluarsa di kit nya)

  • Viral load merupakan tes cepat molekuler
  • ada yg 8,13,24
  • Bisa memeriksa HIV,HPV, CT, GN, COVID, Influenza
  • Untuk pemeriksaan HIV menggunakan tabung EDTA

Prosedur viral load:

  • Keluarkan cartridge viral load HIV (1100 mikron) —ketika tutupnya sudah ditutup, tidak boleh dibuka kembali
  • Tekan tombol “create test” di laptop
  • Scan barcode
  • Masukan sample ID. Nantinya akan keluar asay. Di sana boleh diberi notes jika ada lisis, kerak, ataupun hal-hal abnormal yang perlu jadi perhatian
  • Tekan tombol “select module” pada program (opsinya ada modul: B1, B2, B3, B4) 
  • Start test
  • Masukan password
  • Masukin cartridge
  • Lama pemeriksaan HIV satu setengah jam
  • Nantinya langsung akan muncul hasil dalam bentuk printout

Penjelasan di atas memang sedikit rumit karena tidak pernah ada di pelajaran medstud, makanya elective ini memang bermanfaat menambah ilmu di luar blok-blok sistem. Dari banyaknya penjelasan detail mengenai alat-alat di laboratorium imunologi, saya rasa flow cytometry adalah salah satu alat yang memiliki hubungan dengan breast cancer. Mengapa? karena sempat dijelaskan juga bahwa flow cytometry dapat mengelompokkan sel (bahkan sel yang nekrosis sekalipun).