Elective 04: Seminar Pakar (Breast Cancer in Indonesia)

Seminar pakar yang pertama dijadwalkan daring akan dilaksanakan tanggal 13 Agustus 2022. Namun, pada 12 Agustus malam hari, saya mendapat notifikasi dari grup kelompok elective berisikan broadcast kegiatan hybrid seminar pakar dengan rinician: pukul 06.30-08.00 olahraga pagi dilanjut 08.00-09.30 seminar pakar offline di gedung C1 FK Unpad kampus Jatinangor. Sungguh terkejut bukan main karena posisi saya sedang berada di Bandung, sementara kegiatan dilaksanakan mulai pukul 06.30 WIB dengan berolahraga di Unpad Jatinangor.

Nyatanya memang bukan saya saja yang terkejut dengan broadcast yang ada itu, tetapi hampir seluruh teman-teman kelompok elective juga. Akhirnya, dokter Siska —selaku dokter pembimbing kelompok saya— memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai isi broadcast tersebut. Intinya adalah kegiatan olahraga dan seminar luring tidaklah wajib, mahasiswa diperbolehkan untuk memilih akan daring atau luring, tentu saja ada konsekuensi dari kedua pilihan tersebut. Setelah membaca penjelasan tersebut saya memutuskan untuk mengikuti seminar pakar secara daring karena tidak memungkinkan untuk mobilitas ke Jatinangor ketika subuh.


Pukul 08.00 WIB dimulailah seminar pakar yang pertama secara hybrid. Ada beberapa yang saya highlight perihal teknis ketika terlaksana suatu kegiatan hybrid:

  1. Kurangnya kondusifitas antara peserta daring dan luring. Pasti pembicara yang sedang berada dalam luar jaringan akan lebih terfokus dengan orang yang sedang di tempat yang sama pula, akibatnya orang-orang yang berada di Zoom kehilangan arah pembicaraan dan kesulitan untuk mengikuti bahan diskusi.
  2. Suara pembicara kurang terdengar jelas untuk peserta daring.
  3. Persiapan mendadak.

Memang sulit rasanya beradaptasi dengan hal-hal baru setiap saatnya, tetapi memang kita perlu membiasakan diri dengan hal-hal baru dalam segi apapun. Salah satunya adalah metode seminar pakar hybrid ini. Untuk materi seminar yang dipaparkan berhubungan dengan file yang pertama kali dibagikan di gedung PAMITRAN oleh Dokter Siska, meliputi: epidemiologi kanker payudara di dunia dan Indonesia, perjalanan penyakit kanker dilihat dari segi sel & sistem imun, tantangan permasalahan kanker payudara di Indonesia, dan diagnostic approach dari kanker payudara.

Ada yang menarik dari pertemuan kali ini. Ada seorang mahasiswa yang menyampaikan pendapatnya mengenai pendeteksian breast cancer melalui panas. Memang itu hanya rancangan kasar belum ada pencarian lebih lanjut, tetapi bagi saya itu merupakan salah satu ide yang cemerlang karena tidak semua orang dapat memiliki ide semacam itu.

Kegiatan berlangsung selama satu setengah jam, lumayan singkat tetapi memberikan gambaran secara umum mengenai kanker prevalensi tertinggi di Indonesia (re: kanker payudara). Semoga di pertemuan seminar pakar lainnya dapat memberikan insight lebih terkait dengan elektif yang kali ini sedang dijalani.