Gagasan Inovatif Pribadi

Inovasi Kombinasi Teh Hijau (Camellia sinensis L.) dan Kulit Anggur (Vitis vinivera) Sebagai Minuman Antikanker Alami


Sel normal tubuh manusia memiliki sejumlah fungsi yang penting, antara lain untuk mereproduksi kapan dan di mana dibutuhkan, menempel di tempat yang tepat di tubuh, menghancurkan diri sendiri ketika mereka menjadi rusak atau terlalu tua, dan menjadi terspesialisasi (dewasa) yang berarti dapat memiliki peran khusus untuk dilakukan, misalnya sebagai sel otot atau sel darah merah.

Sel kanker tidak sama dengan sel normal, sel kanker terus menerus tumbuh dan membelah. Tidak seperti sel normal, sel kanker tidak berhenti tumbuh dan membelah ketika jumlahnya cukup. Jadi, sel-sel tersebut akan terus berlipat ganda membentuk benjolan (tumor) yang semakin besar. Sebuah tumor terdiri dari miliaran salinan sel kanker asli.

Sel kanker mengabaikan sinyal dari sel lain. Sel mengirim sinyal kimia satu sama lain sepanjang waktu. Sel normal mematuhi sinyal yang memberi tahu mereka ketika telah mencapai batasnya dan akan menyebabkan kerusakan jika mereka tumbuh lebih jauh. Tetapi sesuatu dalam sel kanker menghentikan sistem sinyal normal untuk bekerja.

Sel kanker tidak saling menempel. Sel kanker dapat kehilangan molekul di permukaannya yang menjaga sel normal tetap berada di tempat yang tepat. Sehingga, mereka dapat melepaskan diri dari sel tetangga mereka.

Sel kanker tidak berspesialisasi. Tidak sama dengan sel-sel yang sehat, sel-sel kanker tidak terus berkembang atau menjadi begitu terspesialisasi. Sel menjadi matang sehingga mampu menjalankan fungsinya di dalam tubuh atau yang disebut diferensiasi. Sementara pada sel kanker, mereka sering bereproduksi dengan sangat cepat dan tidak memiliki kesempatan untuk menjadi dewasa. Karena sel-selnya belum matang, mereka tidak bekerja dengan baik. Sel-sel kanker membelah lebih cepat dari biasanya dan ada kemungkinan lebih tinggi bahwa mereka akan menemukan lebih banyak kesalahan dalam gen mereka. Hal ini dapat membuat mereka semakin tidak dewasa sehingga mereka membelah dan tumbuh lebih cepat.

Sel kanker tidak memperbaiki diri atau mati. Sel normal dapat memperbaiki diri sendiri jika gen mereka menjadi rusak atau disebut perbaikan DNA. Sel merusak diri sendiri jika kerusakannya terlalu parah atau proses apoptosis. Dalam sel kanker, molekul yang memutuskan apakah sel harus memperbaiki dirinya sendiri rusak. Hal ini menyebabkan lebih banyak masalah. Kesalahan atau mutasi gen baru dapat membuat sel kanker tumbuh lebih cepat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, dan resisten terhadap pengobatan. Sel kanker dapat mengabaikan sinyal yang memberitahu mereka untuk menghancurkan diri sendiri. Jadi, sel kanker tidak menjalani apoptosis saat seharusnya. Para ilmuwan menyebutnya sel abadi.

Sel kanker terlihat berbeda. Sel kanker memiliki ukuran yang berbeda dan beberapa mungkin lebih besar dari ukuran biasanya, sel kanker memiliki bentuk yang tidak normal, dan sel kanker memiliki nukleus (pusat kendali) yang terlihat tidak normal. (1)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kanker dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang terjadi karena pertumbuhan sel yang tidak normal dan tidak terkontrol, hal tersebut berpeluang untuk merusak atau menyebar ke bagian tubuh lain. (2)

Salah satu jenis kanker yang sering terjadi adalah kanker payudara. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang dimulai di payudara, di salah satunya atau kedua payudara. Berdasarkan letak terjadinya kanker payudara terbagi menjadi beberapa jenis, seperti kanker lobular yang terjadi di kelenjar pembuat ASI, kanker duktal yang terjadi di saluran kecil dari lobulus dan membawa susu ke puting, penyakit Paget yang terjadi di puting, tumor phyllodes yang terjadi di jaringan lemak dan ikat (stroma) yang mengelilingi saluran dan lobulus untuk membantu agar tetap pada tempatnya, dan angiosarkoma yang terjadi di pembuluh darah dan pembuluh getah bening. (3)

Menurut data GLOBOCAN 2020, kanker payudara saat ini merupakan salah satu kanker yang paling banyak terdiagnosis dan menjadi penyebab kematian kelima dengan perkiraan jumlah 2,3 juta kasus baru di seluruh dunia. Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering didiagnosis pada wanita di seluruh dunia dengan 2,26 juta kasus baru pada tahun 2020. (4)

Di Indonesia, kanker payudara ada pada urutan pertama dengan jumlah kasus terbanyak dan menjadi salah satu penyebab kematian pertama akibat kanker. Jumlah kasus baru dari kanker payudara mencapai 68.858 kasus dari totalnya 396.914 kasus baru kanker di Indonesia berdasarkan data Globocan 2020. (5)

Insidensi kanker payudara di Indonesia sekitar 26 per 100.000 penduduk. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin adalah sekitar 2,2 per 1000 penduduk pada perempuan dan 0,6 per 1000 penduduk pada laki-laki. (6)

Sebuah studi telah menyatakan faktor risiko yang berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker payudara pada perempuan. Salah satu faktor risikonya adalah usia dan jenis kelamin. Kanker payudara jarang terjadi pada wanita di bawah usia 40 tahun dan akan meningkat di usia 40 tahun ke atas. Berdasarkan data dari SEER (Survaillance Epidemiology and End Results), insidensi dari kanker payudara sebesar 44 per 100.000 pada wanita usia di bawah 50 tahun dan 345 per 100.000 untuk wanita usia di atas 50 tahun. (7)

Dalam perkembangan pengobatan kanker dapat menggunakan metode pengobatan kemoterapi, operasi, dan radioterapi. Beberapa obat kemoterapi yang sering dipakai adalah senyawa interaktif DNA, hormon dan senyawa penarget molekular, senyawa antitubulin, dan antimetabolit. Namun, penggunaan dari obat-obatan kemoterapi dapat menyebabkan efek samping, seperti supresi sumsum tulang, lesi gastrointestinal, toksisitas jantung, resistensi obat, dan rambut rontok, serta disfungsi neurologi. Selain itu, pengobatan tersebut juga memerlukan biasa yang cukup besar dalam pemakaiannya. (2)

Indonesia memiliki 20.000 jenis tumbuhan obat dan sekitar 300 jenis tanaman sudah digunakan untuk mengobati secara tradisional. (8) Senyawa aktif dari tumbuhan herbal menjadi salah satu upaya dalam pengobatan antikanker karena diperkirakan mempunyai efek samping yang sedikit.

Terdapat beberapa senyawa yang bersifat antikanker pada tanaman teh hijau dan kulit anggur yang diharapkan mampu meningkatkan pencegahan dan pengobatan dari penyakit kanker payudara.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa cathecin, yaitu senyawa polifenol yang terkandung di dalam teh hijau adalah konstituen aktif yang mampu memberikan efek antikanker. Jenis cathecin yang paling banyak sekitar 50-75% dari total kandungan cathecinnya adalah Epigallocatechin-3-gallate (EGCG). EGCG adalah antioksidan yang efektif manfaatnya dalam kesehatan. EGCG memiliki sifat yang toksik (beracun) untuk sel kanker pada pengujian laboratorium. EGCG memiliki kemampuan dalam mencegah pertumbuhan dan pembentukan pembuluh-pembuluh darah yang baru, sehingga dapat mencegah sel kanker untuk tidak tumbuh dan menyebar ke lokasi yang lain. (2) EGCG dapat memicu adanya apoptosis (mekanisme kematian sel yang terprogram) dan menghentikan siklus dari sel kanker. Peran EGCG ini mampu mengondensasi kromatin nukleus, mengaktifkan caspase-3 sebuah protease yang dapat memecahkan protein lalu mengakibatkan fragmentasi DNA, dan depolarisasi membran di mitokondria yang mengakibatkan pelepasan sitokrom c menuju sitosol sehingga membuat ikatan dengan protein sitosol yang mengakibatkan aktivasi dari caspase dan pada akhirnya terjadi apoptosis. Selain itu, EGCG mampu mendistraksi pengaturan sinyal sel yang mengalami kerusakan DNA untuk hiperproliferasi sel dengan mencegah jalur NF-kb (Nuclear Faktor), mencegah aktivasi protein-1 yang berlebih dalam pembentukan sel kanker payudara, mencegah jalur IGF-1 yang merupakan faktor pertumbuhan. (9) Namun, perlu diperhatikan bahwa konsumsi yang berlebihan akan menimbulkan efek samping, seperti kelebihan kafein, kelebihan kalori, dan gangguan penyerapan zat besi. Teh hijau diketahui sebagai salah satu minuman yang dapat melawan adanya kanker payudara. Dari dua hasil penelitian yang dipublikasikan dengan judul Cancer Letter menggambarkan teh hijau mampu mencegah perkembangan sel kanker payudara. Hasilnya menyebutkan dengan meminum tiga gelas teh hijau setiap harinya mampu menurunkan risiko penyebab kanker payudara pada perempuan. Hal itu dapat terjadi karena antioksidan yang terkandung di dalam teh hijau dapat meningkatkan imunitas di dalam tubuh dan menghambat terbentuknya sel yang tidak normal di dalam tubuh, seperti yang terdapat pada jurnal Japanese Journal of Cancer Research. (10)

Kulit anggur memiliki senyawa yang bernama phytoalexin berupa resveratrol. Resveratrol memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antiinflamasi, serta yang paling penting dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker. Efek penghambat proliferasi dilakukan melalui penghambatan faktor transkripsi sehingga terjadi proses apoptosis yang dipicu karena meningkatnya rasio Bax/Bcl-2 dan regulasi caspase. Namun, perlu diperhatikan bahwa konsumsi yang berlebihan akan menyebabkan nyeri sendi dan anemia. (2) Resveratrol merupakan antimutagen yang kuat dan efektif untuk menghambat aktivitas dari sel kanker. (11)

Pada tahun 2019, produksi teh hijau di Indonesia mencapai angka 137.000 ton dengan luas area tanam 108 hektar. Produksi rata-ratanya mencapai 1,6 ton per hektar setiap tahunnya. (12) Pada tahun 2021, produksi anggur mencapai 12.164 ton. Bertambah dari tahun sebelumnya yang ada pada angka 11.905 ton. (13) Namun pengelolaan anggur, terutama di Bali hanya digunakan untuk produksi red wine dan menghasilkan limbah industri yaitu kulit anggur yang sejauh ini hanya digunakan sebagai pakan ternak dan dibuang begitu saja. (14)

Dilihat dari besarnya angka produksi dari teh hijau dan anggur, hal tersebut dapat menjadi peluang untuk dimanfaatkan salah satunya untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan setelah melihat kandungan senyawa dan manfaat dari kedua tumbuhan tersebut saya memiliki sebuah ide untuk memanfaatkannya sebagai pengobatan penyakit kanker payudara atau pencegahan untuk menurunkan risiko terkena kanker payudara terutama untuk wanita. Hasil akhir yang diinginkan adalah teh herbal yang berasal dari pencampuran teh hijau dan kulit anggur dengan tetap mempertahankan aspek tekstur, warna, aroma, dan rasa. Saya memilih sediaan minuman berupa teh herbal karena sangat cocok untuk dikonsumsi remaja hingga lansia, terutama wanita di atas 40 tahun.

Bahan yang digunakan adalah teh hijau, kulit anggur, dan air. Proses pembuatan teh hijau melalui beberapa tahapan yang diawali dengan pelayuan karena dalam pengolahannya harus menghindari adanya fermentasi. Proses pelayuan dapat menggunakan mesin Rotary Panner dengan suhu sekitar 80-100°C sekitar 2-4 menit dan berkelanjutan. Kualitas kelayuan yang bagus ditunjukkan dengan daun yang layu dengan warna hijau cerah, lembut, lemas, dan mengeluarkan bau khas sehingga daun mudah digulung karena lentur. Selama pelayuan ini jumlah cathecin dipertahankan kuantitasnya dengan cara inaktivasi enzim polifenol oksidasinya. Selanjutnya dilakukan proses penggulungan dapat menggunakan mesin Open Top Roller yang harus segera dilakukan setelah daun layu keluar dari mesinnya, penggulungan dilakukan sekitar 15-17 menit. Lalu dilanjutkan dengan proses pengeringan untuk mengurangi kandungan air sekitar 3-4%, dilakukan dua kali pengeringan, pengeringan pertama untuk mengurangi kadar air dan mengentalkan cairan sel di permukaan daun lalu menghasilkan daun setengah kering menggunakan mesin Endless Chain Pressure selama 25 menit. Pengeringan kedua dilakukan untuk mengeringkan hingga kadar airnya 3-4% menggunakan Rotary Dryer sekitar 80-90 menit dengan suhu kurang dari 70°C. Setelah itu dilakukan sortasi gunanya untuk membentuk, memisahkan, dan memurnikan jenis mutu agar teh layak untuk dikonsumsi. (15)

Untuk proses pembuatan kulit anggurnya, kulit anggur dicampur dengan air lalu dikocok dengan menggunakan mesin shaker selama kurang lebih 2 menit. Selanjutnya hasil pengocokan diperas dan disaring memakai kain saring. Akhirnya didapatkan filtrat kulit anggur. (16)

Setelah didapatkan proses akhir pengolahan dari masing-masing bahan baku, campurkan teh hijau dengan kulit anggur lalu panaskan dengan suhu sekitar 80°C, kemudian saring teh dan akhirnya didapatkan minuman teh herbal “Canivera” dari Kombinasi Teh Hijau (Camellia sinensis L.) dan Kulit Anggur (Vitis vinivera) sebagai minuman yang diharapkan dapat menjadi suatu pengobatan alami penyakit kanker payudara atau pencegahan untuk menurunkan risiko terkena kanker payudara.

Gambar 1. Skema sederhana pembuatan “Canivera”

Minuman “Canivera” diharapkan mampu untuk memberikan manfaat aplikatif untuk mencegah bahkan mengobati penyakit kanker payudara yang efektif, aman, tidak membahayakan kesehatan. Namun, saya menyadari bahwa masih perlu peninjauan lebih dalam mengenai penelitian lebih lanjut terkait proses pembuatan minuman “Canivera”.

Sebelum dilakukan uji klinis agar bisa diteliti secara langsung kepada manusia, pengujian preklinis diperlukan. Uji preklinis merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran khasiat dan keamanan dari suatu bahan uji secara ilmiah melalui uji toksisitas dan uji aktivitas. Sedangkan untuk uji klinis dilakukan pada manusia melalui 4 tahapan, pada orang sehat dan orang sakit sesuai dengan tujuan pemakaian bahan uji (Canivera), termasuk uji Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

Uji toksisitas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui tingkat ketoksikan dari suatu bahan uji yang akan dimanfaatkan sebagai obat. Uji toksisitas terbagi menjadi 2 model, yaitu in vitro dan in vivo. Uji toksisitas in vitro menggunakan sebuah media bahan biologi tertentu sebagai subjek pengujian, disini kita membicarakan sel kankernya. Pengujian dengan model in vitro dapat menggunakan tipe media 2 dimensi atau 3 dimensi. Sedangkan, uji toksisitas in vivo menggunakan hewan coba yang diteliti melalui perubahan fisiologis atau patologis dalam jangka waktu tertentu.

Uji toksisitas in vivo terbagi lagi menjadi uji toksisitas umum dan khusus. Uji toksisitas umum terbagi menjadi uji toksisitas akut, subkronis, dan kronis berdasarkan waktu terjadinya efek toksisitas, sedangkan uji toksisitas khusus terdiri dari uji teratogenik, kasinogenik, dan mutagenik. Uji toksisitas akut diujikan dalam jangka waktu tidak lebih dari 24 jam. Uji toksisitas subkronis diujikan dengan dosis yang berulang dalam jangka waktu 14-90 hari, pada akhir pengujian hewan coba diamati organ vitalnya termasuk organ metabolisme, pencernaan, ekskresi, kardiovaskular, dan hemopoitik. Uji toksisitas kronis diujikan dengan dosis berulang dalam jangka waktu sepanjang umur dari hewan coba.

Uji toksisitas khusus adalah uji penentu tingkat ketoksikan yang diperkirakan mampu memberikan efek tertentu (khusus) pada hewan yang diujikan. Uji teratogenik dilakukan sejak tahap implantasi sampai organogenesis sempurna dengan pengukuran apakah terdapat perkembangan yang tidak normal pada fetus tanpa memberikan efek toksik pada induk. Uji karsinogenik mengamati pembentukan neoplasma dan peningkatan kasus neoplasma mengikuti peningkatan dosis dari bahan yang diujikan. Uji mutagenik terdiri dari mutasi gen  (perubahan sekuens nukleotida) dan mutasi kromosom (perubahan morfologi struktur kromosom).

Uji aktivasi atau uji khasiat merupakan pengujian untuk mengetahui kekhasiatan dari suatu bahan uji melalui proses ilmiah. Dapat dilakukan dengan cara in vitro dan in vivo. Uji aktivitas in vitro dilaksanakan terhadap obat antimikroba, antikanker, antiparasit, atau antijamur dengan tempat tertentu sebagai subjek penelitian. Misalnya, uji aktivitas obat antikanker (Canivera) yaitu pengaruh Canivera terhadap perkembangbiakan sel kanker secara in vitro. Pengujian dilanjutkan dengan uji aktivasi in vivo terhadap hewan uji yang dibuat memiliki penyakit kanker tergantung jenis dan stadium kankernya, juga bahan uji (teh hijau dan kulit anggur). (17)

Setelah melakukan pengujian preklinis yang terdiri dari uji aktivitas dan toksisitas, lalu dikelompokkan berdasarkan hasilnya, kelompok yang dipakai akan melanjutkan ke pengujian klinis, jika obat herbal tersebut (Canivera) bermanfaat maka dapat digunakan dan menjadi obat yang jadi.

Gambar 2. Skema pengujian preklinis dan klinis

Dari pengujian tersebut, maka diperlukan suatu kolaborasi untuk melancarkan proses pembuatan “Canivera” dengan ahli tanaman, ahli teknologi laboratorium medis atau analis kesehatan, dokter, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Selain itu, kolaborasi dapat dilakukan dengan ahli gizi karena dalam pencegahan dan pengobatan penyakit kanker payudara perlu asupan nutrisi yang seimbang, sehingga peran ahli gizi untuk memantau kondisi nutrisi seseorang dan memastikan minuman Canivera dapat dikonsumsi.

Dilihat dari 6C’s:

  1. Character: meningkatkan kesadaran diri sendiri tentang penyebab kematian di seluruh dunia dan di Indonesia, yaitu kanker payudara.
  2. Citizenship: upaya untuk menurunkan insidensi kanker payudara untuk wanita di atas usia 40 tahun dan menurunkan risiko terjadinya kanker payudara untuk wanita di bawah usia 40 tahun.
  3. Creativity: pengobatan alami memanfaatkan bahan yang sesuai, layak, aman dikonsumsi, dan dapat dikonsumsi oleh semua orang.
  4. Collaboration: berkolaborasi dengan ahli tanaman, ahli teknologi laboratorium medis atau analis kesehatan, dokter onkologi, Badan Pengawas Obat dan Makanan, ahli gizi.
  5. Critical thinking: menghubungkan peran senyawa obat sebagai ide inovatif dengan patologi penyakit, faktor risiko, dan juga pencegahan penyakit.
  6. Communication: memberikan edukasi kepada masyarakat yang akan mengonsumsi minuman Canivera melalui dokter atau ahli gizi.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Cancer cells [Internet]. Cancer Research UK. 2020 [cited 2022 Sep 5]. Available from: https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/what-is-cancer/how-cancer-starts/cancer-cells
  2. Zafrial RM, Amalia R. Artikel Tinjauan : Anti Kanker dari Tanaman Herbal [Internet]. Vol. 16, Farmaka. 2018 [cited 2022 Sep 6]. p. 15–23. Available from: https://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/viewFile/17332/pdf
  3. What Is Breast Cancer? [Internet]. American Cancer Society. 2021 [cited 2022 Sep 8]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/about/what-is-breast-cancer.html
  4. Lukasiewicz S, Czeczelewski M, Forma A, Baj J, Sitarz R, Stanislawek A. Breast Cancer—Epidemiology, Risk Factors, Classification, Prognostic Markers, and Current Treatment Strategies—An Updated Review [Internet]. National Library of Medicine. 2021 [cited 2022 Sep 6]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8428369/
  5. Kanker Payudara Paling Banyak di Indonesia, Kemenkes Targetkan Pemerataan Layanan Kesehatan [Internet]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2022 [cited 2022 Sep 6]. Available from: https://www.kemkes.go.id/article/view/22020400002/kanker-payudara-paling-banyak-di-indonesia-kemenkes-targetkan-pemerataan-layanan-kesehatan.html#:~:text=Kanker payudara menempati urutan pertama,kasus baru kanker di Indonesia
  6. Marfianti E. Peningkatan Pengetahuan Kanker Payudara dan Ketrampilan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) untuk Deteksi Dini Kanker Payudara di Semutan Jatimulyo Dlingo [Internet]. Vol. 3, Jurnal Abdimas Madani dan Lestari (JAMALI). 2021 [cited 2022 Sep 6]. p. 25–31. Available from: https://journal.uii.ac.id/JAMALI/article/view/17847/11185
  7. Elmika E. Gambaran Umur, dan Jenis Kelamin Pasien Kanker Payudara di RS Ibnu Sina Kota Makassar Elma Elmika [Internet]. Vol. 11, Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 2020 [cited 2022 Sep 6]. p. 422–4. Available from: https://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/sf11421/11421
  8. Yulianto S. Penggunaan Tanaman Herbal Untuk Kesehatan [Internet]. Vol. 2, Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional. 2017 [cited 2022 Sep 6]. p. 1–7. Available from: https://jurnalbidankestrad.com/index.php/jkk/article/download/37/35/
  9. Devi CIA, Wahyuniari IAI. Peranan Teh Hijau Sebagai Pencegah Kanker [Internet]. 2016 [cited 2022 Sep 8]. p. 1–14. Available from: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5110/3900
  10. W AP. Green Tea Bisa Cegah Kanker Payudara, Berapa Kali Konsumsi dalam Sehari? [Internet]. Beautynesia. 2019 [cited 2022 Sep 6]. Available from: https://www.beautynesia.id/wellness/green-tea-bisa-cegah-kanker-payudara-berapa-kali-konsumsi-dalam-sehari/b-123080
  11. Kulit Anggur Memiliki Efek Anti-Kanker [Internet]. Modern Cancer Hospital Guangzhou. [cited 2022 Sep 6]. Available from: https://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-healthcare/cancer-diet-therapy/1291.html
  12. Rebut Pasar Teh Hijau Maroko Melalui Indonesian Green Tea Incorporated [Internet]. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020 [cited 2022 Sep 6]. Available from: https://ditjenbun.pertanian.go.id/rebut-pasar-teh-hijau-maroko-melalui-indonesian-green-tea-incorporated/
  13. Produksi Tanaman Buah-buahan 2020 [Internet]. Badan Pusat Statistik. 2021 [cited 2022 Sep 6]. Available from: https://www.bps.go.id/indicator/55/62/2/produksi-tanaman-buah-buahan.html
  14. Putra IPAP. Pemanfaatan kulit anggur sebagai bahan teh herbal [Internet]. Vol. 1, Jurnal Mahasiswa Pariwisata dan Bisnis. 2022 [cited 2022 Sep 6]. p. 128–40. Available from: https://jipb.stpbipress.id/index.php/paris/article/view/10/9
  15. Pengolahan Teh Hijau [Internet]. Cybex Pertanian. 2011 [cited 2022 Sep 6]. Available from: http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/50687/Pengolahan-Teh-Hijau/
  16. Setiawati I, Ekawati I, Sri Wiadnyani A. Pemanfaatan Limbah Kulit Anggur Lokal Dalam Pembuatan Jelly Drink [Internet]. Vol. 6, Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan (Itepa). 2017 [cited 2022 Sep 6]. p. 11–8. Available from: https://ojs.unud.ac.id/index.php/itepa/article/view/28072/17626
  17. Meles DK. Peran Uji Praklinik Dalam Bidang [Internet]. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP). 2010 [cited 2022 Sep 6]. p. 3–12. Available from: https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/767616f64cd58798f36164d0c9396ffb.pdf

PDF