Jualan software eceran, seperti jualan kacang

Saya awalnya merasa kasihan melihat tukang dagang asongan yang berjualan di jalan- jalan, dalam bis, terminal .. menjajakan barang dagangan kecil. Jika dihitung berapa sih keuntungan mereka? masih untung jika mereka bisa menarik se ribu rupiah atau kalo dalam dolar menjadi sekitar  1/9 dolar nya. Itu juga sudah untung, namun kenyataanya bisa jadi mereka untung tidak sebesar itu dari barang-barang yang dijualnya. Bisa jadi barang laku saja mereka sudah untung. Bayangkan sebungkus tisue dijual Rp 1000, jika saja tisue itu masih ada yang harganya 500 rupiah berarti si tukang dagang baru untung 500 rupiah. Bandingkan dengan polisi cepe atau tukang parkir preman, tanpa modal mereka sudah bisa menarik uang paling kecil 500 rupiah. Meskipun demikian keadaannya para pedagang asongan, ternyata tidak memperkecil semangat mereka untuk tetap bertahan. Saya pernah mendengar banyak juga orang- orang yang sukses berbisnis, dimulai dari menjadi penjual dagang asongan, mulai dari penjual koran atau ngamen. Dan cerita- cerita itu tidak menyurutkan mereka untuk bekerja keras mesikpun hanya sebagai pedagang asongan.

Sebenarnya hal ini telah membawa inspirasi bagi para developer agar bisa berbisnis, layaknya seperti pedagang asongan. Meskipun hal ini tidak bisa disamakan antara jualan software dengan jualan kacang, rokok, tisu, permen dan sejenisnya, setidaknya kita bisa mengambil cara mereka berdagang ketika bagaimana cara mengambil keuntungannya. Istilah sedikit demi sedikit menjadi bukit bukan lah istilah basi yang sudah lewat. Di jaman persaingan pasar yang menambah keras istilah itu patut kita gunakan. Jualan software murah yang harganya juga harus jauh dari terjangkau.

Sesekali kita tidak perlu memikirkan bagaimana cara mendapatkan proyek besar dengan nilai ratusan juta hingga miliaran , yang saat ini lebih sering disoroti dan dicurigai bermuatan korupsi. Kadang nilai besar bukan berarti keuntungan perusahaan software bisa besar pula. Sudah saatnya kita sebagai programmer bekerja sendiri, membuat sendiri dan menjualnya kepara pedagang asongan di dunia maya.

Ide ini bukanlah ide baru, sejak ramai- ramai bermunculan sms premium yang menjual aplikasi game- game hingga ringtone yang ikut mengangkat bisnis musik indonesia. Namun cara SMS premium menurut saya ada unsur sedikit mengelabui para pelanggan dengan sms berlangganan. Ada juga yang sekali narik langsung dapat, nah cara inilah yang paling benar.

Perangkat mobile telah dijadikan media yang paling banyak dijadikan tempat untuk berjualan aplikasi kecil. Seperti iphone dan smartphone berbasis android telah menyediakan tools khusus agar pengguna bisa membeli dengan mudah aplikasi- aplikasi untuk perangkat tersebut dan harganya juga relatif murah (mulai dari US $1) .

Dan sejak tanggal 12 mei 2011 android telah membuka penjualan secara online melalui situs yang telah terintegrasi dengan sistem (android market)  khususnya bagi pengguna di indonesia. Hal ini diketahui setelah saya mencari sebuah aplikasi google analytics client untuk android saya, yang ternyata ada yang tidak free alias bayar dengan harga dibawah $4 atau dirupiahkan berarti dibawah 40rb rupiah. Ini sangat menarik, bisnis di android sepertinya lebih menjanjikan, dengan peningkatan penjulan perangkat yang menggunakan OS android dan mudahnya pengembangan aplikasi andorid, tidak sebebas pengembangan di iOS dan sistem blackberry akan membuat jualan aplikasi kecil bisa menjanjikan. Banyak cerita programmer iseng yang membuat program kecil dan ternyata terjual lebih dari 1000, jika dikalikan dengan 4 saja sudah menjadi diatas 30juta . Hasil akhirnya bisa jadi tidak kalah dengan proyek-proyek besar.

Janganlah terlalu dipaksakan untuk mencari ide gila seperti suksesnya facebook, atau skype yang dibeli microsoft atau youtube yang dibeli google. Lihatlah programmer angrybirds, atau program tic tac toe atau sudoku yang juga ikut sukses meskipun tak sesukses sekelas facebook.Dan mulailah jualan kacang melalu pedagang asongan seperti android market. “Kacang-kacang!!, mau kacanganya pak ?”