April 2017

Ketika kita menemukan masalah dilingkungan kita, terkadang kita sudah tau bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut baru dan kita belum pernah menghadapi masalah tersebut, kita akan berusaha mencoba mencari solusinya. Mencoba beberapa cara solusi yang secara logika dimungkinkan untuk dijadikan solusi. Hasilnya akan kita ketahui apakah kita berhasil menemukan solusinya atau sama sekali tidak. Secara akademis kejadian tersebut bisa kita tulis sebagai karya ilmiah. Namun tidak cukup hanya menceritakan kejadian tersebut. Kita harus sampaikan dengan kaidah-kaidah yang dapat diterima.

Semua kejadian tersebut harus diterjemahkan dalam bentuk proses analisa. Dan analisa yang harus kita langsanakan wajib mengikuti teori-teori analisa.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 11) : Perangkat analisa

Read more

Tidak terasa tulisan tentang membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis sudah masuk ke bagian yang ke 10. Sebelum memulai penulis berharap khususnya bagi para pemula yang memang baru pertama Kali ingin mencoba menulis setelah meninggalkan bangku sekolah atau kuliah untuk mencoba membiasakan yang telah dijelaskan di bagian-bagian sebelumnya. Bagian selanjutnya kita akan mulai memasuki langkah lebih mendalam.

Kita coba bahas beberapa istilah yang biasanya dibahas dan ditanyakan sejak awal dalam sebuah karya tulis ilmiah. Metodologi, kualitatif, kuantitatif menjadi istilah-istilah yang terkadang dihindari oleh seorang yang akan memulai menulis. Kebingungan ini dianggap wajar apalagi jika kita sudah lama tidak bersentuhan dengan tugas akhir dalam bentuk penelitian. Ditambah dengan data-data yang harus diolah oleh ilmu statistik: simpangan Baku, frekwensi, modus, median. Buku lama waktu kuliah atau sekolah kadang terpaksa harus dibuka kembali.

Mari kita lupakan sejenak istilah itu agar semangat untuk memulai dalam menulis berlanjut. Jangan sampai batal karena sudah takut duluan ditanya metodologi dan cara mengolah datanya.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 10) : Stres dengan statistik dan metodologi

Read more

Sering kita temukan dalam sebuah artikel tersisipkan informasi dalam bentuk tabel, gambar dan grafik. Fungsi dari sisipan itu untuk apa? Apakah itu yang dimaksud data dan fakta? Bagaimana cara untuk memahaminya?.

Berikut ini kita lanjutkan tulisan sebelumnya agar mampu memahami bentuk-bentuk data dan fakta.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 9) : Membaca data dan fakta

Read more

Meskipun berbicara bahasa indonesia sudah menjadi keseharian (bercampur dengan bahasa daerah) di lingkungan kita, pelajaran bahasa indonesia selalu kita pelajari sejak sekolah dasar hingga sma. Bahkan mungkin di beberapa perguruan tinggi masuk kurikulum wajib. Sadar tidak sadar pelajaran tersebut memang harus ada karena tidak selalu kita berbicara dan menulis sesuai dengan aturan yang benar. Jika hanya untuk sebatas ngobrol dengan teman, mungkin kita tidak perlu mempelajari bahasa indonesia denga benar. Namun ketika berbicara formil atau menulis laporan resmi, mau tidak mau aturan dan tata bahasa yang baik harus kita fahami.

Hal yang menurut pengalaman penulis ingat tentang pelajaran bahasa indonesia yang terkadang sering dianggap remeh adalah di materi membaca. Di setiap bab kita diberi bacaan 3 (tiga) hingga 5 (lima) paragraf. Setelah itu dilanjutkan dengan soal yang berisi pertanyaan- pertanyaan tentang isi dari bacaan tersebut. Terkadang kita masih salah dalam menjawab pertanyaan tersebut, dan terkadang pertanyaan dapat mudah dijawab. Di waktu lain setelah membaca guru meminta kita menutup buku bacaan tersebut dan kita diminta untuk menceritakan ulang atau menyimpulkan tentang apa yang kita baca.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 8) : Mengutip, menceritakan ulang dan menyimpulkan

Read more

Ada yang beranggapan mencari referensi berbahasa indonesia yang bagus sangat sulit. Meskipun ditemukan, lebih banyak artikel-artikel standar dan jika dibaca hanyalah sadur menyadur dari referensi lain. Apalagi artikel ilmiah jika masuk ke beberapa situs repository pastinya hanya abstrak saja yang ditemui. Sebenarnya di beberapa situs artikel ilmiah terbuka yang di dukung pemerintah menyediakan makalah berbahasa indonesia, sayangnya kita sulit menemukan artikel yang cocok dan dapat mendukung bahan tulisan kita. Ternyata makalah ilimiah dari negara kita juga memang lebih banyak dibuat berbahasa inggris. Mengapa? tentunya untuk menunjukan nilai dan kualitas berskala dunia. Oleh sebab itu mau tidak mau kita harus mencari referensi tidak hanya yang berbahasa indonesia saja. Bahasa inggris menjadi wajib untuk kita fahami.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 7) : Memahami referensi berbahasa inggris

Read more

Gagasan atau ide menulis bisa saja muncul setelah membaca. Tidak menutup kemungkinan dengan membaca referensi tambahan gagasan yang sudah kita temukan akan lebih kuat. Membaca referensi telah menjadi bagian aktifitas penunjang bagi seseorang penulis. Semakin luas wawasan referensi yang dibaca seseorang akan semakin kuat kemungkinannya kualitas isi tulisan yang dibuat.

Bagian 6 ini kita coba pelajari cara-cara jitu dalam mencari bahan-bahan bacaan sebagai bahan referensi penunjang penyusunan tulisan. Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 6) : Mencari bahan untuk referensi

Read more

Semangat memulai untuk menulis? oke saya coba!. Tapi saya masih bingung apa yang harus saya tulis?, saya suka menulis status di media sosial, saya suka membagikan tautan dari status atau situs web yang menurut saya menarik. Tapi saya merasa saya masih bingung dengan apa yang sudah saya tulis tersebut akan menjadi sebuah tulisan yang bermanfaat apa lagi ditulis dengan kaidah akademis atau ilmiah. Mungkin begitulah kira- kira pertanyaan selanjutnya yang akan muncul: Apa yang harus saya tulis?.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 5) : Apa yang harus saya tulis?

Read more

Menumbuhkan semangat untuk menulis itu tidak cukup dengan memberikan strategi pembiasaan. Tidak hanya masalah perasaan takut salah. Perasaan malas menjadi masalah yang tidak kalah penting yang dapat mengganggu seseorang untuk memulai dan mebiasakan menulis. Semangat menulis sebenarnya bisa jadi ada dan muncul pada saat-saat tertentu. Bisa jadi munculnya hanya dalam jangka waktu beberapa menit atau bahkan detik. Semangat tersebut muncul dan hilang dengan cepat. Ketika berjalan, sedang rapat, di kendaraan, sedang makan, sedang membaca, sendang menonton televisi, atau sedang browsing internet. Jangan sia-siakan kesempatan tersebut. Kita mungkin sudah mulai tidak terbiasa membawa-bawa buku catatan kecil di saku kita. Namun jika perangkat digital yang saat ini anda bawa seperti smartphone, pastinya jauh lebih sering  kita bawa. Kenapa tidak kita manfaatkan perangkat pintar tersebut untuk menjembatani semangat menulis anda jauh lebih cepat. Perangkat lunak apa saja yang bisa kita manfaatkan menjadi senjata untuk mempermudah, mempercepat dan mendukung proses menulis. Tulisan berikut ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 4). Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 4) : Senjata menulis di jaman digital

Read more

Terlihat begitu mudahnya seorang dosen memeriksa draft tugas akhir mahasiswanya yang sudah dikerjakan beberapa malam untuk mengejar sidang. Pulpen yang dia pegang begitu ringan mencoret di beberapa tempat. Terkadang memberi catatan jelas apa yang harus diperbaiki dan terkadang masih bingung kenapa di beberapa tempat diberi tanda silang atau terdapat kata-kata yang dicoret. Setelah kembali ke si mahasiswanya, dengan mata merah dan lelah mahasiswa tersebut pasti menarik panjang nafasnya dan dalam hatinya “nasib gue, yang harus begadang lagi”. Itu baru coretan saja belum dengan ucapan dosen yang sudah sibuk mengajar atau bahkan sedang mengalami hal yang sama sedang sibuk menyusun desertasinya yang banyak disalahkan. Ucapan dengan nada menekan, marah atau mungkin sambil mengejek bisa terjadi dan dialami oleh para mahasiswa (tentunya tidak semua dosen seperti itu). Gara- gara menyusun tugas akhir seseorang bisa jadi  masa kuliahnya melewati waktu yang telah ditetapkan.  Secara tidak sadar kejadian- kejadian tersebut membuat seseorang menjadi trauma untuk menulis. Di dunia pekerjaan bayangkan jika atasan meminta kita untuk membuat sebuah laporan tertulis dan harus bernilai ilmiah, pasti seperti dejavu… anda merasa masuk ke dalam mimpi buruk dan teringat masa- masa kuliah beberapa tahun yang lalu.

Melanjutkan tulisan sebelumnya, penulis akan mengajak anda belajar menghadapi ketakutan “Salah” terutama pada saat memulai untuk menulis.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 3) : Horor itu bernama takut salah

Read more

Pada bagian pertama penulis menceritakan pengalaman pribadi sehingga penulis menjadi suka dengan pekerjaan menulis. Kenapa perlu dijelaskan?. Sebenarnya ini untuk menunjukan bahwa untuk menyukai terkadang harus dimulai dengan sesuatu yang disukai yang bisa jadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan menulis. Memang bagi yang sudah biasa menulis sepertinya mudah mengatakan ayo menulis.. ayo menulis. Menulislah dimulai dari hal-hal sederhana, Jangan takut salah, dan seterusnya… dan seterusnya. Tetap saja menulis itu susah. Apalagi jika kita memang tidak biasa memegang pensil atau pena di tempat pekerjaan kita.
Pada bagian ini kita coba belajar mengendalikan diri bagaimana agar kita bisa memulai untuk menulis bahkan bisa jadi sampai menyukai menulis. Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 2) : Belajar menyukai menulis

Read more