Groupthink : Definisi, Sypmtom, serta Contoh Kesehariannya

Friday, June 25, 2021

Groupthink adalah cara berpikir yang melibatkan seseorang dalam pencarian persetujuan menjadi begitu dominan pada kelompok yang kohesif sehingga cenderung mengesampingkan penilaian realistis dari tindakan alternatif. Lahirnya groupthink ini disebabkan kekohesifan grup, isolasi sudut pandang dari grup terkait sudut pandang yang berbeda pendapat, dan pemimpin yang mengarahkan segala keputusan yang sesuai dengan dia (Irving & Janis, dalam Myers, 2010). 

Fenomena groupthink memang salah satu yang paling seru untuk dibahas. Hal ini menunjukkan sifat dan keputusan yang diambil manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan kelompok. Pengaruh seperti ini pun dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk mendapatkan keuntungannya masing-masing.

Manusia yang memiliki kemampuan untuk menalar dan mengkritisi pun dapat menjadi terbatas, bukan karena tidak mampu, tetapi karena unsur kesengajaan untuk tidak digunakan atau terpaksa untuk mengabaikannya. Berikut adalah ciri-ciri atau symptom dari groupthink.

Symptoms of Groupthink

  • Mengarahkan anggota dari grup menilai terlalu tinggi kemampuan dan kebenaran dari kelompok
  • An Illusion of Invulnerability, grup merasa optimisme yang berlebihan sehingga merasa bahwa kemampuannya melebihi segalanya.
  • Unquestioned belief in the group’s morality. Anggota grup menjunjung tinggi moralitas grup dan mengabaikan masalah etika dan moral yang bertentangan dengan grup.
  • Anggota menjadi close-minded 
  1.  Collective rationalization
  2. Stereotipe terhadap grup lain
  • Kelompok mendapat tekanan untuk keseragaman
  • Conformity pressure
  • Self-censorship, karena perselisihan membuat ketidaknyamanan, anggota menahan atau mengabaikan keraguan mereka.
  •  Illusion of unanimity, anggota menganggap salah bahwa setiap orang setuju dengan keputusan kelompok; diam dipandang sebagai persetujuan.
  • Mind guard, beberapa anggota melindungi anggota lain dari informasi yang dapat mengarahkan pertanyaan mengenai efektivitas dan moralitas dari keputusan grup. 

Contoh: 

Sekeluarga pendukung Jokowi mengatakan bahwa Jokowi Presiden terbaik di Indonesia selama ini. Dikarenakan kekohesifan keluarga dalam pendapatnya, pendapat mengenai Presiden Indonesia lainnya pun bisa jadi diabaikan.

Semakin kohesif grup mereka (yang dimaksud adalah keluarga), maka semakin tertutup mereka dengan pendapat yang berbeda dengan keluarga. Kesembilan simtom yang telah dijelaskan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi.

Salah satunya adalah mind guard. Ketika terdapat pendapat mengenai pembahasan perbandingan presiden, anggota kelompok pun mencoba untuk melindungi pendapatnya serta melibatkan anggota lainnya untuk melindungi pendapatnya. Sehingga pembahasan perbandingan presiden pun hanya diambil yang menguntungkan bagi pendapat mereka saja.