Awal Mula Munculnya Psikologi Klinis & Pengaplikasiannya di Berbagai Bidang (part 2)

Monday, June 14, 2021

Sejarah Psikologi Klinis di Bidang Intervensi

The Beginnings (1850–1899)

Pada masa ini, berbagai macam tokoh mulai mengembangkan metode-metode intervensi. Fokus Emil Kraepelin adalah pada klasifikasi psikosis. Namun, ada pula yang sedang menyelidiki intervensi baru untuk pasien “neurotik”, seperti sugesti dan hipnosis, yang dilakukan oleh Jean Charcot.

Charcot memperoleh reputasi luas untuk penyelidikannya terhadap pasien dengan histeria — pasien dengan “gejala fisik” (misalnya kebutaan, kelumpuhan) yang tampaknya tidak memiliki penyebab fisik yang dapat diidentifikasi.

Jean Charcot adalah ahli demonstrasi klinis dramatis dengan pasien terhipnotis. Namun, Hippolyte Bernheim dan Pierre Janet mengkritik pekerjaan Charcot. Bernheim merasa bahwa gejala histeria tidak mencerminkan apapun melainkan hanya sebuah sugestibilitas. Sedangkan, Janet menganggap histeria sebagai manifestasi dari “kepribadian ganda” dan juga sebagai semacam degenerasi turun-temurun.

Pada waktu yang hampir bersamaan, kolaborasi penting Josef Breuer dan Sigmund Freud dimulai. Pada awal 1880-an, Breuer merawat seorang pasien muda bernama Anna O, yang didiagnosis menderita histeria. Breuer membahas kasus ini secara luas dengan Freud, yang menjadi sangat tertarik sehingga ia pergi ke Paris untuk mempelajari semua yang dapat diajarkan Charcot tentang histeria.

Pada tahun 1895, Breuer dan Freud menerbitkan Studies on Hysteria. Karena berbagai alasan, hubungan antara keduanya kemudian menjadi cukup tegang. Tetapi kolaborasi mereka berfungsi sebagai landasan untuk psikoanalisis, pengembangan teori, dan perawatan yang paling berpengaruh dalam sejarah psikiatri dan psikologi klinis.

The Advent of the Modern Era (1900–1919)

Clifford Beers merupakan seorang penderita depresi berat yang diberikan perawatan di rumah sakit. Saat dirawat di rumah sakit, ia melewati fase manik dan mulai merekam pengalamannya selama berada di rumah sakit. Ketika dia bebas dari gejala manik-depresifnya, dia dibebaskan.

Setelah keluar dari rumah sakit, ia bertekad menulis buku yang mengungkap pelanggaran di rumah sakit terhadap orang dengan gangguan jiwa.

Pada tahun 1908, ia menerbitkan buku yang berjudul “A Mind that Found Itself” yang berdampak pada munculnya gerakan kesehatan mental di Amerika.

Pada 1900, tak lama sebelum Beers memasuki rumah sakit, Freud menerbitkan buku “The Interpretation of Dreams” dengan teori psikoanalisis. Freud mengemukakan konsep seperti unconsciousness, Oedipus complex, dan ego yang menjadi bagian dari arus utama bahasa psikologis, serta seksualitas yang menjadi fokus dalam ranah psikologis.

Walaupun pengakuan lambat datang, akan tetapi perlahan karya-karya Freud diperhatikan oleh Alfred Adler dan Carl Gustav Jung, kemudian Freud menerbitkan buku-buku lainnya. Temuan Freud kemudian dikembangkan oleh A. A. Brill, Paul Federn, Otto Rank, Ernest Jones, Wilhelm Stekel, dan Sandor Ferenczi.

Selain pendirian klinik psikologis pertama oleh Lightner Witmer pada tahun 1912 di Universitas Pennsylvania, hal penting lainnya adalah pendirian klinik bimbingan anak William Healy di Chicago pada tahun 1909. Mereka mengarahkan upaya mereka ke apa yang sekarang akan disebut pelanggar remaja daripada menuju masalah pembelajaran anak- anak yang sebelumnya menarik perhatian Witmer.

Pendekatan Healy juga sangat dipengaruhi oleh konsep dan metode Freudian. Pendekatan semacam itu pada akhirnya memiliki efek menggeser pekerjaan psikologi klinis dengan anak-anak ke arah yang dinamis dari Freud,
bukannya menjadi kerangka kerja pendidikan.

Pada tahun 1905, Joseph Pratt, seorang internis atau ahli penyakit dalam, dan Elwood Worcester, seorang psikolog, mulai menggunakan metode diskusi suportif di antara pasien- pasien gangguan mental yang dirawat di rumah sakit. Metode ini adalah cikal bakal dari berbagai metode terapi kelompok yang menjadi terkenal pada 1920-an dan 1930-an.

Ketika para psikolog mencari prinsip-prinsip psikologis untuk membantu upaya mereka, karya Freud dan Alfred Adler menjadi perhatian mereka. Secara khusus, mereka terkesan dengan karya Adler, yang lebih masuk akal daripada Freud. Selain itu, penekanan Freud tampaknya terletak pada orang dewasa dan dengan anteseden seksual dari masalah mereka, sedangkan Adler meremehkan peran seksualitas, dan penekanannya yang bersamaan
pada struktur hubungan keluarga.

Pada awal 1930-an, ide-ide Adler (1930) dengan kuat berlindung di klinik-klinik Amerika yang menangani masalah anak-anak. Tren kedua yang memengaruhi pekerjaan awal dengan anak-anak adalah terapi bermain yang berasal dari konsep teori Freudian. Terapi bermain pada dasarnya adalah teknik yang mengandalkan kekuatan kuratif untuk melepaskan kecemasan, dendam, permusuhan, atau emosi negatif semacamnya melalui permainan ekspresif.

Pada tahun 1928, Anna Freud, putri terkemuka Sigmund Freud, menggambarkan metode terapi bermain yang berasal dari prinsip-prinsip psikoanalitik.

Pada awal tahun 1930-an, J.L.Moreno dan S.R.Salvador juga melakukan metode terapi bermain dengan tujuan untuk meningkatkan atensi. Sementara itu, Fredrick Allen pada tahun 1934 melahirkan “passive therapy”, yang kemudian memengaruhi munculnya client centered therapy.

Pada tahun 1920, John Watson memperlihatkan kasus yang terkenal yaitu kasus Albert yang sejak kecil takut pada tikus putih, kemudian mengembangkan gangguan neurotik yang lebih luas. Marry Cover Jones pada tahun 1924 memperlihatkan bahwa ketakutan dapat dihilangkan melalui pembiasaan (conditioning).

Tokoh lainnya yaitu J.Levy pada tahun 1938 telah menemukan “relationship therapy”. Ketiga bentuk terapi diatas inilah yang mendorong lahirnya “behavior therapy.” atau terapi perilaku yang sangat terkenal dan
dan berpengaruh pada terapi-terapi yang dilakukan hingga saat ini.

Between the Wars (1920–1939)

Psikoanalisis awal abad ke-20 sebagian besar dikhususkan untuk perawatan orang dewasa dan dipraktikkan hampir secara eksklusif oleh para analis yang ahli di bidang kedokteran.

Namun, Freud berpendapat bahwa psikoanalis tidak memerlukan pelatihan medis. Meskipun Freud memprotes, profesi medis mengklaim hak eksklusif untuk terapi psychoanalytic dan dengan demikian membuat masuknya psikolog ke dalam perusahaan terapi cukup sulit.

Masuknya psikolog ke dalam kegiatan terapi adalah hasil dari pekerjaan awal mereka melalui bimbingan untuk anak, terutama di sekolah-sekolah. Pada awalnya, pekerjaan itu sebagian besar terbatas pada evaluasi kemampuan intelektual anak-anak, dan ini, tentu saja, melibatkan konsultasi dengan orang tua dan guru.

Namun pada kenyataannya, sulit untuk memisahkan antara sisi intelektual dari aspek keseluruhan kejiwaan yang dimiliki seseorang.Karena itulah kemudian psikoanalisis juga menjadi bidang garapan psikolog.

World War II and Beyond (1940–Present)

Perang Dunia II tidak hanya membutuhkan banyak pria, tetapi juga berkontribusi pada banyaknya kesulitan emosional. Para dokter dan psikiater militer terlalu sedikit jumlahnya untuk mengatasi epidemi masalah-masalah ini, sehingga seringkali psikoterapi dilakukan secara berkelompok.

Akan tetapi, semakin psikoterapi diberikan secara individu maka semakin baik kinerjanya dalam mengembalikan laki-laki untuk berperang dan dalam tujuan rehabilitasi jangka panjang. Keberhasilan kinerja psikolog dari kegiatan-kegiatan ini, menghasilkan peningkatan penerimaan psikolog secara bertahap sebagai profesional kesehatan mental.

Pengalaman masa perang ini membangkitkan para psikolog untuk lebih bertanggung jawab di bidang kesehatan mental. Faktor tambahan yang berkontribusi adalah ketika gejolak di Eropa pada 1930-an.

Tekanan dari Nazi membuat banyak psikiater dan psikolog Eropa meninggalkan tanah air mereka, dan akhirnya menetap di Amerika Serikat. Melalui pertemuan profesional, ceramah, dan pertemuan lainnya, ide-ide gerakan Freudian membangkitkan semangat dan meningkatkan kepercayaan dalam psikologi.

Akibatnya, psikolog klinis mulai lebih tertarik pada pengembangan kepribadian dan mengurangi penekanannya pada penilaian kecerdasan, pengujian kemampuan, dan pengukuran disfungsi kognitif.

Ketika tes kecerdasan semakin berkurang, psikoterapi dan teori kepribadian mulai bergerak ke aktivitas yang bersifat psikoanalitik. Pada tahun 1946, Alexander dan Prancis menerbitkan sebuah buku tentang intervensi psikoanalitik. Lalu, di tahun 1950, John Dollard dan Neal Miller menerbitkan buku berjudul Personality and Psychotherapy yang menerjemahkan psikoanalisis Freud ke dalam bahasa teori pembelajaran.

Pada masa tersebut, psikoanalisis memiliki kekuatan yang dominan sehingga ketika Carl Rogers menerbitkan
Client-Centered Therapy di tahun 1951, itu menjadi alternatif utama pertama untuk terapi psikoanalisis dan menghasilkan dampak luas dalam dunia psikoterapi serta penelitian.

Setelahnya, bentuk terapi yang lebih baru pun mulai berkembang. Beberapa terapi
tersebut, yaitu:
– Perls memperkenalkan Gestalt therapy (Perls, Hefferline, & Goodman, 1951).
– Frankl (1953) berbicara tentang logotherapy dan hubungannya dengan existential
theory.
– Pada tahun 1958, Ackerman mendeskripsikan family therapy.
– Pada tahun 1962, Ellis menjelaskan rational-emotive therapy (RET) dan menjadi
pelopor penting dari cognitive-behavioral therapy.
– Berne (1961) memperkanlkan transactional analysis (TA).

Lalu, di tahun 1952, Eysenck memberikan kritik tentang ketidakefektifan psikoterapi yang mengejutkan banyak orang. Para behavioris pun mulai mengembangkan terapi, Andrew Salter (1949) menulis Conditioned Reflex Therapy yang menjadi karya perintis desensitization methods.

Pada tahun 1953, B. F. Skinner lebih lanjut mengembangkan behavioral therapy ketika ia menguraikan penerapan prinsip operan untuk intervensi terapeutik dan sosial. Kemudian pada tahun 1958, Joseph Wolpe memperkenalkan systematic desensitization, yaitu teknik yang didasarkan pada conditioning principles.

Namun, banyak yang mengakui bahwa adanya keterbatasan dari treatment yang berfokus pada perilaku dengan mengesampingkan kognisi, dan cara berpikir tentang diri pasien.

Akhirnya, Ellis pun mengembangkan RET dan Aaron Beck mulai mengembangkan cognitive therapy yang akhirnya menjadi salah satu treatmen psikologis paling efektif. Beck (1967) menguraikan pendekatannya dalam buku Depression: Causes and Treatment.

Meskipun fokus awal untuk cognitive therapy adalah depresi, namun sekarang digunakan secara efektif untuk mengobati berbagai kondisi (gangguan kecemasan, gangguan penggunaan narkoba, dan gangguan kepribadian) baik pada orang dewasa maupun remaja.

Setelah psikoanalisis dan psikoterapi psikodinamik menjadi kekuatan yang dominan, behavior therapy mulai populer di kalangan psikolog klinis. Hal ini dikarenakan fokusnya pada perilaku yang dapat diamati (dan terukur), waktu treatment yang lebih pendek, dan penekanan pada evaluasi secara empiris dari hasil perawatan.

Behavior therapy membantu mendorong pertumbuhan penelitian psikoterapi dengan menggunakan metode empiris untuk menyelidiki efektivitas berbagai treatment techniques. Beberapa tren intervensi lainnya yang perlu diperhatikan, yaitu:
– Pertama, jumlah treatment yang digunakan oleh psikolog klinis telah berkembang pesat selama bertahun-tahun. Para psikolog klinis mengintegrasikan berbagai pendekatan ke dalam satu terapi dan mengidentifikasi faktor-faktor umum yang mendasari berbagai pendekatan berbeda terhadap treatment (J. D. Frank, 1971).

– Kedua, brief therapy atau time-effective therapy (Budman & Gurman, 1988) menjadi mode intervensi psikoterapi yang disukai. Hal ini dikarenakan banyak orang yang tidak mampu menjalani psikoterapi selama bertahun-tahun, dan bentuk terapi yang singkat telah terbukti sama efektifnya.
– Ketiga, pada 1950-an, beberapa dokter mulai kecewa dengan metode terapi yang berurusan dengan satu pasien pada satu waktu. Mereka mencari pendekatan yang lebih “preventif”. Pencarian mereka memuncak pada munculnya psikologi komunitas pada 1960-an dan psikologi kesehatan pada 1980-an. Semakin banyak psikolog klinis menyediakan layanan yang berkaitan dengan pencegahan masalah kesehatan, masalah kesehatan mental, dan cedera.
Akhirnya, mulai tahun 1995, daftar “empirically supported treatments” untuk orang
dewasa dan remaja disebarluaskan ke para psikolog klinis. Selanjutnya, beberapa psikolog
mulai memberi tekanan pada legislatif negara bagian untuk memungkinkan psikolog dengan
pelatihan khusus memiliki wewenang menulis resep untuk pengobatan psikotropika.

Pertama, pada 1995, American Psychological Association secara resmi mendukung hal tersebut. Kemudian pada tahun 2002, New Mexico menjadi negara bagian pertama yang memberlakukan undang-undang yang mengizinkan psikolog yang terlatih untuk meresepkan obat-obatan psikotropika kepada pasien atau klien.