Review Masjid Sunan Ampel

Thursday, June 10, 2021

Review Masjid Sunan Ampel

Sunan Ampel merupakan salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam di Surabaya. Ia memiliki pengaruh yang besar sehingga, terdapat daerah yang dinamakan sunan Ampel untuk mengabadikan pengaruhnya.

Salah satu pengaruh terbesarnya ialah merubah budaya Panca Ma (Ritual Hindu yang mengutamakan makan daging, ikan, khamar, seks, dan semedi) menjadi Moh Limo.

Ia juga mendirikan pesantren untuk memberikan pendidikan, serta membangun masjid dengan  gaya arsitektur campuran antara Islam dengan budaya setempat (Jawa Kuno, Hindu, dan Islam). Masjid ini dinamakan Masjid Sunan Ampel (atau Masjid Ampel).

Masjid Ampel – atau yang disebut masjid Sunan Ampel ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia hasil pembuatan dari Walisongo. Masjid ini memiliki luas bangunan sekitar 2000 m² dan memiliki daya tampung hingga 4000 jamaah.

Masjid Ampel sendiri ternyata ada dua di dalam lokasi. Masjid yang didirikan oleh Sunan Ampel berukuran kecil dengan warna genting coklat tua. Masjid ini bersebelahan dengan pasar Cinderamata.

Sedangkan Masjid Ampel yang baru, memiliki genting bewarna merah cerah, berukuran lebih besar dan langsung berhadapan dengan pasar cinderamata.

Dikutip dari jurnal ‘The urban heritage of Masjid Sunan Ampel Surabaya, toward the intelligent urbanism development’ oleh Budiarto (2015) terdapat 5 gapura untuk masuk ke area masjid.

Tiap gapura diatur berurutan, dari bagian inti yaitu bangunan masjid mengarah ke luar, sesuai urutan rukun Islam .

Kelima gerbang ini bermaknakan rukun Islam, dengan penjelasannya yaitu:

  1. Gapura Paneksen, gerbang pertama melambangkan ‘Syahadat’
  2. Gapura Madep, gerbang kedua melambangkan Salat
  3. Gapura Ngamal, gerbang ketiga yang melbangkan zakat (tersedia di daerah tersebut).
  4. Gapura Poso, gerbang keempat yang melambang puasa
  5. Gapura Munggah, gerbang kelima yang melambangkan Haji bagi yang mampu

Atap masjid ini sendiri mengikuti gaya bangunan Hindu-Jawa, tidak menggunakan kubah sebagai atapnya. Budaya penggunaan kubah sendiri baru populer di abad ke-20 dimana kubah mulai populer digunakan dikarenakan fungsinya sebagai atap terkuat dan memiliki kelebihan masing-masing, sesuai jenis kubah.

Di abad ke-20, Jual kubah masjid mulai berkembang di berbagai daerah. Pembuatan kubah kini sudah menjadi populer di kalangan Indonesia, seperti kubah yang berwarna silver.

Setiap harinya, di area masjid Ampel, selalu ramai di kunjungi masyarakat sekitar, maupun pengunjung dari wilayah lainnya.

Masjid Ampel berdiri dengan luas tanah sebesar 5000 m². Luas bangunannya sekitar 2.000 m² persegi.

Di sekeliling masjid, terdapat penjual dengan berbagai macam aneka dagangan. Insya Allah, semua jajanan Khas Jawa timurtersedia disini.

Apalagi bagi  yang ingin mencari makanan daerah, disini terdapat makanan favorit yang harus dicoba, yaitu Sate Karak, Pukis Ampel, dan Gulai Kacang Ijo.

Tak hanya beribadah, pengunjung masjid Sunan Ampel biasanya melakukan ziarah ke makam Sunan Ampel, bahkan meminum air sumur di kawasan tersebut (tentunya, air yang sudah disterilkan).