i’m not perfect it enginers (II)

Hobi menulispun ditumpahkan di kertas- kertas hvs yang sudah di percikan warna-warni cat air danselanjutnya mesin tik terus digunakan. Gengsi rasanya seorang lelaki harus membuat buku diary. Cara lain yang saya lakukan adalah menulis perumpamaan- perumpamaan, harapan- harapan, cita – cita dalam bentuk tulisan- tulisan. Jika dibaca tentulah sudah tidak ada kaitannya lagi dengan kehidupan pribadi.

Koran pagi, menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Iklan Kursus komputer DOS, WS, Lotus 123 membuat penasaran. Ya harapan untuk kursus sepertinya tidak mungkin dikabulkan, untuk biaya sekolah aja orang tua sudah kerja keras jadi harapan itu tidak pernah disampaikan. Iklan yang lain adalah iklan komputer. Masih ingat dengan merek Mugen, sebuah merek komputer yang waktu dulu saya anggap sebagai PC paling canggih karena harganya cukup mahal. Sempat terucap keinginan memiliki komputer disampaikan kepada orang tua, meskipun jawabannya sudah bisa ditebak.

SMP cukup menyentuh Komputer di kantor bapak setiap mau pergi piknik atau mancing, berkumpul dikantor, sambil menunggu game pacman saja yang dimainkan.

SMA rasa kepenasaran dengan komputer lebih tinggi lagi. Meskipun cita- cita tetap lebih memilih menjadi seorang arsitek bangunan, komputer dimata saya bukanlah sesuatu yang dapat dijadikan tujuan akhir sebuah profesi. Begitu polosnya pikiran itu.

Rental komputer menjadi tempat bermain yang menyenangkan uang saku yang biasanya harus dibagi dengan menabung untuk membeli kaset sekarang dipaksa untuk bayar rental komputer jika harus lama, puasa senin kamis juga di jalanin demi Rental. Selain itu sekolah menunjuk satu lembaga pendidikan untuk menyediakan ekstra kurikuler komputer 5000/ bulan dengan pertemuan 1 minggu sekali tidak disia- siakan DOS, WS, Lotus 123, DBase III dan Basic.