ketakutan dalam menulis

Terlihat begitu mudahnya seorang dosen memeriksa draft tugas akhir mahasiswanya yang sudah dikerjakan beberapa malam untuk mengejar sidang. Pulpen yang dia pegang begitu ringan mencoret di beberapa tempat. Terkadang memberi catatan jelas apa yang harus diperbaiki dan terkadang masih bingung kenapa di beberapa tempat diberi tanda silang atau terdapat kata-kata yang dicoret. Setelah kembali ke si mahasiswanya, dengan mata merah dan lelah mahasiswa tersebut pasti menarik panjang nafasnya dan dalam hatinya “nasib gue, yang harus begadang lagi”. Itu baru coretan saja belum dengan ucapan dosen yang sudah sibuk mengajar atau bahkan sedang mengalami hal yang sama sedang sibuk menyusun desertasinya yang banyak disalahkan. Ucapan dengan nada menekan, marah atau mungkin sambil mengejek bisa terjadi dan dialami oleh para mahasiswa (tentunya tidak semua dosen seperti itu). Gara- gara menyusun tugas akhir seseorang bisa jadi  masa kuliahnya melewati waktu yang telah ditetapkan.  Secara tidak sadar kejadian- kejadian tersebut membuat seseorang menjadi trauma untuk menulis. Di dunia pekerjaan bayangkan jika atasan meminta kita untuk membuat sebuah laporan tertulis dan harus bernilai ilmiah, pasti seperti dejavu… anda merasa masuk ke dalam mimpi buruk dan teringat masa- masa kuliah beberapa tahun yang lalu.

Melanjutkan tulisan sebelumnya, penulis akan mengajak anda belajar menghadapi ketakutan “Salah” terutama pada saat memulai untuk menulis.

Continue reading Membiasakan menulis berdasarkan kaidah akademis (bagian 3) : Horor itu bernama takut salah

Read more