Inovasi dan wacana kebijakan 3 (Innovation vs reality)

Kesempatan yang sungguh berharga ketika Kita dilibatkan dalam sebuah proses perubahan. Di mana arah perusahaan beralih ke puncak gunung yang lain. Sedangkan Kita sedang semangat berada ditengah perjalanan menuju puncak yang harus ditinggalkan sesegera mungkin. Apakah saya harus mengajak melompat ke gunung sesuai arah baru perusahaan, atau turun Dari gunung yang sedang didaki Lalu beralih ke gunung baru, mulai Dari nol?.

Proses perubahan lewin sebenarnya masih sesuai dengan kondisi saat ini ketika Manajemen perubahan harus dilakukan. Unfreezing-change-Refreezing : mencairkan-mengubah-membekukan kembali.

Tidak mungkin melakukan perubahan tanpa diawali proses Unfreezing, apalagi kondisi freeze berada di kutub atau di mesin pembeku. Setidaknya es harus Kita pindahkan ke tempat yang hangat atau keluarkan dari freezer. Atau langsung saja diserut dan di blender biar cepat cair.

Ketidaksabaran proses pencairan akan berdampak kepada adanya yg tidak berubah pada saat diubah Dan dibekukan kembali. Seperti es Batu yang dimasukan ke dalam air kemudian dibekukan kembali padahal es Batu belum mencair bercampur dengan air disekitarnya. Hasilnya? Es batu lama berada di dalam es batu baru. Jika es Batu lama adalah es rasa kopi pahit sementara air baru adalah air gula, es yang baru menghasilkan es air gula dan es kopi pahit tetaplah pahit. Tidak menjadi es kopi Manis.

Inilah tantangan yang sedang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Bagaimana mengalihkan perhatian seluruh stakeholder nya ke puncak gunung dimana gunung tersebut bukanlah gunung yang sedang mereka daki. Proses perubahan yang dilakukan tidak bisa menunggu lama, jika lama perusahaan bahkan akan lebih jatuh dibandingkan kondisi saat ini.

Perubahan arah ini muncul bukan tanpa alasan. Pemerintah memang sedang mengangkat isu-isu tren yang berkembang diluar. Cepat atau lambat akan berpengaruh masuk ke dalam negeri. Beberapa sudah mulai dicanangkan melalui kebijakan-kebijakan. Beberapa lagi disebutkan dan disosialisasikan namun masih dalam bentuk wacana.

Sebenarnya wacana artinya rentetan kalimat yang memiliki keterkaitan satu sama lain membentuk satu kesatuan. Entah kenapa istilah wacana ini berubah definisinya secara tidak sadar jadi rencana. Mungkin kata wacana sering digunakan pada saat pimpinan pemerintahan mengeluarkan pendapat yang mengarah ke keputusan atau kebijakan dalam bentuk “wacana” yaitu kalimat panjang dan jelas. Namun tidak atau belum ditindaklanjuti menjadi kebijakan dasar hukum seperti Surat keputusan, peraturan dll , akhirnya ucapan tersebut hanya sebatas wacana saja, yaitu kalimat panjang dan jelas dimana isinya belum tentu dilaksanakan atau ditindaklanjuti. Kesimpulannya istilah wacana kebijakan dapat diartikan dengan kalimat-kalimat yang disampaikan secara tertulis atau diucapkan  tentang harapan suatu kebijakan. Jika ditindaklanjuti secara legal akan menjadi kebijakan wacana tersebut menjadi kebijakan resmi, dari situ bolehlah wacana menjadi bagian sebuah rencana. Jika tidak pernah ditindaklanjuti  berarti wacana tersebut baru sampai sebatas pendapat atau harapan pribadi, bahkan tidak sampai pada rencana.

Banyak sekali wacana kebijakan keluar dari para petinggi pemerintahan. Kalimat-kalimat tersebut secara akademis dan keilmuan difahami dan dianggap sebagai gambaran arah kebijakan ke depannya. Sebagian besar perusahaan menganggap wacana kebijakan masih hanya pendapat pribadi yang belum masuk ke perencanaan, sebagian lagi menganggap optimis wacana tersebut sudah masuk kepada bagian rencana meskipun entah kapan dilaksanakan.

Sesuatu yang tidak lazim ketika sebuah perusahaan mengamini wacana kebijakan dari pemerintah sudah dianggap bukan sekedar wacana tanpa tindak lanjut namun sudah menjadi rencana dan harus direalisasikan saat ini.

Akhirnya wacana kebijakan diputuskan harus menjadi acuan dalam melaksanakan strategi bisnis perusahaan itu. Sebut saja pemerintah sedang merancang kebijakan ijin usaha jasa kesehatan dari produk kacang. Penggunaan teknologi berbasis internet pun menjadi bagian strategi bisnisnya. Penjualan dan pembagian kacang secara online, Fasilitas donasi dari berbagai perusahaan dan pemerintahanpun disediakan secara online.

Untuk mengimplementasikan strategi bisnis tersebut diubahlah struktur manajemennya menyesuaikan dengan visi dan strategi yang akan dicapai. Tidak ada waktu untuk proses rekruitmen ataupun proses seleksi siapa saja yang harus menempati posisi-posisi tersebut. Jadilah sebuah struktur Manajemen baru. Sebenarnya di sini banyak ditemukan kejanggalan. Untuk melaksanakan strategi bisnis yang besar, proses menyiapkan Tim manajemen ditentukan dengan cepat. Bisa saja CEO sudah memiliki data kompetensinya, atau intuisi yang bermain. “Trust” menjadi kata kunci dalam menjalankan roda bisnis perusahaan tersebut mengukuti inovasi yang telah digulirkan.

Manajemen dituntut langsung tancap gas untuk melaksanakan program-program strategis yang telah disusun. Perlunya upaya setiap pihak yang duduk di manajemen idealnya sudah faham dengan langkah strategis yang telah ditetapkan. Kondisi inilah yang membuat seluruh stakeholder penuh dengan harap-harap cemas. Mulai dari pihak manajemen yang ditunjuk  duduk dikursi baru,  dan pihak yang sebelumnya duduk di kursi manajemen ternyata harus tersingkir tanpa memberikan kejelasan diturunkan apakah karena tidak memenuhi syarat atau kinerjanya dianggap tidak memenuhi harapan, atau sudah diprediksi tidak akan sanggup menghadapi tantangan yang akan diberikan CEO di kemudian hari. Hingga kecemasan yang dirasakan oleh para staff pegawainya. Isu pro dan kontrak dengan kebijakan baru ini terus bergulis memunculkan benih-benih perpecahan.

Dalam teori manajemen perubahan, resiko munculnya konflik sebenarnya selalu sudah diprediksi oleh para pemegang keputusan. Besar kecilnya sebuah resiko inilah yang memang dipersepsikan berbeda- beda. Terkadang persepsi pribadi beberapa pihak yang duduk dikursi manajemenpun sebenarnya diliputi kecemasan dan keraguan dengan strategi yang digagas sang CEO. Kondisi inilah yang sangat berpengaruh terhadap keutuhan organisasi perusahaan. Jika masih ada keraguan dan ketidakpercayaan yang muncul dari dalam manajemen dampaknya akan semakin besar ketidak percayaan yang diterima oleh staff yang berada dilapisan bawah.

bersambung…