Membiasakan menulis berdasarkan kaidah Akademis (bagian 1) : Kenapa saya suka menulis?

Menulis itu pekerjaan yang gampang-gampang susah. Untuk beberapa orang yang berkecimpung di dunia pekerjaan baik kantor, bisnis, lapangan dan apalagi pendidikan, menulis bisa jadi dilakukan setiap hari dan bahkan disukai. Namun untuk sebagian lagi menulis telah menjadi pekerjaan yang membosankan, menakutkan dan menyulitkan. Kenapa? karena menulis telah masuk menjadi bagian karakter seseorang. Seolah- olah menulis itu bisa dilakukan jika disebut hobi, dan jika tidak hobi berarti menulis menjadi sesuatu yang dianggap tidak penting.

Lalu apakah mungkin orang yang tidak hobi dapat tetap melakukan pekerjaan menulis? ya, tergantung apa yang harus ditulis. Menulis Hasil rapat atau Minute of Meeting (MOM)? mungkin bisa, apa lagi seseorang yang tugasnya sebagai sekertaris. Tapi bagai mana jika harus menulis laporan?, apakah bisa? ya bisa saja selama sudah ada format atau contoh laporan sebelumnya. Laporan yang sudah ada kita edit tanggal, isi beberapa data-data tabulasi sesuai laporan terkini, sudah jadi. Apakah laporannya bisa diterima? bisa jadi diterima jika atasannya gak pernah membaca “bla..bla..bla-nya”. Tapi bisa saja malah dimarahi dan langsung menilai yang membuat sama sekali tidak mempunyai kemampuan membuat laporan. Menulis yang benar ternyata memang menjadi susah jika kita tidak menyukai atau jika kita tidak biasa dengan kaidah yang benar.

Tulisan kali ini penulis ingin membagi pengalaman menulis yang dialami penulis sendiri. Meskipun suka menulis tapi apa yang harus ditulis bisa jadi penghambat terutama jika harus menulis sesuatu yang bukan bidangnya. Nah.. berdasarkan pengalaman tersebut penulis coba mengajak anda yang tidak suka menulis, tidak terbiasa menulis, dan sangat takut menulis untuk mengikuti strategi menulis dengan beberapa tips dan triknya agar bisa diterima. Pastinya menulis dengan mengikuti kaidah Akademis dan menurut kaca mata Saya sebagai praktisi Teknologi Informasi.

Mukadimah

Menulis sebelumnya pasti diartikan melakukan aktifitas diatas kertas dengan media alat tulis yang hasilnya dapat dibaca. Saat ini arti menulis di sini terjemahkan lebih luas: melakukan aktifitas di atas media menggunakan perangkat atau alat yang hasilya dapat dibaca. Jadi tulisa yang  saat ini anda baca meskipun tidak dilakukan dengan pensil, spidol, atau pena tapi tetap disebut menulis atau jika dikhususkan pekerjaannya disebut mengetik.

Penulis terbiasa dengan mesin tik sejak SD sekitar kelas 5. Dimulai dengan menulis atau mengetik puisi, sajak atau beberapa hal yang disukai oleh penulis : acara/film yang disukai, lagu yang disukai hasilnya dikumpulkan dan disusun menjadi satu buku dikasih cover diberi gambar dan warna jadilah buku pribadi. Dilanjutkan SMP setiap tugas pasti diketik sendiri. Kebiasaan membuat tulisan puisi dll masih berlanjut hingga SMA.

Perangkat komputer mulai dikenal penulis Sejak Kelas 1 SMA. Disekolah ada ekstra kulikuler komputer (1992), penulis ikuti, salah satu yang dipelajarinya adalah aplikasi word precessor (pengolah kata) WordStar+4 sebuah perangkat lunak yang cukup terkenal pada saat itu di sistem operasi DOS (Windows jaman itu masih versi 3 dan masih jarang di rental yang menggunakan windows). Tugas-tugas sekolah mulai beralih menggunakan komputer. Wordstar tidak lama digunakan karena penulis mulai jatuh cinta ke ChiWriter sebuah perangkat lunak pengolah kata yang jauh lebih memikat dengan berbagai  macam font yang berbeda-beda : rumus matematika, rumus kimia, huruf arab bisa ditampilkan dan dilihat di tampilan layar monitor. Untuk pertama kali ini penulis mengenal istilah WYSYWIG (What you see is what you get).

Ke jenjang perkuliahan penulis mulai mencoba WordPerfect, AmiPro dan akhirnya mengenal Microsoft Word. Semua tulisan lebih banyak menggunakan pengolah kata buatan Microsoft ini. WYSYWIG menjadi terlihat lebih realistis jika semuanya sudah berbasis GUI (Graphical User Interfece) yaitu tampilan yang berbasis grafis bukan teks. Menulis semakin disukai karena dihubungkan dengan tugas-tugas yang memang diminati tentunya sesuai kuliah yang diambil yaitu tentang Teknologi Informasi.

Setiap mahasiswa pasti mendapatkan tantangan pada semester akhir karena harus menyelesaikan tugas akhir, skripsi, tesis atau desertasi. Di sini kebiasaan penulis telah membuat semester akhir adalah masa-masa yang paling disukai. Bahkan penulis sempat membuka jasa konsultasi ke teman atau adik kelas untuk dibantu pembuatannya. Tapi bukan dibuatkan ya! dibantu. Kadang membantu cuma-cuma terutama teman-teman yang tinggal di kostan dan tidak punya komputer, ada juga yang dibayar dengan apapun (traktir, kue) atau benar-benar resmi bisnis (biasanya ke adik kelas) lumayan tahun 1998 dibayar 450rb per orang. Sekali lagi tidak dibuatkan tapi konsultasi baik apa yang ditulis maupun program aplikasi yang harus dibuatnya.

Hingga akhirnya penulis lanjut ke jenjang S1 ekstensi yang sedikit terganggu karena sambil bekerja. Masalah lama kuliah bukan di skripsi, melainkan karena jarang mengikuti perkuliahan hingga nilai sempat jeblok. Selama kerja dan proyekan, tantangan menulis tidak berhenti, proposal adalah senjata proyek yang sangat menentukan. Di sini penulis dituntut membuat proposal hingga dalam hitungan jam. Awalnya memang sulit, namun setelah melihat cara membaca calon client. Penulis mulai paham bagai mana menulis proposal yang bisa menarik calon client: Gambar, Desain system, Budget. 3 (tiga) komponen itu lah yang menentukan. Sudah capek-capek nulis pendahuluan, penjelasan, penutup, toh ujungnya yang dibaca 3 hal tersebut. Sejak itu penulis sudah punya berbagai proposal sesuai kebutuhan, tinggal ganti budgetnya saja. Atau kalo ada gambar sistem yang bagus bisa diupdate gambarnya. Alhamdulilah sejak itu proyek berjalan lancar. Hingga akhirnya penulis telah menyelesaikan masa perkuliahan yang menyisakan tugas skripsi. Setelah pengalaman menulis proposal berjalan lancar. Skripsi dapat diselesaikan dalam waktu 2 (dua) minggu saja, seminggu sudah selesai draft, ada koreksi diperbaiki, hingga diterima dan siap sidang.

Masa-masa menjadi pegawai kantoran telah menjadi keseharian. Menulispun terus berlanjut. Hanya saja topik yang ditulis mulai melebar. Terkadang yang harus ditulis sudah tidak ada hubungannya lagi dengan bidang minat penulis. Ketika ada tugas menulis yang berhubungan dengan Teknologi Informasi, penulis selalu bersemangat. Jangan Salah meskipun punya hobi menulis tapi ketika mendapatkan intruksi menulis laporan evaluasi sebuah kegiatan.. penulis tidak bisa berbuat apa-apa alias mentok, membutuhkan waktu lama agar laporan tersebut selesai dan jangan ditanya kualitas laporannya ya :D.

Menulis mulai menjadi mudah dan penuh semangat lagi pada saat kuliah S2. Hanya saja di sini penulis mulai menyadari bahwa kebiasaan menulis sebelumnya sangat- sangat lah jauh dari kaidah yang benar. Bahkan jika tulisan-tulisan lama dibaca, banyak kalimat yang putus dan entah kemana sambungannya tersalip oleh kalimat lain yang tujuannya sudah berbeda. Sejak itulah penulis mulai berusaha belajar bagaimana menulis yang mengikuti aturan sesuai kaidah akademis. Untuk mencari bahan dan judul itu meskipun suka menulis tidaklah mudah hingga perlu strategi. Strategi- strategi yang telah dilakukan penulis telah memperkuat penulis untuk membiasakan menulis menjadi tertanam dan terbiasa. Tentunya kecepatan menjadi relatif apalagi yang ditulis sama sekali tidak mendukung pekerjaan di kantor, pasti akan ada tantangan lain dan di situ kita menyadari bahwa menulis butuh strategi.

Hingga akhirnya saya menyukai menulis hingga sekarang.

bersambung. …..